Undang-undang ini memungkinkan Hitler untuk menerbitkan kebijakan-kebijakan baru tanpa hambatan dari lembaga legislatif, yang kemudian menjadikan Jerman sebagai negara satu partai.
Langkah ini membuat Hitler memiliki kendali penuh atas pemerintahan dan kebijakan negara. Dengan menghilangkan perbedaan pandangan dan pengaruh pihak oposisi, Hitler bisa mengimplementasikan kebijakan yang sesuai dengan ideologi Nazi tanpa adanya tantangan. Ini adalah bentuk penerapan kepemimpinan otoriter, di mana kekuasaan penuh berada di tangan satu orang dan kontrol ketat dilakukan untuk menghindari oposisi.
2. Propaganda sebagai Alat Pengendali Sosial
Hitler memahami bahwa dukungan publik sangat penting untuk mempertahankan kekuasaannya. Bersama dengan Joseph Goebbels, Menteri Propaganda Nazi, Hitler menerapkan strategi komunikasi yang sangat kuat dan terstruktur untuk mempengaruhi opini publik dan membangun citra dirinya sebagai pemimpin yang "tak tergantikan." Melalui media massa, film, radio, dan acara-acara publik, Hitler mempromosikan ide-ide Nazi dan menanamkan loyalitas kepada rakyat Jerman.
Propaganda ini juga berfungsi untuk menyebarkan narasi yang menuduh kaum Yahudi, komunis, dan minoritas lain sebagai ancaman bagi bangsa Jerman. Strategi ini tidak hanya mengalihkan rasa frustrasi rakyat terhadap kondisi sosial dan ekonomi, tetapi juga memperkuat dukungan bagi kebijakan ekstrem yang diterapkan oleh Hitler. Dengan mengendalikan informasi yang diterima masyarakat, Hitler menciptakan citra kepemimpinan yang kuat dan berwibawa, sekaligus menyaring segala bentuk perbedaan pendapat atau kritik.
3. Pembentukan "Musuh Bersama" untuk Memupuk Solidaritas Nasional
Hitler juga menerapkan gaya kepemimpinan karismatik dengan membangun narasi "musuh bersama" untuk meningkatkan solidaritas nasional. Dengan menuduh kelompok-kelompok tertentu sebagai ancaman bagi masyarakat, ia dapat menggerakkan massa untuk mendukung kebijakan-kebijakan represifnya. Kaum Yahudi, kaum komunis, serta minoritas lainnya dituduh sebagai biang keladi dari masalah yang dihadapi Jerman, baik dari segi ekonomi, sosial, hingga keamanan.
Narasi "musuh bersama" ini menciptakan perasaan persatuan di kalangan masyarakat Jerman, yang kemudian semakin loyal terhadap Hitler dan kebijakannya. Solidaritas yang dibangun di atas kebencian terhadap "musuh negara" ini juga membuat masyarakat Jerman lebih mudah menerima tindakan ekstrem, seperti genosida dan penindasan politik.Â
Kepemimpinan karismatik Hitler membuatnya terlihat seperti seorang "penyelamat bangsa" yang akan melindungi masyarakat Jerman dari ancaman luar.
4. Penggunaan Organisasi Represif dan Aparat Kekerasan
Untuk menegakkan kepemimpinannya yang otoriter, Hitler menciptakan berbagai organisasi represif yang bertugas menindak lawan-lawan politik dan masyarakat yang dianggap menentang kebijakan Nazi. Organisasi seperti Gestapo (polisi rahasia) dan SS (Schutzstaffel) dibentuk untuk menjalankan tugas ini. Mereka bertugas melacak, menangkap, dan menghukum siapa pun yang menunjukkan perbedaan pendapat atau dicurigai sebagai ancaman bagi negara.