Kehadiran UU Nomor 6 Tahun 2023 tentang Cipta Kerja juga memperparah perang internal ini. Satu hal yang jadi batu besar dari permasalahan ini adalah perbedaan paham yang benar.Â
Sayangnya, kaum buruhlah yang menjadi substansi dengan kebenaran yang dianggap "tidak benar". Sehingga, pemerintah tetap mengesahkan UU Cipta Kerja dengan harapan pandangan mereka dapat teradiasi ke kaum buruh.
Dari awal perumusan UU Cipta Kerja, pemerintah sepertinya tidak benar-benar ingin menyusahkan kaum buruh.Â
Akan tetapi, perubahan aturan di dalamnya masih kurang tepat untuk dikatakan mensejahterakan rakyat. Kebenaran UU Cipta Kerja hanya terlihat di mata pemerintah. Hasilnya, kaum buruh tetap hidup di bawah kesejahteraan yang tidak pasti.
Kebenaran itu penting. Itu adalah pusat kehidupan manusia. Begitu penting sehingga menjadi rentan untuk menuntut. Definisi tentang kebenaran mungkin berbeda satu sama lain, sehingga mudah memicu konflik kepada orang lain.Â
Dengan kata lain, apa yang kita anggap benar tidak dijamin benar bagi oran lain. Ini menyangkut masalah kebenaran sebagai masalah kepercayaan. Apa yang dirasakan untuk menyangkal keyakinan lama dapat menjadi masalah kritis dalam kehidupan seseorang.
Saat ini, kaum buruh harus dipastikan untuk menyetujui segala ketentuan, hingga kebenaran terasa tidak lagi relevan. Kebenaran jadi terbuka untuk diperdebatkan.Â
Kebenaran yang kita ketahui sekarang dibangun karena menerima apa yang dikatakan mayoritas adalah benar.Â
Mengetahui bahwa poin kaum buruh tidak selalu benar, maka segala perkataan pemerintah pun dapat menjadi mutlak dengan segala cara --jika dipaksakan. Cara hidup inilah yang dihadapi kaum buruh-- sering didiktekan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI