"Salah satu bangunan pertahanan yang digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman atau serangan musuh. Keberadaan benteng pada umumnya dikaitkan dengan kondisi peperangan".
Pernyataan di atas diamini oleh Purnawan Basundoro (2012:90) juga menerangkan:
"Benteng menjadi simbol dari upaya mempertahankan diri dari ancaman di luar mereka. Di kota-kota kolonial, benteng menjadi penanda awal lahirnya kota-kota tersebut".
"Benteng tersebut dibangun sebelum 1743, ditempatkan pada posisi yang strategis, yaitu dekat pelabuhan dan sebelah mulut sungai, dengan tujuan supaya lebih mudah dicapai oleh kapal.Â
Di dalam benteng tersebut seperti biasanya terdiri atas pos dagang, dilindungi dengan beberapa bangunan yang dipakai sebagai tempat tinggal dan gudang".Handinoto pada halaman 8 kemudian melanjutkan keterangannya:
 "di sebelah utara dari alun-alun terdapat sebuah stasiun kereta api. Di belakang stasiun tersebut terdapat sebuah tangsi militer yang oleh orang-orang setempat disebut benteng. Di belakang benteng tersebut terletak pelabuhan."
Tenaga kerja yang diserahkan untuk mengangkut barang, memelihara jalan dan membersihkan bangunan-bangunan di benteng".
Sedangkan laman online resmi dari Pemerintah Kota Probolinggo, https://portal.probolinggokota.go.id/ (diakses 1/1/2021), dijelaskan bahwasanya benteng tersebut pernah dijadikan sebagai tempat tinggal sementara dari Raden Tumenggung Djojonegoro:
"Sebagai pengganti Kyai Djojolelono, kompeni mengangkat Raden Tumenggung Djojonegoro, Bupati Surabaya ke 10 sebagai Bupati Banger kedua. Rumah kabupatennya dipindahkan ke Benteng Lama".