Mohon tunggu...
Febrianto
Febrianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pribadi yang toleran terhadap lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Jatinangor Keras

19 Juni 2024   08:19 Diperbarui: 19 Juni 2024   08:36 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka merupakan salah satu dari 8 program yang di gagas oleh Kemendikbud pada masa Pemerintahan Mas Menteri Nadiem Makarim. PMM menjadi salah satu program yang banyak diminati oleh banyak Mahasiswa karena terdapat benefit yang menarik seperti adanya bantuan biaya hidup, tiket pesawat pulang pergi, sertifikat dan terdapat kegiatan Modul Nusantara, kegiatan ini sangat di sukai oleh mahasiswa PMM karena kegiatan ini berisi perjalanan untuk mengeksplorasi tempat-tempat wisata yang ada di daerah tersebut, dan ada juga kegiatan Kebhinekaan, Refleksi Inspirasi serta Kontribusi Sosial. Program Pertukaran Mahasiswa di ikuti oleh para Mahasiswa dan Mahasiswi dari berbagai provinsi di Indonesia yang memiliki minat untuk mencoba merasakan bangku kuliah di Universitas lain.

Jatinangor merupakan sebuah kecamatan yang berada di kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak Universitas Unggul di daerah tersebut salah satunya adalah Universitas Padjajaran. Universitas Padjadjaran pada saat ini menerima kurang lebih 1.200 Mahasiswa yang berasal dari Provinsi-provinsi di Indonesia, belum di ketahui secara pasti mengapa Universitas tersebut berani menampung ribuan Mahasiswa PMM. Tapi yang jelas tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada seluruh mahasiswa Indonesia untuk mengali ilmu pengetahuan yang lebih luas karena Universitas tersebut masuk kedalam 10 besar Universitas terbaik, masuk PTNBH dan banyak prodi-prodi yang sudah berakreditasi Internasional, Universitas Padjajaran juga mencoba memperkenalkan kebudayaan dan tempat-tempat wisata yang ada di daerah tersebut.

Dari berbagi tawaran yang sangat menarik di Universitas Padjajaran terdapat banyak sekali tantangan yang harus di hadapi oleh Mahasiswa PMM, terutama yang tinggal di wilayah Jatinangor, dan tantangannya antara lain sebagai berikut, yang pertama yaitu adaptasi dari lingkungan karena di daerah tersebut merupakan dataran tinggi yang memiliki suhu dingin terutama pada saat malam hari, yang kedua beradaptasi dengan bahasa atau di usahakan belajar berbahasa sunda karena hampir semua sektor menggunakan bahasa daerah, yang ketiga membatasi pergaulan, sebenarnya hampir sama dengan di daerah lain tapi di Jatinangor terkenal dengan pergaulan bebasnya, yang ke empat lebih hati-hati jika keluar pada malam hari, terutama pada saat ada pertandingan sepakbola yang pada saat itu tim dari Jawa Barat bertanding, peristiwa tersebut cukup menjadi culture shock karena sangat begitu besarnya euforia masyarakat pada sepakbola, memang wajar soalnya tim kebanggaan mereka sedang bertanding, akan tetapi terdapat dampak negatif yang di lakukan oleh oknum-oknum supporter yang tidak bertanggung jawab, seperti merusak fasilitas umum, melakukan tindakan kekerasan pada pengguna jalan, dan melakukan teror, hal-hal tersebut akan lebih parah apabila tim kesayangannya mengalami kekalahan. Yang ke lima beradaptasi dengan biaya hidup terlebih lagi harga makanan.

Dari berbagai tantangan di atas, tantangan untuk beradaptasi dengan harga makanan yang cukup menarik, dan pernah terjadi sebuah percakapan di sebuah warung makanan Jatinangor, kurang lebih sebagai berikut cakupannya:

Bella: Kalian mau makan apa?

Adit: Aku Mau pesen ayam bakar?

Rafael: Aku mau makan Ayam geprek?

Bintang: Aku ingin nasi goreng dari tadi belum makan soalnya

Bella: Bentar dulu, aku mau ambil daftar menu ternyata mahal-mahal yaa makanan disini, Ayam geprek 15 ribu, Nasi goreng 17 ribu, Ayam bakar 17 ribu, es teh 7 ribu, aku sebelum kesini mengira bahwa makanan di Jatinangor murah-murah seperti di pulau jawa pada umumnya, bulan kemarin aku sempat ke Yogyakarta dan di sana makanannya sangat ramah di kantong mahasiswa kos-kosan seperti kita.

Rafael: iyaa aku mengira juga seperti itu, sebenarnya sudah terlihat dari awal, ketika mencari kost-kostan disini rata-rata harganya 800 ribu lebih.

Bintang: jarak dari kos ke Universitas juga lumayan jauh, aku pas awal datang kesini terus mencoba survei kesana hampir 20 menit jalan, dan untuk naik ojek online biayanya 13 ribu sekali jalan kalau pulang pergi udah 26 ribu abis uang bulanan haha.

Adit: di daerah ku ayam geprek hanya 10 ribu udah pake nasi dan ayam bakar 13 ribu udah free es teh, padahal disana juga salah satu daerah pusatnya pendidikan banyak Universitas -universitas yang berdekatan dengan kota, jadi klau ada tempat makan favorit pasti orangnya beragam dari Universitas lain ngumpul jadi satu, tapi walaupun ramai begitu harga tetap terjangkau. Tidak seperti di Jatinangor ini, yang sama-sama jadi pusat pendidikan tapi harga-harga kebutuhan pokok tidak ramah di kantong.

Rafael: iyaa sama seperti di daerah ku, sebenarnya belum di ketahui secara pasti, mengapa harga-harga di Jatinangor ini memiliki harga yang sangat mahal hampir di semua sektor, jika di lihat dari kondisi geografisnya, masyarakat disini banyak yang menanam sayuran dan kabupaten sebelahnya malah terkenal dengan sayur-mayurnya, akan tetapi juga dilihat dari kondisi tersebut, di daerah ku juga seperti itu geografisnya tapi harga-harga tetap setabil.

Bella: Apalagi di tambah bantuan biaya hidup, dari pemerintah belum cair, jadi kita harus pintar-pintar mengatur keuangan.

Bintang: iyaa benar, kondisi seperti ini bisa kita jadikan pengalaman dan jangan ikut-ikutan gaya hidup yang hedonisme.

Percakapan di atas benar-benar terjadi pada saat awal pertama kmi kami tiba di Jatinangor, dalam posisi sebagai mahasiswa rantauan dan belum sepenuhnya kenal dengan teman-teman lainnya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, maka dari itu kami dapat membandingkan mengenai bagaimana, lingkungan, biaya hidup, gaya hidup dan lain-lainnya di Jatinangor dengan daerah kami. Pertukaran Mahasiswa Merdeka memang sangat banyak diminati banyak mahasiswa, tapi harapannya minat tersebut tidak hanya terjadi pada saat awal-awal mendaftar saja, yang ditakutkan nantinya jika sudah berada di Universitas tujuan terjadi Culture shock yang berlebihan dan itu sangat berbahaya, apalagi terdapat mahasiswa yang baru pertama kali jauh dari orang tua, jauh dari rumah.

Saya sebagai penulis artikel ini, sangat berharap kepada seluruh mahasiswa yang mengikuti program ini untuk menuliskan tentang bagaimana pengalaman mereka selama mengikuti program. Terutama hal-hal yang paling penting yaitu tentang harga-harga makanan pokok, harga tempat tinggal kost atau asrama, harga transportasi, dan menceritakan bagaimana pergaulan-pergaulan yang terjadi di wilayah tersebut.

Apabila setiap tulisan artikel-artikel yang di tulis oleh mahasiswa dan mahasiswi yang lebih dulu mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa itu bisa terbit semua, hal ini dapat menjadi solusi mengatasi tentang adanya Culture shock di wilayah Universitas tujuan. Karena calon-calon mahasiswa/mahasiswi yang ingin mendaftar bisa membaca artikel-artikel yang sudah di buat dengan sebenar-benarnya atau sesuai dengan keadaan yang semestinya, jadi di harapkan sebelum mendaftar bisa memilih dan memilah Universitas yang sesuai, sehingga bisa banyak mempelajari dan mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, terutama kebutuhan akan biaya hidup selama berkuliah di Universitas tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun