Mohon tunggu...
febri prasetyo
febri prasetyo Mohon Tunggu... -

Seorang guru yang masih terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kenali Tujuan Hidupmu

18 Juni 2013   21:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:48 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“….????“

Meski berusaha menjawab, tapi akhirnya murid saya hanya bisa tersenyum kecut. Tidak ada kata-kata lagi keluar dari mulutnya. Dan, begitu juga saya. Meski bukan pihak yang ditanya, tapi saya berusaha terlibat dalam dialog itu.

Melihat gelagat itu, teman saya langsung mengakhiri pertanyaannya itu.

“Mungkin saya bisa membantu. Sepertinya satu-satunya jawaban akhir kita atas segala tujuan dari semua yang dilakukan adalah untuk ibadah”, begitu kata teman saya untuk mengakhiri sesi pertemuan itu.

Terus terang, jawaban yang sama sekali tidak terpikirkan otak saat itu sangat saya setujui. Mungkin memang sudah saatnya kita perbaiki niat. Benar apa kata teman saya saat itu, bahwa satu-satunya alasan terindah tatkala kita melakukan segala sesuatu adalah untuk ibadah. Karena sebenarnya alasan keberadaan makhluk di dunia ini sebenarnya dalam rangka untuk beribadah terhadap Tuhan. Lain tidak.

Sayangnya kita sering lupa. Sehingga pemberhentian yang sementara ini sering kita gunakan bukan untuk mencari bekal demi perjalanan selanjutnya yang lebih panjang. Kita terlena oleh suasana. Tatkala kita diberi amanah untuk mendidik anak-anak kita, yang kita cari justru harta dunia. Meski lading pahala sudah di depan mata, kita mengabaikannya. Justru kita menodainya dengan mengabaikan anak-anak kita meski sebenarnya menjadi tanggung jawab kita.

Saat kita meresapi tujuan hidup adalah untuk ibadah, yakinlah hidup akan lebih tenang. Keluhan mungkin akan bisa terhindar. Kita tidak akan terburu-buru keluar ruang kelas sebelum bel berdentang. Atau mungkin kita tidak lantas menjadi penjilat demi citra kerja baik, padahal sebenarnya tidak melakukan apa apa. Bisa pula murid kita akan menjadi anak cerdas karena kita mendampingi mereka dengan tulus ikhlas.

Dan, hati-hati. Mungkin kita tidak boleh lagi menunda-nundanya. Karena bisa jadi esok adalah waktu terakhir kita untuk memperbaiki niat. Atau mungkin saja sudah tidak ada lagi esok. Saat kita menjadi tokoh utama cerita duka kematian untuk teman dan saudara kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun