Mohon tunggu...
Febbyuli Arrissa
Febbyuli Arrissa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Education Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Buruh, Roda Perekonomian yang Penuh Ketidakpastian

1 Mei 2023   16:33 Diperbarui: 5 Mei 2023   01:45 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Buruh menggelar aksi damai saat merayakan Hari Buruh Internasional atau May Day di kawasan Patung Kuda, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (1/5/2023). Mereka, antara lain, menuntut pencabutan UU Cipta Kerja. (Foto: KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)

Sejak zaman dulu, manusia berkelana untuk menjelajahi lingkungannya, menantang hal-hal yang tidak mereka ketahui. Dari era Aristoteles ke Nietzche, hingga saat ini, kita masih mengajukan pertanyaan yang sama: apa itu kebenaran?

Manusia itu unik; untuk diri mereka sendiri dan orang lain. Setiap orang lahir dari proses evolusi yang panjang, diciptakan sebagai manifestasi dari semacam gagasan kekuasaan yang kompleks. 

Apa yang manusia lihat dan rasakan bertahun-tahun yang lalu dan apa yang kita lihat dan rasakan sekarang, tentu berbeda dalam cara kita memahami maknanya. Keyakinan manusia tumbuh seiring perkembangan zaman.

Beberapa orang memegang keyakinan bahwa manusia dilahirkan sebagai halaman kosong, artinya semua pengetahuan kita berasal dari cara kita untuk memahami sesuatu, tabula rasa. 

Bertentangan dengan keyakinan ini, yang lain menyatakan bahwa kita tidak dilahirkan sebagai halaman kosong. Pikiran kita menyimpan beberapa pengetahuan, disebut sebagai teori innatism. Namun, mana di antara keduanya yang benar? Dan mana yang salah?

Kita mungkin berpikir bahwa apa yang kita miliki saat ini adalah apa yang kita anggap benar. Mirip dengan pendahulu kita, mereka pasti berpikir bahwa apa yang mereka miliki saat itu adalah benar. Jadi, apakah kebenaran itu? Bagaimana kita bisa mendefinisikannya?

Cukup rumit untuk dijelaskan, tetapi kebenaran sejati adalah sesuatu yang memegang nilai fakta; benar dalam segala hal. 

Kebenaran dan kepercayaan perlu diterima sebagai dua hal yang berbeda, tetapi juga mungkin bagi mereka untuk bersinggungan di beberapa titik. 

Bukan berarti apa yang semua orang anggap benar atau hanya yang anda yang tahu itu benar. Suatu hal bisa benar karena itu benar.

Pertarungan tentang kebenaran juga berlangsung antara pemerintah dan kaum buruh. Tahun ke tahun seolah tak selesai juga kesalahpaham antarkedua subtansi tersebut. 

Kehadiran UU Nomor 6 Tahun 2023 tentang Cipta Kerja juga memperparah perang internal ini. Satu hal yang jadi batu besar dari permasalahan ini adalah perbedaan paham yang benar. 

Sayangnya, kaum buruhlah yang menjadi substansi dengan kebenaran yang dianggap "tidak benar". Sehingga, pemerintah tetap mengesahkan UU Cipta Kerja dengan harapan pandangan mereka dapat teradiasi ke kaum buruh.

Dari awal perumusan UU Cipta Kerja, pemerintah sepertinya tidak benar-benar ingin menyusahkan kaum buruh. 

Akan tetapi, perubahan aturan di dalamnya masih kurang tepat untuk dikatakan mensejahterakan rakyat. Kebenaran UU Cipta Kerja hanya terlihat di mata pemerintah. Hasilnya, kaum buruh tetap hidup di bawah kesejahteraan yang tidak pasti.

Kebenaran itu penting. Itu adalah pusat kehidupan manusia. Begitu penting sehingga menjadi rentan untuk menuntut. Definisi tentang kebenaran mungkin berbeda satu sama lain, sehingga mudah memicu konflik kepada orang lain. 

Dengan kata lain, apa yang kita anggap benar tidak dijamin benar bagi oran lain. Ini menyangkut masalah kebenaran sebagai masalah kepercayaan. Apa yang dirasakan untuk menyangkal keyakinan lama dapat menjadi masalah kritis dalam kehidupan seseorang.

Saat ini, kaum buruh harus dipastikan untuk menyetujui segala ketentuan, hingga kebenaran terasa tidak lagi relevan. Kebenaran jadi terbuka untuk diperdebatkan. 

Kebenaran yang kita ketahui sekarang dibangun karena menerima apa yang dikatakan mayoritas adalah benar. 

Mengetahui bahwa poin kaum buruh tidak selalu benar, maka segala perkataan pemerintah pun dapat menjadi mutlak dengan segala cara --jika dipaksakan. Cara hidup inilah yang dihadapi kaum buruh-- sering didiktekan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun