Bisa dikatakan bahwa saya adalah salah satu dari para penggila seafood. Mendengar kata kerang, kepiting bakar, udang goreng saus mentega, cumi, lobster “lidah saya langsung bergoyang”, dan pastinya jadi lapar, apalagi kalo mencium bau aromanya yang hummm, yuummmiiii…. rasanya ingin sekali menikmati makanan tersebut. Lebih-lebih kalo sudah makan rasanya tak ingin berhenti sebelum makanan itu habis saya lahap semua, haha…
Seperti yang kita lihat saat ini, banyak sekali rumah makan ataupun tempat-tempat makan dipinggiran jalan yang menawarkan menu makanan merupa hidangan seafood. Lebih lagi di kota saya yaitu kota jogja, banyak sekali yang namanya rumah makan/warung makan seafood. Biasanya saya sering makan bersama keluarga atau teman-teman di warung seafood daerah terban tepatnya di sebelah selatan pertigaan terban, dekat circle K. Disitu citarasa masakannya yahuudd, bumbunya bener-bener meresap.
Namun ada juga beberapa orang yang justru malah alergi makan seafood, seperti teman saya yang alergi makan udang ataupun kepiting. Efeknya setelah mereka makan tubuhnya jadi gatal-gatal. Well.. aku juga setiap kali makan kena alergi, alergi tidak mau berhenti makan.. =)
Selain lezat, makanan seafood juga kaya akan gizi. Ada protein, mineral, dan berbagai macam-macam vitamin. Menurut rizet pengetahuan dikatakan juga ada beberapa jenis seafood yang justru bisa sebagai obat penyakit, contohnya :
Cumi-cumi = merupakan salah satu hewan laut dari keluarga Loliginidae, kelas Cephalopoda. Kandungan Tinta cair pada cumi-cumi ini justru berguna untuk memerangi tumor, selain itu juga digunakan sebagai bumbu makanan pasta. Tidak perlu khawatir dengan zat pekat ini karna beberapa orang juga menganggap zat tinta ini justru penting untuk peningkat cita rasa.
Namun taukah kamu…!!!
Ketika kita menikmati sebuah hidangan seafood diatas meja, pernahkah kita berfikir “dengan cara apakah orang-orang menangkapnya dan bagaimana populasi mereka saat ini..”,
Itu salah satu kalimat yang saya baca di sebuah info dan sebenarnya setelah membaca info tersebut, saya merasa sedikit kecewa, rada tertuduh, dan tertampar *agak lebay*
Di situ dikatakan bahwa “Produk seafood di Indonesia terancam kelangsungannya ketika kawasan pesisir dan perikanan karang memberi tekanan yang sangat tinggi pada populasi dan lingkungan hidup ikan”.
Jadi intinya kelangsungan produk makanan seafood yang semakin meningkat akan diminimalkan karena populasi dan lingkungan hidup di laut semakin kritis alias hampir punah, karena ulah orang-orang yang menggunakan cara penangkapan yang tidak tepat/sembarangan. Cara penangkapan yang tidak tepat telah merusak habitat para ikan dilaut yang menyebabkan habisnya cadangan ikan karang dan ikan tepi pantai di banyak kawasan di Indonesia.
Lalu apa hubungannya hal ini dengan kita para pecinta Seafood ? Sesungguhnya Tidak semua kawasan di Indonesia mengalami kehancuran dan masa depan yang suram. Dengan berhati-hati memilih serta mengkonsumsi hidangan laut, kita dapat membantu membuat segalanya menjadi lebih baik.
Coba kita perhatikan :
- Lobster membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk tumbuh dan menjadi dewasa, bahkan hanya beberapa bayi lobster yang mampu bertahan hidup di alam laut.
- Lobster umumnya ditangkap dengan cara menyemprotkan racun. Racun tersebut pastinya juga membunuh para terumbu karang dan satwa laut lainnya.
- Banyak bayi-bayi udang yang tertangkap oleh nelayan,sehingga populasi udang semakin menurun akibat kurangnya regenerasi udang.
- Udang juga diternakkan dalam tambak, yang dibangun dengan menebang hutan bakau serta menggunakan bahan kimia yang buangannya dapat merusak ekosistem sekitarnya. Tanpa pohon bakau, garis pantai akan terkena erosi dan tempat perkembangbiakan alami ikan akan hilang.
Bukan berarti melarang untuk menikmati hidangan seafood, karna sayapun nyatanya juga suka. Namun alangkah lebih baiknya apabila para nelayan atau penangkap ikan menggunakan cara yang lebih tepat yang tidak merusak ekosistem dan populasi bawah laut, masyarakatpun juga harus memiliki kesadaran untuk mencintai alam.
Dengan begitu kita dapat turut berperan dalam menjaga jumlah populasi ikan, kelestarian lingkungan dan kesehatan ekosistem laut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H