Mohon tunggu...
Febriana NurulPuspita
Febriana NurulPuspita Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Airlangga

Fakultas Ilmu Budaya Bahasa dan Sastra Inggris

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar Teori Semiotika dari Charles Sanders Pierce

6 Desember 2020   19:15 Diperbarui: 28 April 2021   09:23 2493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal Semiotika dan Carles Sanders Peirce. | pexels

Sebelum kita belajar jauh tentang teori semiotika baik halnya kita mengetahui biodata singkat dari ahlinya yaitu Charles Sanders Peirce. Charles Sanders Peirce merupakan seorang filsuf, ahli dalam logika, semiotika, matematika dan merupakan ilmuwan Amerika Serikat. 

Charles Sanders Peirce lahir pada 10 September 1839 di Cambridge, Amerika. Kemudian meninggal pada 19 April 1914 di Milford, Pennsylvania, Amerika. 

Charles Sanders Peirce menempuh pendidikan bidang kimia di Universitas Harvard dan lulus pada tahun 1863. Charles Sanders Peirce dididik sebagai seorang kimiawan dan telah bekerja sebagai ilmuwan selama 30 tahun, pada 1861 sampai dengan 1891 dia bekerja sebagai anggota staff The United Coast and Geodetic Survey.

Pengertian semiotika secara umum adalah studi tentang tanda-tanda atau makna keputusan. Teori semiotika merupakan pembelajaran tentang proses dan tanda semiosis, penunjukan, indikasi, kesamaan, metafora, analogi, simbolisme, makna dan komunikasi. Semiotika juga erat kaitannya dengan bidang linguistik dimana sebagian besar mempelajari makna bahasa lebih spesisifk. 

Tetapi, hal tersebut berbeda dengan linguistik, semiotika juga mempelajari sistem tanda non-linguistik. Semiotika pada umumnya sering dibagi menjadi tida cabang, sebagai berikut : 1. Pragmatik, yaitu hubungan tanda dan tanda menggunakan agen, 2. Sintaksis, yaitu hubungan antara tanda-tanda dalam struktur formal, 3. Semantik, yaitu hubungan antara tanda hal-hal yang mereka lihat atau makna.

Menurut Peirce semiotika didasarkan atas logika, dikarenakan logika mempelajari bagaimana seseorang bernalar, sedangkan menurutnya penalaran dilakukan melalui tanda-tanda. 

Tanda-tanda itu membawa kemungkinan kita untuk berhubungan dengan orang lain, berpikir, memiliki kemungkinan dalam keanekaragaman tanda-tanda, misalnya tanda-tanda linguistik merupakan kategori yang penting tetapi bukan berarti satu-satunya kategori. Menurut Piece, tanda atau lambang (sign) adalah sesuatu yang merepresentasikan atau menggambarkan sesuatu yang lain (dalam kognisi seseorang yang mempercayainya).

Sebuah tanda (representamen) adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu adalah interpretan atau penafsiran suatu tanda kemudian interpretant harus mengacu kepada objek. Sebuah tanda (representamen) memiliki relasi dengan interpretan dan objeknya. 

Proses ini disebut dengan signifikansi. Dengan begitu, Peirce telah menciptakan teori umum untuk tanda-tanda. Secara lebih tegas ia telah memberikan dsar-dasar yang kuat pada teori tersebut dalam tulisan yang tersebar dalam berbagai teks yang dikumpulkan setelah kematiannya Ouvres Completes (karya lengkap).

Setiap aspek penandaan (representamen, interpretant, dan objek) menurut Peirce masing-masing dibagi menjadi tiga level lagi, yang masing-masing menunjukkan kualitas berbeda. Objek akan terdiri dari icon, index, dan symbol. Representamen terdiri dari qualisign, sinsign, dan legisign. Interpretant terdiri dari rheme, decent, dan argument. 

Kita akan membahas objek terlebih dahulu, tanda dibagi menjadi tiga berdasarkan hubungannya dengan representamennya/kenyataan. Yang pertama, yang dimaksud icon adalah tanda yang memiliki hubungan kemiripan rupa dengan acuannya, yang kedua index adalah tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan acuannya dengan kata lain tanda itu menunjukkan adanya objek, yang terakhir adalah symbol yaitu tanda yang hubungan antara objek dengan representamennya bersifat konvesional atau merupakan kesepakatan sosial.

Selanjutnya kita berbicara tentang pembagian representament adalah hubungan penalaran dengan jenis penandanya. Ada yang dinamakan qualisign, sinsign, dan ada juga legisign. Yang pertama, qualisign adalah suatu tanda yang ditandai berdasarkan sifat yang ada dalam tanda tersebut dengan kata lain tanda dinilai berdasarkan kualitasnya. 

Baca Juga: Filsafat Semiotika Ogden dan Richards

Sebagai contohnya adalah warna putih bersifat suci dan bersih, mawar bersifat indah dan berbahaya. Yang kedua, sinsign adalah suatu tanda yang menampilkan kenyataan pada tampilannya dengan kata lain tanda dinilai berdasarkan tampilan riilnya. Sebagai contohnya, tertawa adalah tanda bahagia (terlihat orang tertawa memang sedang bahagia), ketika kita mendengarkan suara kukuruyuk ayam tanda bahwa hari telah pagi (memang terlihat hari sudah pagi).

Kemudian, kita sampai pada tanda ketiga legisign adalah suatu tanda yang menjadi tanda karena adanya kesepakatan (konvensi), bisa jadi suatu kaidah, kode atau peraturan. 

Sebagai contohnya, lampu merah pada lampu lalu lintas adalah tanda bahwa orang harus berhenti (peraturan), yang menjadi tanda bukan lampu merahnya melainkan sebuah aturan melainkan lampu merah menjadi sebuah kebijakan kendaraan harus berhenti, contoh lainnya yaitu anggukan seseorang adalah kesepakatan bahwa orang tersebut paham.

Setelah kita mempelajari tentang jenis-jenis objek dan tandanya, selanjutnya yang kita bahas adalah jenis-jenis interpretan nya. Interpretan sendiri adalah hubungan pikiran dengan objeknya, terdiri dari tiga yaitu rheme, dicent dan argument. 

Rheme adalah penanda yang berhubungan dengan kemungkinan terpahaminya objek petanda bagi penafsir, artinya rheme memungkinkan seseorang menafsirkan berbeda sesuai dengan pilihannya masing-masing (multi tafsir). 

Misalnya, orang yang matanya merah, bisa jadi ia sedang sakit mata, mengantu, iritasi atau baru bangun tidur. Merah pada matanya tersebut adalah tanda, sebagai sebuah tanda maka kita akan menafsirkan mengapa mata orang tersebut matanya merah, jadi saya dan anda bisa jadi bisa menafsirkan berbeda.

Dicent adalah penanda yang menampilkan informasi tentang petandanya sesuai dengan kenyataan. Misalnya, jika kita melihat pesawat terbang rendah dalam frekuensi yang sering, itu tandanya tempat tersebut berdekatan dengan bandara. (tidak multi tafsir). Terbangnya pesawat dengan rendah merupakah sebuah tanda, tanda dari sebuah tempat yang dekat dengan bandara atau bandara dekat dengan tempat ini. Jadi semua yang dapat dipahami dengan mudah adalah dicent.

Yang terakhir argument, merupakan penanda yang petandanya akhirnya bukan suatu benda, tetapi kaidah, argument menjadikan suatu tanda yang kita pahami tidak merujuk kepada suatu benda melainkan sebuah kaidah atau aturan. 

Misalnya, jika kita melihat tanda di samping di SPBU, maka pikiran kita umumnya tidak akan tertuju pada rokok (benda konkret) melainkan pada sebuah aturan bahwa di SPBU tidak diperbolehkan merokok karena berbahaya. Jadi, rheme, deicent dan argument berbicara tentang bagaimana kita memikirkan suatu objek dari suatu tanda.

Dari semua penjelasan tersebut, dapat saya simpulkan perlunya kita memahami teori semiotika adalah menjadi satu alat yang bisa digunakan untuk menganalisis maksud dan pesan dari suatu objek, semiotika juga dapat digunakan untuk mengungkapkan tujuan komunikasi pikiran, perasaan, atau ekspresi apa saja yang disampaikan oleh seseorang melalui komposisi tanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun