SEMENANJUNG KOREA SUKSES DALAM PERDAMAIAN DUNIA
                                                     Oleh: Febrianti Novelia, M.PÂ
                                                    IG: Febrianti Novelia Basnafdi
Prolog
Semenanjung Korea telah lama menjadi pusat ketegangan geopolitik yang memiliki potensi meledak menjadi konflik berskala global. Ketegangan ini diperparah oleh berbagai perjanjian militer dan uji coba senjata yang melibatkan negara-negara di Asia Timur, serta kekuatan besar dunia seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok. Dalam beberapa tahun terakhir, ancaman nuklir yang berasal dari Korea Utara semakin meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang yang tidak hanya mempengaruhi kawasan Asia Timur, tetapi juga seluruh dunia.
Semenanjung Korea telah lama menjadi salah satu kawasan paling dinamis dan penuh ketegangan di dunia. Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan yang berasal dari Perang Korea (1950-1953) telah menciptakan situasi politik yang rumit dan berisiko. Namun, ancaman yang lebih besar muncul dari kemampuan nuklir Korea Utara yang terus berkembang. Ini menimbulkan kekhawatiran serius tidak hanya bagi keamanan regional, tetapi juga bagi perdamaian dunia secara keseluruhan.
Sejarah dan Kerja Sama Militer
Perang Korea (1950-1953) adalah contoh nyata dari bagaimana konflik ideologi bisa berkembang menjadi perang berdarah yang memakan banyak korban jiwa. Selama tiga tahun perang berlangsung, jutaan nyawa melayang, baik dari kalangan militer maupun sipil. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak hanya mendukung sekutu mereka masing-masing secara politik dan diplomatik, tetapi juga secara militer, dengan mengirimkan pasukan dan persenjataan. Korea Utara didukung oleh Uni Soviet dan Tiongkok, sementara Korea Selatan didukung oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya].
Setelah Perang Dunia II, Semenanjung Korea dibagi menjadi dua zona okupasi oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pada tahun 1948, Korea Utara dan Korea Selatan masing-masing mendirikan pemerintahan sendiri. Perbedaan ideologi dan kesenjangan ekonomi antara kedua negara ini telah menjadi sumber konflik yang berkepanjangan. Korea Utara, dengan sistem ekonomi sosialis yang tertutup, menghadapi banyak kesulitan ekonomi, sementara Korea Selatan berkembang menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia dengan sistem kapitalisnya yang terbuka
Aliansi seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan dapat meningkatkan kerja sama militer untuk menghadapi ancaman nuklir Korea Utara. Mereka telah menandatangani pedoman mengenai sistem pencegahan terpadu di Semenanjung Korea untuk melawan ancaman nuklir dan militer Korea Utara. Latihan militer bersama juga dilakukan untuk membantu menerapkan pedoman baru ini
Utusan nuklir dari Korea Selatan, AS, dan Jepang mengadakan pembicaraan di Seoul dan mengutuk berlanjutnya uji coba nuklir Korea Utara serta kerja sama militer Pyongyang dengan Rusia. Utusan AS Jung Pak menyebut uji coba rudal Korea Utara "melanggar hukum" dan mengecam pemasokan senjata negara itu ke Rusia. Utusan Korea Selatan Kim Gunn meminta Korea Utara untuk segera menghentikan provokasi dan kembali ke jalur denuklirisasi, perdamaian, dan kemakmuran
Tanggapan Internasional dan Strategi Deterensi
Tanggapan internasional terhadap ancaman nuklir Korea Utara sangat beragam. Amerika Serikat telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan daya tangkal terhadap ancaman dari Korea Utara. Pada tahun lalu, AS untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade mengirim kapal selam nuklir strategis ke Semenanjung Korea. AS juga berulang kali mengaktifkan "tim konsultasi nuklir" untuk menstimulasi penggunaan senjata nuklir terhadap Republik Demokratik Rakyat Korea. Namun, AS tidak berencana menempatkan senjata nuklir di Semenanjung Korea, menurut pernyataan Menteri Luar Negeri AS.
China juga menanggapi ancaman nuklir dengan mengatakan bahwa pengerahan senjata nuklir Amerika Serikat ke Korea Selatan akan menimbulkan bahaya bagi negara-negara di kawasan. China menentang pengerahan senjata nuklir AS karena hal itu akan merusak perdamaian dan stabilitas regional].
Amerika Serikat telah mengembangkan strategi deterensi untuk menghadapi ancaman nuklir Korea Utara. Strategi ini meliputi melakukan sanksi ekonomi terhadap Korea Utara, meningkatkan kekuatan pertahanan, dan melakukan negosiasi untuk denuklirisasi. Penelitian menunjukkan bahwa AS telah melakukan beberapa respons deterensi, seperti:
1. Melakukan sanksi ekonomi melalui Dewan Keamanan PBB.
2. Meningkatkan kekuatan pertahanan dengan melakukan kerjasama pertahanan trilateral dengan Korea Selatan dan Jepang.
3. Melakukan negosiasi dengan Korea Utara melalui Konferensi Tingkat Tinggi untuk denuklirisasi
Korea Selatan dan Amerika Serikat memperkuat kemampuan penangkalan gabungan dalam menghadapi semakin meningkatnya ancaman nuklir dan rudal Korea Utara. Berbagai inisiatif bilateral mencakup merevisi Strategi Penangkalan yang Disesuaikan (Tailored Deterrence Strategy-TDS) kedua negara sekutu lama itu, memperkuat operasi kontingensi gabungan, seperti potensi respons nuklir AS, dan meningkatkan kemampuan penangkalan nonnuklir Korea Selatan. TDS yang diperbarui itu berupaya memandu pendekatan bersama aliansi kedua negara dan memberikan kerangka kerja strategis yang lebih kuat dan mudah beradaptasi untuk menangkal Pyongyang
Aliansi dapat mengembangkan strategi deterensi yang lebih efektif. Amerika Serikat, misalnya, telah melakukan sanksi ekonomi melalui Dewan Keamanan PBB, meningkatkan kekuatan pertahanan dengan kerjasama pertahanan trilateral, dan melakukan negosiasi dengan Korea Utara untuk denuklirisasi.
Epilog
Ancaman nuklir di Semenanjung Korea merupakan salah satu isu geopolitik yang paling kompleks dan berisiko tinggi di dunia saat ini. Dengan meningkatnya ketegangan antara Korea Utara dan negara-negara lain, serta kekhawatiran internasional yang semakin besar, sangat penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam menjaga perdamaian dan stabilitas regional. Strategi penangkalan yang diperkuat oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat, serta peran aktif dari negara-negara lain seperti China, dapat membantu mengurangi risiko konflik dan meningkatkan keselamatan dunia.
Dengan demikian, aliansi antar negara dapat memperkuat strategi penangkalan ancaman nuklir melalui kerja sama militer, strategi deterensi, menghadapi ancaman CBRN, perkuatan kekuatan pertahanan, dan koordinasi kebijakan
Ancaman nuklir di Semenanjung Korea merupakan tantangan besar bagi perdamaian dunia. Situasi ini tidak hanya mempengaruhi keamanan regional di Asia Timur, tetapi juga memiliki implikasi global yang signifikan. Upaya internasional yang terkoordinasi dan pendekatan diplomatik yang bijaksana sangat penting untuk mengurangi risiko konflik dan menjaga stabilitas. Hanya dengan kolaborasi dan diplomasi, ancaman nuklir di Semenanjung Korea dapat dikelola secara efektif demi menjaga perdamaian dunia
Namun, untuk mencapai perdamaian yang sebenarnya, perlu adanya komitmen yang kuat dari semua pihak untuk menghentikan provokasi dan meningkatkan dialog diplomatik. Dengan demikian, Semenanjung Korea dapat menjadi contoh sukses dalam menjaga perdamaian dan stabilitas dunia, bukan sebagai sumber ketegangan dan konflik
                                                                    TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H