Invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada Februari 2022 menjadi salah satu peristiwa geopolitik paling signifikan abad ini. Konflik ini tidak hanya mengguncang stabilitas kawasan Eropa Timur, tetapi juga membawa dampak besar terhadap Rusia sendiri dan negara-negara di sekitarnya. Dalam perspektif geopolitik, Ukraina memiliki posisi strategis sebagai penyangga antara Rusia dan NATO, menjadikannya pusat persaingan kekuatan besar.Â
Bagi Rusia, mempertahankan pengaruh di Ukraina adalah bagian dari upaya untuk mencegah ekspansi NATO ke perbatasannya, sementara bagi negara-negara Barat, mendukung kedaulatan Ukraina adalah langkah strategis untuk membendung pengaruh Rusia.
Dampak konflik ini sangat terasa di Rusia dan kawasan bekas Uni Soviet. Negara-negara seperti Belarusia, Armenia, dan Kazakhstan mengalami tekanan ekonomi dan politik akibat dampak sekutu mereka terhadap perang ini. Sementara itu, sanksi internasional terhadap Rusia telah memengaruhi sektor ekonomi, energi, dan sosial domestik.Â
Esai ini bertujuan untuk menganalisis konflik Rusia-Ukraina dari perspektif geopolitik, dengan menyoroti motivasi Rusia dalam invasi ini serta dampak konflik terhadap negara-negara di kawasan Rusia. Dengan menggunakan referensi dari berbagai jurnal akademik, tulisan ini akan mengungkap bagaimana dimensi identitas, distribusi kekuasaan, dan keterlibatan aktor internasional memengaruhi dinamika perang ini.
Akar Permulaan Konflik Rusia-Ukraina
Konflik antara Rusia dan Ukraina memiliki akar sejarah, politik, dan identitas yang kompleks. Secara historis, hubungan kedua negara erat kaitannya dengan warisan Uni Soviet. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Ukraina mendeklarasikan kemerdekaannya, yang menciptakan ketegangan dengan Rusia terkait status Krimea, kota pelabuhan strategis yang menjadi rumah bagi armada Laut Hitam Rusia.Â
Di awal 2000-an, ketegangan meningkat seiring dengan langkah Ukraina untuk mendekat ke Uni Eropa dan NATO.Â
Peristiwa "Revolusi Oranye" pada 2004 dan demonstrasi Euromaidan pada 2013 menjadi titik balik penting. Kedua peristiwa ini menunjukkan aspirasi rakyat Ukraina untuk lepas dari pengaruh Rusia dan lebih terintegrasi dengan Barat. Namun, langkah ini dianggap sebagai ancaman langsung oleh Rusia, terutama karena Ukraina memiliki posisi strategis sebagai penyangga geopolitik antara Rusia dan NATO.
Pada 2014, aneksasi Krimea oleh Rusia menjadi katalis utama konflik ini. Dengan dalih melindungi populasi etnis Rusia di wilayah tersebut, Rusia melakukan intervensi militer dan mendukung referendum yang dianggap tidak sah oleh komunitas internasional. Aneksasi ini tidak hanya melanggar kedaulatan Ukraina tetapi juga memicu sanksi internasional terhadap Rusia.Â
Selanjutnya, konflik meluas dengan keterlibatan kelompok separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk, yang secara langsung didukung oleh Moskow.Â
Perang yang berlangsung pada 2022 merupakan puncak dari eskalasi yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Motif Rusia, yang mencakup kepentingan geopolitik, keamanan, dan identitas nasional, menjadi elemen kunci dalam memahami akar konflik ini. Dengan strategi agresif yang berorientasi pada mempertahankan zona pengaruhnya, Rusia memanfaatkan isu identitas dan sejarah sebagai alat untuk membenarkan tindakannya.
Dinamika Geopolitik
Perang Rusia-Ukraina mencerminkan kompleksitas dinamika geopolitik yang melibatkan aktor-aktor global dengan kepentingan yang saling bersinggungan. Konflik ini tidak hanya sekadar perselisihan antara dua negara, tetapi juga pertempuran pengaruh antara Rusia dan Barat, terutama NATO dan Uni Eropa. Bagi Rusia, konflik ini adalah bagian dari upayanya mempertahankan pengaruh di wilayah bekas Uni Soviet, yang mencakup negara-negara seperti Belarusia, Armenia, dan negara-negara Asia Tengah.
Invasi Rusia ke Ukraina tidak hanya didorong oleh faktor keamanan, seperti mencegah perluasan NATO ke perbatasannya, tetapi juga oleh ambisi untuk mengembalikan statusnya sebagai kekuatan global.
Sementara itu, negara-negara tetangga Rusia menghadapi berbagai tantangan akibat perang ini. Kazakhstan dan Armenia, misalnya, harus menyeimbangkan hubungan mereka dengan Rusia tanpa memancing ketegangan dengan negara-negara Barat.Â
Di sisi lain, Belarusia, sebagai sekutu dekat Rusia, mengalami peningkatan isolasi internasional akibat keterlibatannya dalam mendukung Moskow. Selain itu, perang ini juga menciptakan dinamika baru dalam hubungan Rusia dengan China, yang semakin menjadi mitra ekonomi strategis di tengah sanksi Barat.
Ketahanan Energi Global
Salah satu dampak paling signifikan dari perang Rusia-Ukraina adalah tekanan pada sektor energi di Rusia. Sebagai salah satu produsen minyak, gas alam, dan batu bara terbesar dunia, Rusia menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan pangsa pasarnya setelah sanksi dari negara-negara Barat.
 Eropa, yang sebelumnya menjadi konsumen utama gas Rusia, secara bertahap mengurangi ketergantungan mereka melalui diversifikasi sumber energi. Akibatnya, Rusia berusaha memperluas pasar ekspornya ke Asia, terutama ke China dan India.
Di dalam negeri, sektor energi menjadi tulang punggung ekonomi Rusia dalam menghadapi tekanan ekonomi global. Namun, pembatasan teknologi dan pembekuan aset perusahaan-perusahaan energi Rusia di luar negeri telah menghambat kemampuan negara ini untuk memodernisasi industrinya.Â
Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh pemerintah tetapi juga oleh masyarakat Rusia, yang menghadapi inflasi tinggi akibat lonjakan harga barang kebutuhan dasar yang terkait dengan energi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI