Mohon tunggu...
FEBRIA LUSIA 111211355
FEBRIA LUSIA 111211355 Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Febria Lusia Universitas Dian Nusantara NIM 111211355 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis Mata kuliah Leadership Nama dosen: Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si. Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Gaya Leadership Adolf Hitler

13 November 2024   10:14 Diperbarui: 13 November 2024   10:19 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1. Alasan Ideologis dan Visi untuk Membangun "Reich Ketiga"

Visi utama Hitler adalah membangun Jerman sebagai negara yang dominan dan unggul secara global, yang dikenal sebagai "Reich Ketiga." Setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I dan ketidakstabilan di masa Republik Weimar, ia melihat peluang untuk membawa Jerman ke dalam masa kejayaan baru. 

Menurut Hitler, kejayaan ini hanya dapat dicapai jika negara dipimpin oleh satu sosok kuat yang memiliki kendali penuh atas semua aspek pemerintahan, tanpa campur tangan dari pihak-pihak lain yang berpotensi merusak atau melemahkan bangsa.

Kepemimpinan otoriter memberikan Hitler kekuatan mutlak untuk menjalankan visinya. Ia tidak perlu menghadapi perbedaan pendapat atau kontrol demokratis yang bisa menahan ideologi dan kebijakan ekstremnya, seperti kebijakan anti-Semit dan kebijakan ekspansionis. Dengan memiliki otoritas penuh, ia mampu menerapkan langkah-langkah drastis untuk "membersihkan" Jerman dari pengaruh-pengaruh yang ia anggap sebagai ancaman terhadap stabilitas nasional.

2. Mobilisasi dan Kontrol melalui Karisma

Salah satu kunci kepemimpinan Hitler adalah kemampuannya untuk menginspirasi dan memanipulasi massa. Gaya kepemimpinannya yang karismatik berfungsi sebagai alat untuk menggalang dukungan rakyat. Hitler dikenal sebagai pembicara yang sangat pandai, dan ia menggunakan kemampuan ini untuk mempengaruhi emosi masyarakat Jerman, terutama yang merasa kecewa dengan kondisi sosial dan ekonomi Jerman pasca-Perang Dunia I.

Melalui pidato-pidato yang berapi-api, Hitler menciptakan rasa kebanggaan nasional yang baru dan menyalakan api patriotisme yang kuat. Ia juga memanfaatkan ketidakpuasan dan kecemasan publik dengan membentuk narasi tentang "musuh bersama," yaitu kaum Yahudi, komunis, dan kelompok minoritas lain. 

Taktik ini sangat efektif untuk menyatukan rakyat di bawah kendali Nazi, karena mereka dibuat percaya bahwa dukungan penuh kepada pemimpin adalah satu-satunya jalan untuk mempertahankan bangsa Jerman dari ancaman-ancaman eksternal.

3. Penggunaan Propaganda sebagai Instrumen Kontrol Sosial

Hitler memahami pentingnya citra publik dalam mempertahankan kekuasaannya. Bersama dengan Joseph Goebbels, Menteri Propaganda, Hitler merancang strategi komunikasi dan propaganda yang sangat terstruktur untuk memengaruhi opini publik dan mempromosikan citra dirinya sebagai pemimpin yang tak tergoyahkan. 

Melalui propaganda, ia membentuk persepsi rakyat bahwa dirinya adalah pemimpin yang kuat, kharismatik, dan mampu membawa Jerman ke puncak kejayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun