Mohon tunggu...
Febby Sinaga
Febby Sinaga Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya Ibu rumah tangga biasa

Pernah menjadi Wanita yang mempunyai waktu luang untuk menulis.. Dan semoga akan ada waktu ulang lainnya..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

7 Tahun Lewat 1 Hari yang Lalu, Jasadmu Mengalihkan Duniaku

23 Mei 2012   08:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:56 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini cerita tentang "KITA" ayah, sekali lagi tentang "KITA". Aku menuliskannya untukmu ayah, untuk mengenangmu, untuk membangun ingatanku tentang kamu dan tentang kita. (biar saja mereka menganggapku terlalu melankolis hari ini, tapi ini hak ku ayah, menuliskan tentang kita dan tugas mereka hanya membaca dan berkomentar tanpa kesempatan untuk masuk dalam cerita kita.

7  tahun sudah kau pergi ayah,akh... lewat 1 hari sebenarnya. aku baru teringat kamu, bukan aku lupa ayah.. tapi aku punya cara sendiri dalam mengenangmu, membangkitkan wajahmu dalam isi kepalaku, menghadirkan setiap bau tubuhmu pada hidungku.  akh.. terlalu gila aku berangan berharap kau ada saat ini.

Rasanya aku pun belum sepenuhnya percaya sudah selama itu ku lewatkan hari tanpamu ayah, tanpa mendengar suaramu sepulang kerja, tanpa hobby ku mencabuti bulu ketiakmu, tanpa mata mendelikmu jika marah dan tanpa perbincangan kita tentang masa lalumu, masa depanku dan masa sekarang. yah masa sekarang, karena masih saja aku berbincang-bincang denganmu di hatiku, benakku dan anganku.

Masih jelas ingatanku ayah, bau tubuhmu serta tangan cemong-cemongmu saat pulang kerja. rasanya masih baru kemarin tangan itu merengkuhku kepelukanmu, memberikan kedamaian seorang anak manja sepertiku. rasanya baru kemarin ku hafal bau badanmu. dan masih ingatkah kau disana ayah? tentang hobbyku mencabuti bulu ketiakmu dulu? atau tentang siasatku berpura-pura sakit jika kau tak menuruti permintaanku? akh.. aku rasa kau terlalu sibuk menangisi kebodohanku sekarang..

Masih tampak jelas dalam benakku ayah, saat kebersamaan kita. aku, kau dan ibu.. yah saat kita bertiga tanpa kedua kakak laki-lakiku dan sebelum kehadiran adik perempuanku. masih ku hafal aktifitas mingguan kita ke TimeZone, berburu bola untuk memasukkannya kedalam keranjang bernomor yang akan menghasilkan poin untuk kita tukarkan. ingatkah kau ayah? saat daguku terbentur stang saat kita bermain bom bongkar? hahhaha itu masih sangat kuingat, tapi tak pernah membuat kita kapok menyetir bom bongkar bersama. mungkin kebahagianku saat itu terlalu besar ayah, jika di bandingkan dengan apa yang dirasakan adikku denganmu. tapi itu salahmu ! kenapa kau terlalu cepat pergi dan membiarkan adikku hanya mengenangmu dalam 3 tahun awal hidupnya? akh.. terlalu bodoh aku menanyakan itu ayah..

Dan ayah, rasanya baru kemarin aku melampiaskan kemarahanku kepadamu dengan caraku. kau pasti ingat bagian ini ayah, saat kau mengganti channel TV yangg sedang ku toton dengan acara berita favoritmu, bagaimana marahku saat itu? ku hentak-hentakkan kakiku, ku banting pintu yang ada di dekatmu. dan dengan kelembutanmu kau mengalah dariku sambil berucap, bahwa kau mempunyai anak yang berprilaku seperti nenek-nenek. hahhah itu masih sangat membekas ayah..

Dan ayah, masih kuingat nasihatmu untukku, tentang cinta, hidup dan segala yang kau tau. dan ku tau itu baik untukku. Pernah kau bicara padaku tentang ini ayah, tentang cinta yang kau bilang  jangan sampai menjadi kerisauan masa puberku. kau memberikanku contoh kekal kau dan ibu, yang dapat bertemu denganmu walau terpisah jarak ,budaya dan keyakinan yang berbeda.yah, jodoh itu memang tidak akan kemana, kalsik mungkin, tapi itu membbuatku tak ambil pusing soal pacar.

Masih kurasa emosiku ayah, saat motivasimu membakar semagat belajarku. kau bilang aku anak yang terlalu banyak keingin tahuan, sampai kadang kau lelah menjawab pertanyaanku yang kau bilang sampai ke akar-akarnya, hahhaha. dan kau selalu bilang, bahwa aku selalu bisa menjadi apa yang aku mau jika aku berusaha. kau sering menyentilku dengan perkataan. "jika orang lain bisa, kenapa aku tidak bisa?" (sentilan simpel tapi membuat motivasi besar untukku_)

Masih banyak cerita tentang kita ayah, yang tidak akan pernah habis ku kenang.

Dan ini yang membekas ayah, segar dan merah dalam benakku setiap detik kesakitanmu melawan ajal, setiap perjuanganmu menentang malaikat maut yang terlalu angkuh untuk mengingkari tugasnya mencabut nyawamu dari tubuhmu. kenapa ayah? kenapa harus kurasakan kepergianmu secepat itu? kenapa harus kulihat adikku memperagakan orang-orang menggotong kerandamu dengan wajah polos anak kecil 3 tahun? kau pasti tau perasaanku. kenapa ayah? kenapa harus secepat itu ku lihat bajumu di bagikan kepada yang hadir untuk mendoakanmu? padahal kau tau, aku selalu ikut setiap ibu membeli baju baru untukmu. dan aku.. masih mengingat helai bajumu yang kadang kulihat di pakai tetangga kita ayah. mungkin aku tak rela..

Kenapa aku harus merasakan susah saat kau tak ada? merangkak tertatih tatih bersama sisa keluarga kita untuk betahan? melihat ibu berjuang mempertahankan kami dengan caranya? bukan caramu yang ku kagumi.

Mungkin aku masih bisa terseyum saat kulihat tubuhmu di baluti kain kafan putih dan di taburi minyak wangi mayat. tapi ayah.. itu bukan karna aku anak tak tau diri, tapi saat itu kupikir ku sedang bermimpi.

Dan ayah, sejak saat itu. saat jasadmu di masukkan ke liang lahat, saat semua orang menangisi mu, saat kau tak lagi hadir di setiap hari-hariku. ku tau, dunia tak lagi sama. dunia tak lagi ramah. dunia tak lagi selalu baik untukku. karena jasadmu, mengalihkan duniaku.

*buat Ayahku tercinta, semoga kau tenang di alam sana. biarkan motivasimu menghantuiku untuk terus bertahan. biarkan setiap keanganmu  membunuh rinduku. terimakasih ayah, atas semua hal terindah (karena kau tak pernah buruk untukku)

_My Father_Herman Sinaga_


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun