Hal ini menyebabkan konflik antara orientasi budaya politik peserta siswa dan bagian dari sikap pilihan politik di mana siswa sangat mengacu pada pemikiran kritis dan logis.Â
Kesadaran dan aspirasi idealis mahasiswa sebagai pemilih tentunya cukup optimis dan akan logis sesuai dengan latar belakang orientasi budaya politik peserta bila dilihat langsung dari lapangan. Fokus pada keputusan politik logis yang harus didasarkan pada analisis keuntungan dan kerugian harus disorot lebih lanjut.
Dalam aspek dari sisi gender sebagian mahasiswa laki-laki memiliki rasionalitas dengan nalar kritis dalam politik pilihan, hampir semua preferensi dan keputusan politik mahasiswa dipengaruhi oleh pilihan politik patriarki keluarga, nalar kritis mahasiswa tidak termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari jika dikaitkan dari perspektif politik (Mahmud, 2009).Â
Harus ditekankan bahwa memilih perempuan berdasarkan kecenderungan politik mereka harus mempertimbangkan budaya politik peserta itu sendiri. Ini jelas berarti bahwa keputusan politik harus didukung oleh pertimbangan politik yang logis dan kritis, yang memiliki kecenderungan untung rugi dan memiliki insentif untuk belajar dari tindakan yang diambil sebelumnya atau selama pemerintahannya.
KesimpulanÂ
Selain berbagai kesulitan, kekurangan, hambatan, keuntungan, dan kelebihan yang dihadapi perempuan dalam politik. Realitasnya, agar dapat dihasilkan konstruksi baru sebagai respons atas kehadiran perempuan dalam politik, kita harus mampu dan mau melakukan reorganisasi.Â
Tentu saja, seorang perempuan memiliki hak untuk mengekspresikan kebutuhan, keinginan, dan aspirasinya sebagai seorang wanita. Karena kehadiran perempuan yang aktif berpartisipasi dalam politik di berbagai bidang, baik rumah tangga maupun publik. Terutama jika perempuan bekerja sama untuk memajukan status mereka tanpa merendahkan perempuan lain dan jika mereka mengakui kesetaraan satu sama lain dengan laki-laki. Â Â Â Â
Ketika pejabat negara secara struktural tidak sensitif terhadap isu gender atau perempuan, maka definisi prasangka gender sama sekali tidak akan menggantikan keadilan gender, dan masyarakat tentu akan terus membantu produksi sosial disparitas gender yang sudah ada di masyarakat.Â
Lebih jauh, ada banyak masalah sosial yang memiliki akar alasan yang sama, terutama tradisi patriarki yang meresap. Berjuang untuk sistem dan ketidakadilan masyarakat dan cara hidup patriarki, yang tentu saja membawa reputasi buruk, sama pentingnya bagi wanita seperti halnya untuk memerangi pria.Â
Sebagai ahli materi, sosial di sini sangat kuat dalam membantu mengatasi berbagai isu yang muncul dan kehadiran budaya patriarki ini, terutama secara terencana, membantu kelancaran lukisan untuk kebijakan alternatif yang bertentangan dengan bias gender dengan penciptaan yang lebih adil dan mudah diubah. Kebijakan yang lebih adil terhadap diskriminasi atas dasar gender. Ini bermanfaat bagi wanita, jadi ini pasti harus dikejar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H