"Ayo Fera!" balas Feni tak kalah semangat.
Aku dan Feni bergegas menuju lantai dua yang belum jadi itu. Dengan sangat hati-hati kami naik supaya nenek kakek kami tidak mengetahuinya.
Sesampainya di atas kami duduk sembari melihat anak seusia kami yang bermain di bawah. Hembusan angin di sore hari membuat helai rambut kami berterbangan.
Beberapa saat kemudian aku menemukan sebuah kaleng cat. Aku berniat mengajak Feni untuk memainkannya.
"Feni! liat aku nemuin apa!" teriakku sambil menunjuk kaleng cat itu.
"Wah! ayo main!" jawab Feni dengan semangat.
Feni pun bergegas menuju tempat dimana kaleng cat itu kutemukan. Lalu kami pun memainkannya.
"Kak! bagi dong!" ucap seorang anak laki-laki bersama temannya dari bawah.Â
Aku dan Feni mencelupkan tangan ke dalam cat kaleng itu. Lalu kami mengarahkan tetesan cat di tangan kami ke bawah.
Mereka bersorak kegirangan. Kami pun ikut senang bisa bermain bersama.
Tiba-tiba seseorang memanggil kami. Kami yang merasa dipanggil pun melihat ke belakang.