Mohon tunggu...
Febrianto
Febrianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pribadi yang toleran terhadap lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Jatinangor Keras

19 Juni 2024   08:19 Diperbarui: 19 Juni 2024   08:36 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adit: di daerah ku ayam geprek hanya 10 ribu udah pake nasi dan ayam bakar 13 ribu udah free es teh, padahal disana juga salah satu daerah pusatnya pendidikan banyak Universitas -universitas yang berdekatan dengan kota, jadi klau ada tempat makan favorit pasti orangnya beragam dari Universitas lain ngumpul jadi satu, tapi walaupun ramai begitu harga tetap terjangkau. Tidak seperti di Jatinangor ini, yang sama-sama jadi pusat pendidikan tapi harga-harga kebutuhan pokok tidak ramah di kantong.

Rafael: iyaa sama seperti di daerah ku, sebenarnya belum di ketahui secara pasti, mengapa harga-harga di Jatinangor ini memiliki harga yang sangat mahal hampir di semua sektor, jika di lihat dari kondisi geografisnya, masyarakat disini banyak yang menanam sayuran dan kabupaten sebelahnya malah terkenal dengan sayur-mayurnya, akan tetapi juga dilihat dari kondisi tersebut, di daerah ku juga seperti itu geografisnya tapi harga-harga tetap setabil.

Bella: Apalagi di tambah bantuan biaya hidup, dari pemerintah belum cair, jadi kita harus pintar-pintar mengatur keuangan.

Bintang: iyaa benar, kondisi seperti ini bisa kita jadikan pengalaman dan jangan ikut-ikutan gaya hidup yang hedonisme.

Percakapan di atas benar-benar terjadi pada saat awal pertama kmi kami tiba di Jatinangor, dalam posisi sebagai mahasiswa rantauan dan belum sepenuhnya kenal dengan teman-teman lainnya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, maka dari itu kami dapat membandingkan mengenai bagaimana, lingkungan, biaya hidup, gaya hidup dan lain-lainnya di Jatinangor dengan daerah kami. Pertukaran Mahasiswa Merdeka memang sangat banyak diminati banyak mahasiswa, tapi harapannya minat tersebut tidak hanya terjadi pada saat awal-awal mendaftar saja, yang ditakutkan nantinya jika sudah berada di Universitas tujuan terjadi Culture shock yang berlebihan dan itu sangat berbahaya, apalagi terdapat mahasiswa yang baru pertama kali jauh dari orang tua, jauh dari rumah.

Saya sebagai penulis artikel ini, sangat berharap kepada seluruh mahasiswa yang mengikuti program ini untuk menuliskan tentang bagaimana pengalaman mereka selama mengikuti program. Terutama hal-hal yang paling penting yaitu tentang harga-harga makanan pokok, harga tempat tinggal kost atau asrama, harga transportasi, dan menceritakan bagaimana pergaulan-pergaulan yang terjadi di wilayah tersebut.

Apabila setiap tulisan artikel-artikel yang di tulis oleh mahasiswa dan mahasiswi yang lebih dulu mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa itu bisa terbit semua, hal ini dapat menjadi solusi mengatasi tentang adanya Culture shock di wilayah Universitas tujuan. Karena calon-calon mahasiswa/mahasiswi yang ingin mendaftar bisa membaca artikel-artikel yang sudah di buat dengan sebenar-benarnya atau sesuai dengan keadaan yang semestinya, jadi di harapkan sebelum mendaftar bisa memilih dan memilah Universitas yang sesuai, sehingga bisa banyak mempelajari dan mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, terutama kebutuhan akan biaya hidup selama berkuliah di Universitas tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun