“Hai pemuda kenapa kau diam, silahkan bertanya kepadaku.”
“Maaf Nusantara, pertanyaanku selanjutnya adalah tentang melati putih yang tumbuh dan terbakar oleh api dengan berulang-ulang. Jelaskanlah Nusantara.”
“Hmm…. Melati itu menandakan keindahan negeri Indonesia, tetapi keindahan yang luhur itu tumbuh lalu terbakar oleh manusia-manusia hina yaitu bangsa Indonesia sendiri. Keindahan itu terus berusaha tumbuh akan tetapi dihancurkan lagi oleh ulah bangsa itu terus berulang-ulang.”
Sejenak aku termenung memikirkan jawaban Nusantara yang mencekik jiwaku.
Tiba-tiba “Hai kalian berdua kemarilah!” teriak Nusantara.
Nusantara memanggil dua orang yang sangat terlihat asing bagiku. Aneh! Mereka berdua mengenakan baju serba putih sembari menangis hingga nafas mereka terdengar ngik-ngik di antara sisi yang berbeda.
“Hai Pemuda mereka adalah leluhur yang merupakan muridku. Muridku yang disebelah kiri itu telah menghilang di Gunung Lawu sedangkan muridku yang disebelah kanan menghilang di selatan Pajajaran.”
“Kenapa mereka berada disini dan mengapa mereka menangis ya Nusantara?”
“Sabar pemuda, sebenarnya mereka menangis atas perbuatan keji yang telah dilakukan oleh bangsa Indonesia saat ini.”
“Wahai Nusantara hal apa yang telah dilakukan bangsa Indonesia hingga membuat mereka menangis? Terangkanlah kepadaku, Nusantara”
“Dasar pemuda zaman edan. Lihatlah negeri Indonesia yang kaya raya, aku beri banyak musibah dan bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi sampai banjir. Ini aku lakukan agar mereka sadar dan bersyukur. Para wanitanya banyak yang kehilangan rasa malu, tidak saling memberi berita dan banyak orang miskin beraneka macam yang sangat menyedihkan kehidupannya. Para pemimpinnya berhati jahil, bicaranya ngawur, tidak bisa dipercaya mengatakan seolah-olah bahwa semuanya berjalan dengan baik, padahal hanya sekedar menutupi keadaan yang jelek *). Puaskah dengan jawabanku pemuda?”