Di zaman revolusi digitalisasi ini, tentunya telah menghasilkan berbagai produk, salah satu produk yang dihasilkan yaitu short video atau video yang berdurasi pendek. Konten yang terdapat di short video biasanya hanya berdurasi sekitar lima belas detik sampai satu atau dua menit saja. Terdapat berbagai platform media sosial yang sudah menyediakan konten berdurasi pendek atau short video, seperti, TikTok, Facebook, Youtube, dan Instagram.
TikTok, Salah Satu Aplikasi Terpopuler
Pada tahun 2024, China Internet Network Information Center melaporkan bahwa TikTok menjadi salah satu platform media sosial yang populer untuk membuat, mengedit, serta membagikan video berdurasi pendek. Di Indonesia sendiri, TikTok menempati urutan keempat dengan persentase 73,5% sebagai platform media sosial yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia menurut laporan terbaru dari We Are Social.
Tingginya persentase pengguna TikTok di Indonesia menunjukan bahwa TikTok berhasil menarik perhatian masyarakat di Indonesia. Platform ini menawarkan berbagai konten yang menarik, dimana para pengguna dapat membuat berbagai video yang menarik seperti membuat dance challenge, atau membuat konten lainnya seperti review atau rekomendasi produk. Para pengguna juga dapat membuat konten yang bermanfaat seperti edukasi atau tips tentang suatu hal, dan tentunya konten semacam ini sangat digemari oleh masyarakat terutama di kalangan anak muda.
Algoritma TikTok
Selain karena berbagai konten yang ditawarkan, algoritma dari TikTok sendiri juga memiliki pengaruh besar mengapa masyarakat lebih menyukai untuk menghabiskan waktunya hingga beberapa menit bahkan beberapa jam untuk scrolling TikTok. Algoritma yang disajikan melalui laman “For You” menampilkan konten yang lebih baik dibandingkan dengan platform lainnya (Taylor & Brisini, 2024). Algoritma TikTok akan menampilkan konten video dengan menyesuaikan kebutuhan spesifikasi pengguna berdasarkan apa yang pengguna minati dan sukai tanpa harus mengikuti beberapa akun terlebih dahulu (Guinaudeau et al., 2022).
Selain itu, konten yang ditampilkan dalam laman “For You” akan menyesuaikan dengan konten yang sudah bermunculan sebelumnya. Algoritma TikTok mengetahuinya dengan cara merekam aktivitas pengguna saat menyukai, berkomentar, memutar ulang, menyimpan, dan membagikan video (Wicaksono et al., 2024). Saat pengguna melakukan dari beberapa hal tersebut, algoritma TikTok akan menganggap pengguna tertarik dengan topik konten tersebut sehingga dapat menampilkan kembali konten serupa kepada pengguna. Algoritma TikTok juga melibatkan beberapa tagar, hashtag, dan audio yang memiliki engagement tinggi dalam menampilkan video di laman “For You”.
Algoritma TikTok akan terus berupaya untuk menampilkan video yang pengguna inginkan dan minati sehingga pengguna akan terus menggunakan aplikasi dalam durasi yang lama. Doom scrolling merupakan suatu istilah kepada pengguna yang menghabiskan waktunya untuk Scrolling Tiktok dalam durasi yang sangat lama. Pengertian lebih rincinya, doom scrolling adalah suatu aktivitas yang dimana pengguna akan menggulir laman media sosial dalam waktu yang lama tanpa memiliki tujuan dan motivasi yang jelas (Rajeshwari & Meenakshi, 2023). Aktivitas doom scrolling ini tentunya dapat mengarah atau memberikan dampak yang merugikan kepada pengguna nantinya.
Dampak dari Scrolling TikTok Berlebihan
(Li et al., 2024) dalam penelitianya menyebutkan bahwa kecanduan scrolling short video dapat menyebabkan penggunanya mengalami insomnia. Pengguna seakan merasa tenggelam dalam dunia virtual saat scrolling short video yang mengakibatkan pengguna lupa waktu sehingga menyebabkan waktu tidur tertunda. Faktor cahaya dari layar ponsel saat scrolling short video juga dapat mengganggu sekresi melatonin sehingga menyebabkan pengguna sulit tidur.
Mengkonsumsi konten video pendek dari TikTok terus menerus dapat mengurangi rentan perhatian dan kemampuan untuk fokus yang memerlukan konsentrasi jangka Panjang (Bulut, 2023). Seseorang yang sudah terbiasa dengan konten yang ada di TikTok dengan durasi pendek dan pemutaran video yang cepat, cenderung tidak betah jika disuruh untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan kemampuan fokus atau konsentrasi jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pengguna sudah terbiasa untuk mengkonsumsi konten berdurasi cepat dan berdurasi pendek.