Mohon tunggu...
Febriana NurulPuspita
Febriana NurulPuspita Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Airlangga

Fakultas Ilmu Budaya Bahasa dan Sastra Inggris

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar Teori Semiotika dari Charles Sanders Pierce

6 Desember 2020   19:15 Diperbarui: 28 April 2021   09:23 2493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal Semiotika dan Carles Sanders Peirce. | pexels

Selanjutnya kita berbicara tentang pembagian representament adalah hubungan penalaran dengan jenis penandanya. Ada yang dinamakan qualisign, sinsign, dan ada juga legisign. Yang pertama, qualisign adalah suatu tanda yang ditandai berdasarkan sifat yang ada dalam tanda tersebut dengan kata lain tanda dinilai berdasarkan kualitasnya. 

Baca Juga: Filsafat Semiotika Ogden dan Richards

Sebagai contohnya adalah warna putih bersifat suci dan bersih, mawar bersifat indah dan berbahaya. Yang kedua, sinsign adalah suatu tanda yang menampilkan kenyataan pada tampilannya dengan kata lain tanda dinilai berdasarkan tampilan riilnya. Sebagai contohnya, tertawa adalah tanda bahagia (terlihat orang tertawa memang sedang bahagia), ketika kita mendengarkan suara kukuruyuk ayam tanda bahwa hari telah pagi (memang terlihat hari sudah pagi).

Kemudian, kita sampai pada tanda ketiga legisign adalah suatu tanda yang menjadi tanda karena adanya kesepakatan (konvensi), bisa jadi suatu kaidah, kode atau peraturan. 

Sebagai contohnya, lampu merah pada lampu lalu lintas adalah tanda bahwa orang harus berhenti (peraturan), yang menjadi tanda bukan lampu merahnya melainkan sebuah aturan melainkan lampu merah menjadi sebuah kebijakan kendaraan harus berhenti, contoh lainnya yaitu anggukan seseorang adalah kesepakatan bahwa orang tersebut paham.

Setelah kita mempelajari tentang jenis-jenis objek dan tandanya, selanjutnya yang kita bahas adalah jenis-jenis interpretan nya. Interpretan sendiri adalah hubungan pikiran dengan objeknya, terdiri dari tiga yaitu rheme, dicent dan argument. 

Rheme adalah penanda yang berhubungan dengan kemungkinan terpahaminya objek petanda bagi penafsir, artinya rheme memungkinkan seseorang menafsirkan berbeda sesuai dengan pilihannya masing-masing (multi tafsir). 

Misalnya, orang yang matanya merah, bisa jadi ia sedang sakit mata, mengantu, iritasi atau baru bangun tidur. Merah pada matanya tersebut adalah tanda, sebagai sebuah tanda maka kita akan menafsirkan mengapa mata orang tersebut matanya merah, jadi saya dan anda bisa jadi bisa menafsirkan berbeda.

Dicent adalah penanda yang menampilkan informasi tentang petandanya sesuai dengan kenyataan. Misalnya, jika kita melihat pesawat terbang rendah dalam frekuensi yang sering, itu tandanya tempat tersebut berdekatan dengan bandara. (tidak multi tafsir). Terbangnya pesawat dengan rendah merupakah sebuah tanda, tanda dari sebuah tempat yang dekat dengan bandara atau bandara dekat dengan tempat ini. Jadi semua yang dapat dipahami dengan mudah adalah dicent.

Yang terakhir argument, merupakan penanda yang petandanya akhirnya bukan suatu benda, tetapi kaidah, argument menjadikan suatu tanda yang kita pahami tidak merujuk kepada suatu benda melainkan sebuah kaidah atau aturan. 

Misalnya, jika kita melihat tanda di samping di SPBU, maka pikiran kita umumnya tidak akan tertuju pada rokok (benda konkret) melainkan pada sebuah aturan bahwa di SPBU tidak diperbolehkan merokok karena berbahaya. Jadi, rheme, deicent dan argument berbicara tentang bagaimana kita memikirkan suatu objek dari suatu tanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun