Libur akhir tahun memang telah lama tiba. Tapi jangan lupa mengunjungi situs-situs Cagar Budaya di daerah masing-masing, ya 😊.Yuk kenali lebih jauh history local kota sendiri.
Lets go to a new adventure!! 😁😁.
***
Salah satu Cagar Budaya yang dimiliki oleh Kota Probolinggo adalah Benteng Mayangan. Lokasi benteng terletak di RT 005 RW 002, Jalan Ikan Lumba-Lumba, Kecamatan Mayangan tidak jauh dari Cagar Budaya lainnya seperti stasiun kota, pelabuhan dan tugu Alun-Alun.
Bangunan yang didominasi dengan warna merah bata ini telah menjadi icon destinasi city tour sejak tahun 2011 ketika kapal pesiar wisatawan asing mengunjungi Kota Probolinggo.
Kini, di sekitar benteng juga terdapat kedai kecil-kecilan dan Kampoeng Inggris. Kedai ini diperuntukkan bagi para pengunjung yang ingin rehat sejenak dengan jam buka 05.00-16.00 setiap hari.
Sedangkan Kampoeng Inggris merupakan kampung edukasi dengan warga yang mengikuti kursus Bahasa Inggris dari usia muda sampai usia tua selama dua kali seminggu. Acara kursus ini gratis tanpa dipungut biaya.
Sedangkan bahan pembuat bangunan ini terdiri dari bata berwarna merah, pasir halus, batuan gunung dan dicampur dengan lumpur sebagai perekat. Semua bahan baku bisa dilihat di bagian depan benteng.
Selain itu, sudah sejak lama pula sisa-sisa benteng dengan tinggi sekitar 2 meter dengan ketebalan 0,5 meter masuk dalam Perda (Peraturan Daerah) tentang Cagar Budaya oleh Pemda setempat sejak tahun 2013.
Bersamaan dengan Bangunan Cagar Budaya lain seperti Markas Kodim 0820, Batalyon Zeni Tempur, Masjid Tiban, Stasiun Probolinggo, Gereja Merah, Museum Probolinggo, Pelabuhan Tanjung Tembaga, Tugu Alun-Alun, Sungai Banger dan Museum dr. Mochammad Saleh. Pemilihan bangunan-bangunan ini bukannya tanpa alasan.
Tetapi ada lima indikator yang harus melingkupinya. (1), nilai sejarah dikaitkan dengan peristiwa (2), segi usia memiliki batas minimal 50 tahun (3), tolok ukur keaslian dikaitkan dwengan keutuhan baik sarana maupun prasarana lingkungan (4), tolok ukur tengeran atau landmark yang dijadikan simbol suatu lingkungan (5), tolok ukur arsitektur dikaitkan dengan estetika yang menggambarkan suatu zaman atau gaya tertentu (Radar Bromo, 2012:39).
Pembangunan benteng juga merupakan suatu ciri khas kota-kota kolonial di utara pesisir Pulau Jawa, salah satunya Kota Probolinggo. Dibangunnya sebuah benteng itu sendiri tentunya digunakan untuk berbagai fungsi.
Pengertian dari benteng menurut Novida Abbas (2018:5) adalah sebagai berikut:
"Salah satu bangunan pertahanan yang digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman atau serangan musuh. Keberadaan benteng pada umumnya dikaitkan dengan kondisi peperangan".
Pernyataan di atas diamini oleh Purnawan Basundoro (2012:90) juga menerangkan:
"Benteng menjadi simbol dari upaya mempertahankan diri dari ancaman di luar mereka. Di kota-kota kolonial, benteng menjadi penanda awal lahirnya kota-kota tersebut".
"Benteng tersebut dibangun sebelum 1743, ditempatkan pada posisi yang strategis, yaitu dekat pelabuhan dan sebelah mulut sungai, dengan tujuan supaya lebih mudah dicapai oleh kapal.
Di dalam benteng tersebut seperti biasanya terdiri atas pos dagang, dilindungi dengan beberapa bangunan yang dipakai sebagai tempat tinggal dan gudang".Handinoto pada halaman 8 kemudian melanjutkan keterangannya:
"di sebelah utara dari alun-alun terdapat sebuah stasiun kereta api. Di belakang stasiun tersebut terdapat sebuah tangsi militer yang oleh orang-orang setempat disebut benteng. Di belakang benteng tersebut terletak pelabuhan."
Tenaga kerja yang diserahkan untuk mengangkut barang, memelihara jalan dan membersihkan bangunan-bangunan di benteng".
Sedangkan laman online resmi dari Pemerintah Kota Probolinggo, https://portal.probolinggokota.go.id/ (diakses 1/1/2021), dijelaskan bahwasanya benteng tersebut pernah dijadikan sebagai tempat tinggal sementara dari Raden Tumenggung Djojonegoro:
"Sebagai pengganti Kyai Djojolelono, kompeni mengangkat Raden Tumenggung Djojonegoro, Bupati Surabaya ke 10 sebagai Bupati Banger kedua. Rumah kabupatennya dipindahkan ke Benteng Lama".
Kemudian selanjutnya, Abdul Rohman (2018) membuat pembabakan sejarah benteng ini dari tahun ke tahun. Lebih jelasnya bisa melihat bagan di bawah ini:
1. Sebelum tahun 1743: Benteng Probolinggo di Mayangan telah dibangun
2. Tahun 1743 - 1768: Sebagai tempat tinggal dari Raden Tumenggung Djojonegoro sekaligus menjadi pusat pemerintahan Kadipaten Banger
3. Tahun 1805 - 1810: Kembali menjadi pos perdagangan
4. Tahun 1810 - 1813: Menjadi benteng pertahanan dari tentara Inggris
5. Tahun 1813 - 1942: Menjadi benteng pertahanan, pos dagang dan tangsi militer dari tentara Belanda
6. Tahun 1942 - 1945: Menjadi benteng pertahanan dan tangsi militer dari tentara Jepang
7. Tahun 1945 - 1947: Menjadi benteng pertahanan terakhir Probolinggo oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia)
8. Tahun 1947 - 1948: Dijadikan markas pasukan tank Belanda pada Agresi Militer I dan II
9. Tahun 1948 - 1960: Kosong, tidak ada penghuni
10. Tahun 1970 - 2017: Dihuni oleh keluarga TNI (Tentara Nasional Indonesia), sebagai gudang jaring dan tampar
Akhirnya sebagai penutup dari artikel ini, kita telah mengetahui jika Benteng Probolinggo (masyarakat lebih sering menyebutnya sebagai Benteng Mayangan) memiliki arti penting dalam sejarah Kota Probolinggo. Bukan hanya sebagai icon dari landmark destinasi wisata, tetapi juga sebagai salah satu Cagar Budaya yang patut dilestarikan sampai nanti. Harap saya sebagai Penulis, agar generasi muda tidak melupakan peninggalan kolonial ini sebagai identitas kota mereka sendiri.
Sumber Rujukan:
- Buku dan Jurnal
Abbas, Novida. (2018). Beberapa Benteng Belanda di Jawa Tengah. Yogyakarta: Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Anonim. (2012). Kota Probolinggo Usulkan 11 Situs Cagar Budaya Baru; Dari Masjid Tiban hingga Gereja GBIP Immanuel. Probolinggo: Koran Radar Bromo.
Basundoro, Purnawan. (2012). Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Handinoto. (1997). 'Bentuk dan Struktur Kota Probolinggo; Tipologi Sebuah Kota Administratif Belanda'. Hal 7-10. Dalam Jurnal Dimensi Arsitek, Vol. 23, No. 1, Edisi 1997.
Rohman, Abdul. (2018). Sejarah Yang Terlupakan; Mempertahankan dan Merebut Kembali Probolinggo. Probolinggo: Komunitas Bumi Banger.
Sapto, Ari. (2012). Kota Probolinggo Pada Masa Menjelang dan Awal Revolusi (The City of Probolinggo At The Beginning of The Lead and Revolution). Hal 39. Dalam Jurnal Literasi Vol. 2 No. 1, Edisi 2012.
- Website
Pemerintah Kota Probolinggo. (2016). Sejarah Kota Probolinggo. (Daring). Diunggah pada tanggal 04 Agustus 2016. Diakses dari https://portal.probolinggokota.go.id/index.php/profil/sejarah, 1/1/2021: 02.15 WIB.
- Foto Lama
Marine Luchtvaart Dienst Indie. (1947). Luchtopname van Probolinggo. (Daring). Diunggah di KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde) tahun 2016.
Diakses dari https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/753745?solr_nav%5Bid%5D=c0203ee46ed5563b20d7&solr_nav%5Bpage%5D=1&solr_nav%5Boffset%5D=7, 1/1/2021: 02.15 WIB.
-Peta
Topographisch Bureau (Batavia). (1882). Kaart van de hoofdplaats Probolinggo en omstreken. (Daring). Diunggah di KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde) tahun 2016.
Diakses dari https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/815682?solr_nav%5Bid%5D=d95a6517cc743ced3041&solr_nav%5Bpage%5D=6&solr_nav%5Boffset%5D=14, 1/1/2021: 02.15 WIB.
NB: Buku hanya sebagai pemanis saja.
📷: Photo taken by Me.
Bolinggo, 1 Januari, 2021
#sejarahProbolinggo #historylocal #Probolinggohits #exploreProbolinggo #Probolinggokita #bolinggohits #wisataProbolinggo #kotaProbolinggo #amazingProbolinggo #endlessProbolinggo #blusukanProbolinggo #impressiveProbolinggo #infoProbolinggo #Probolinggopunya #aboutProbolinggo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H