Apalagi kalau orangtuanya bukan dari kalangan medis yang mengerti dengan lika-liku kehidupan dokter baru, mereka akan menganggap ketika anaknya sudah lulus dokter, keuangan sudah tidak perlu dibantu lagi. Padahal nyatanya, penghasilan seorang dokter internship bisa dibilang pas-pasan. Terutama yang mengabdi di bagian Indonesia timur, yang mana bahan pangan terbilang mahal.
Ada juga yang masih suka nanya, "Kamu sekarang udah jadi dokter spesialis apa?" Hemm... mohon maaf nih bapak/ibu sekalian, yang namanya S1 kedokteran keluarannya adalah "Dokter Umum" atau isitilah bahasa Sundanya (eh Bahasa Inggrisnya) "General Practitioner".Â
Dan sejujurnya, menjadi dokter umum saja di Indonesia (tanpa keahlian lain, entah itu S2, manajemen, bisnis, atau keahlian unik lainnya) masih kurang dihargai dan tentunya kurang mapan secara finansial.
So, ada beberapa yang ambil jalur express lanjut kuliah S2 atau spesialis (ini dua hal yang berbeda, ya).Â
Kalau S2 di Indonesia rata-rata 2 tahun, kalau mau ambil di LN ada yang menawarkan program 1 tahun saja. Kalau mau jadi dokter spesialis gimana caranya?Â
Ya, sekolah lagi dong, dengan durasi kurang lebih 3 sampai 5.5 tahun lamanya tergantung spesialisasi yang diambil. Apakah bayar?Â
Tentu, dan sejujurnya biayanya juga nggak murah. Dan perlu diingat bahwa seorang dokter yang sedang sekolah spesialis tidak boleh berpraktek. Jadi, siapa yang bayarin kuliahnya? Ya, silahkan didiskusikan dengan keluarga masing-masing.Â
Sebagai tambahan, dokter spesialis memang lebih dipandang dan juga lebih menghasilkan secara finansial, tapi berapa lama umur yang perlu dipertaruhkan untuk sampai di titik tersebut? Dan, berapakah kocek yang harus dirogoh untuk menebusnya?
Oiya, menyinggung sedikit tentang masalah percintaan seorang dokter, karena tentunya ini tidak terlepas dari quarter life crisis.Â
Dengan sibuknya perkuliahan dan karir yang terus berlanjut, maka nggak heran beberapa dokter dianggap "telat menikah" oleh orang di sekitarnya.Â
Kita nggak pernah tahu alasannya, apakah karena ingin fokus berkarir, belum ada yang cocok, atau belum ada duitnya untuk membangun rumah tangga. So, ya, timeline hidup orang berbeda-beda, ujiannya berbeda-beda, maka jangan men-judge.