Mohon tunggu...
Febbry Vebilola Manalu
Febbry Vebilola Manalu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Geografi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Potensi Kebijakan Presiden/Wapres Prabowo-Gibran tentang Hilirisasi dan Pengembangan Industri Berbasis Sumber Daya Alam Menuju Indonesia Maju

17 Juni 2024   19:36 Diperbarui: 17 Juni 2024   20:03 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.suara.com/ 

Kebijakan Presiden/Wapres Prabowo-Gibran tentang Hilirisasi Menuju Indonesia Maju

1. Pembangunan IKN

Latar belakang pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) adalah untuk mengurangi beban DKI Jakarta yang saat ini berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan bisnis, serta untuk mengatasi ketimpangan ekonomi antara Pulau Jawa dan wilayah lainnya di Indonesia. Menurut Silalahi  (2019)  dalam penelitiannya yang berjudul "Dampak ekonomi dan risiko pemindahan ibu kota negara" menjelaskan bahwasannya Aktivitas pemerintahan dan bisnis yang berpusat di Pulau Jawa khususnya DKI Jakarta, telah menghambat pertumbuhan pusat-pusat perekonomian baru di luar Pulau Jawa.

Kebijakan pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur memiliki potensi yang signifikan untuk mendukung agenda hilirisasi dan pengembangan industri berbasis sumber daya alam dalam upaya mewujudkan Indonesia Maju. Pemindahan IKN bertujuan untuk mengurangi beban Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan bisnis, serta mengatasi ketimpangan ekonomi antara Pulau Jawa dan wilayah lainnya. Namun, di balik tujuan ini, terdapat peluang besar untuk mengembangkan daerah baru sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Kalimantan Timur, tempat IKN baru akan dibangun, kaya akan sumber daya alam seperti batubara, minyak, dan gas bumi. Selama ini, eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di wilayah ini cenderung bersifat ekstraktif, dengan sedikit penambahan nilai dan pengembangan industri hilir. Dengan adanya IKN di Kalimantan Timur, pemerintah memiliki kesempatan untuk menarik investasi dan mengembangkan industri hilir yang mengolah sumber daya alam tersebut.

Salah satu prioritas utama kebijakan hilirisasi dan pengembangan industri berbasis sumber daya alam adalah mendiversifikasi basis ekonomi Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah. Selain itu, kebijakan hilirisasi dan pengembangan industri berbasis sumber daya alam juga harus mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan. Industri hilir yang efisien dan ramah lingkungan dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang sering terjadi dalam proses ekstraksi sumber daya alam.

Dengan adanya IKN di Kalimantan Timur, pemerintah juga dapat memfasilitasi pengembangan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan industri hilir. Pembangunan pelabuhan, jalan raya, jaringan listrik, dan fasilitas logistik yang memadai akan mempermudah distribusi bahan baku dan produk jadi, serta menarik lebih banyak investasi ke wilayah ini.

2. Hilirisasi di Sektor Industri

Hilirisasi adalah proses yang terkait dengan gagasan industrialisasi, yang merupakan langkah dalam pengembangan industri yang mengubah bahan baku (mentah) atau primer menjadi berbagai produk jadi, baik dalam industri sekunder maupun industri tersier. ( Putri & Faradina, 2023). Hal ini sejalan dengan pendapat Akhmadi (2024) dalam penelitiannya yang berjudul "Analisis Dampak Hilirisasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia menjelaskan bahwasannya dalam konteks nasional, hilirisasi merupakan salah satu metode untuk meningkatkan standar barang yang diproduksi suatu negara; ini juga dapat digunakan untuk banyak sektor industri, seperti telekomunikasi, manufaktur, dan pertanian.

Hilirisasi, atau pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi atau setengah jadi, merupakan salah satu pilar utama dalam kebijakan hilirisasi dan pengembangan industri berbasis sumber daya alam menuju Indonesia Maju. Dengan melakukan hilirisasi, Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang dimiliki, sekaligus menambah stok barang dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor.

Sektor pertambangan, kehutanan, dan kelautan merupakan contoh sektor-sektor yang memiliki potensi besar untuk menerapkan hilirisasi. Indonesia kaya akan sumber daya alam seperti batu bara, mineral, hasil hutan, dan sumber daya kelautan. Namun, selama ini, banyak dari sumber daya alam tersebut diekspor dalam bentuk mentah atau dengan sedikit pengolahan, sehingga nilai tambahnya relatif rendah.

Dengan kebijakan hilirisasi, pemerintah dapat mendorong pembangunan pabrik-pabrik pengolahan di dekat sumber daya alam. Misalnya, dalam sektor pertambangan, bijih besi dapat diolah menjadi baja, atau batu bara dapat diolah menjadi bahan bakar cair atau petrokimia. Dalam sektor kehutanan, kayu dapat diolah menjadi produk furnitur atau bahan bangunan bernilai tinggi. Dalam sektor kelautan, ikan dan hasil laut lainnya dapat diolah menjadi produk makanan atau obat-obatan.

Hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan mengembangkan rantai pasokan yang lebih kuat. Dengan adanya industri pengolahan di dalam negeri, kebutuhan akan tenaga kerja terampil akan meningkat, sehingga menciptakan peluang kerja untuk masyarakat lokal. Selain itu, hilirisasi juga dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor pendukung seperti logistik, transportasi, dan jasa lainnya.

Kebijakan hilirisasi dan pengembangan industri berbasis sumber daya alam juga sejalan dengan visi Indonesia Maju, yang bertujuan untuk memperkuat daya saing ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan mengolah sumber daya alam secara optimal dan menghasilkan produk bernilai tinggi, Indonesia dapat meningkatkan ekspor dan mendapatkan devisa yang lebih besar.

Namun, dalam menerapkan kebijakan hilirisasi, pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan hilirisasi juga harus didukung dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia, penyediaan infrastruktur yang memadai, serta insentif dan kemudahan bagi investor untuk menanamkan modalnya di sektor-sektor prioritas. Koordinasi yang erat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor swasta juga sangat penting untuk memastikan keberhasilan implementasi kebijakan ini.

3. Swasembada Pangan, Energi dan Air

Swasembada pangan berarti kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya tanpa bergantung pada impor. Hilirisasi di sektor pertanian dan pangan dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian, meningkatkan pendapatan petani, dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Hal ini sejalan dengan pendapat Elizabeth dan Anugrah (2020) dalam penelitiannya yang berjudul "Akselerasi hilirisasi produk agroindustri berdayasaing mendongkrak kesejahteraan petani dan ekonomi pedesaan"  yang menyampaikan bahwasannya Agar produk olahan yang berkualitas, bernilai tambah signifikan, dan memiliki daya saing tinggi dapat dicapai, diperlukan efisiensi, efektivitas, dan optimalisasi peran agroindustri sebagai strategi untuk mengoptimalkan proses hilirisasi produk pertanian.

Swasembada energi mengacu pada kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sayekti (2019) dalam penelitiannya yang berjudul " Evaluasi program desa mandiri energi berbasis biogas di desa mekarjaya" menyebutkan bahwasannya Hilirisasi sumber daya alam di sektor energi, seperti batubara, minyak, dan gas alam, dapat meningkatkan nilai tambah dan mengurangi ketergantungan pada impor energi.

Swasembada air mencakup pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan domestik, pertanian, dan industri. Hilirisasi industri yang memperhatikan keberlanjutan sumber daya alam juga dapat berdampak positif terhadap pengelolaan air. Dengan fokus pada hilirisasi, Indonesia dapat mengubah struktur ekonominya dari berbasis komoditas mentah menjadi ekonomi berbasis nilai tambah tinggi. Ini akan mengurangi volatilitas ekonomi yang terkait dengan fluktuasi harga komoditas dan meningkatkan stabilitas ekonomi jangka panjang.

Kebijakan Presiden/Wapres Prabowo-Gibran tentang Potensi Pengembangan Industri berbasis Sumber Daya Alam Menuju Indonesia Maju

Pengembangan industri berbasis SDA perlu dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan,efisiensi penggunaan sumber daya alam, pengembangan teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan kebijakan pemerintah yang mendukung.


1. Pengembangan UMKM menuju Entrepreneurs Village Berbasis Sumberdaya Alam

Asep Hamzah ( 2022 ) mengungkap bahwa diperlukan juga peran stakeholder terkait agar UMKM dapat memudahkan  dalam Akses Permodalan, Bantuan Pembangunan Prasarana, Pengembangan Skala Usaha, Pengembangan Jaringan Usaha, Pemasaran dan Kemitraan Usaha, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Peningkatan Akses Teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan pusat inovasi desain sesuai dengan kebutuhan pasar, pengembangan pusat penyuluhan dan difusi teknologi yang lebih tersebar ke lokasi-lokasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Sedangkan menurut Septian Wahyudi ( 2023 ) mengungkapkan bahwa memberikan kontribusi penting dalam menghadapi tantangan dalam sistem perekonomian saat ini, membantu masyarakat bersaing di pasar global yang semakin kompetitif, dan mengurangi dampak dari arus produk asing di pasar domestik. Yang mana Hasil program mencakup peningkatan jumlah dan kualitas UMKM, peningkatan pendapatan, semangat kewirausahaan yang meningkat, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan kolaborasi antara UMKM, pemerintah lokal, dan lembaga pendidikan.

Pengembangan UMKM menuju Entrepreneurs Village Berbasis Sumber Daya Alam (SDA) merupakan strategi yang bertujuan untuk menciptakan kluster UMKM yang terintegrasi dan berdaya saing tinggi, dengan memanfaatkan potensi SDA di suatu wilayah. Pendekatan ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menciptakan lapangan kerja baru menunu Indonesia maju. Tidaka hanya itu Pengembangan UMKM menuju Entrepreneurs Village berbasis sumber daya alam (SDA) merupakan sebuah strategi untuk meningkatkan potensi ekonomi dan menciptakan lapangan kerja di daerah pedesaan. Konsep ini berfokus pada pemanfaatan SDA lokal secara berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan UMKM dan membangun ekosistem kewirausahaan yang kuat. Tidak hanya itu melalui UMKM berbasis enterepreneurs village dapat Meningkatkan produktivitas dan daya saing UMKM lokal di pasar nasional dan internasional, Meningkatkan kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, Memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan global dan mengelola sumber daya alam secara ramah lingkungan.

2. Penerapan Teknologi Pertanian 

Muhammad Arief Rahmadsah Siregar ( 2023) menyatakan bahwa Penerapan teknologi pertanian terkini melibatkan penggunaan berbagai inovasi dalam segala aspek pertanian, mulai dari pemilihan benih unggul hingga penggunaan teknik budidaya yang tepat. Salah satu teknologi pertanian terkini yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan produktivitas tanaman padi adalah penggunaan varietas unggul. Teknologi pertanian terkini telah mengembangkan pupuk yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman padi serta pestisida yang lebih efektif dan ramah lingkungan. Dengan penerapan dosis dan waktu aplikasi yang tepat, dapat meningkatkan kualitas dan jumlah hasil panen padi. Terakhir, penerapan teknologi pertanian terkini juga mencakup penggunaan alat dan mesin pertanian yang modern. Alat dan mesin pertanian yang efisien, seperti mesin pengolahan tanah, mesin tanam, dan mesin panen, dapat mempercepat proses produksi, mengurangi tenaga kerja, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Sedangkan menurut agoes Thony Ak ( 2020 ), Untuk mewujudkan keberlanjutan pengelolaan lahan suboptimal, maka semua upaya teknis dan teknologis yang dilakukan harus pula mempertimbangkan kemungkinan dampak ekologisnya, kesesuaian sosiokultural dengan masyarakat lokal, selain tentunya menguntungkan secara ekonomi bagi petani sebagai pelaku utamanya. Lahan pasang surut membutuhkan lebih banyak intervensi teknologi agar dapat dijadikan lahan pertanian yang produktif.

Penerapan teknologi pertanian berbasis sumber daya alam (SDA) merupakan salah satu kunci utama untuk mewujudkan Indonesia Maju. Teknologi ini dapat membantu meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan sektor pertanian,sehingga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional dan peningkatan kesejahteraan petani. Dengan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak dan teknologi secara cerdas, Indonesia bisa menghadapi tantangan pertanian dan menuju arah kemajuan yang lebih baik.

3. Pengembangan pariwisata Alam

Asep Syaiful Bahri( 2022)  mengatakan bahwa untuk melihat potensi sumber daya alam dengan melihat keindahan alam  di bidang pariwisata, serta untuk mengetahui peluangnya dan tantangan sumber daya manusia bidan pariwisata di Labuan Bajo sangat di perlukan pergerakan manusia akan menggerakkan mata rantai ekonomi yang saling kait mengkait dan menjadi industri jasa seperti restoran,penginapan, pelayanan berjalan, transportasi, industri MICE. yang memberikan kontribusi bagi perekonomian, serta peningkatan kesejahteraan ekonomi. Tidak hanya itu  menurut Rahmat Sanusi ( 2020 ) mengatakan potensi pariwisata olahraga berbasis sumber daya alam di kabupaten Karimun Provinsi Kep. Riau untuk meningatkan nilai ekonomi. Potensi SDA dapat dikembangkan salah satunya pariwisata olahraga. Seperti balap sepeda, marathon, thriathlon, ironman, dayung dan voli pasir.

Pariwisata olahraga mengkombinasikan potensi prestasi olahrga melalui ketersediaan sumber daya alam sehingga menghsilkan nilai lebih yang membuat orang untuk datang berpartisipasi baik hanya sebagai suporter atau terlibat langsung sebagai peserta. Mengoptimalkan pariwisata olahraga berbasis sumber daya alam merupakan salah satu bagian dalam keilmuan olahraga yang berkaitan dengan nilai-nilai ekomi dan bisni. Jadi Pariwisata berbasis sumber daya alam memanfaatkan keindahan alam, keanekaragaman hayati, dan sumber daya alam lainnya sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.

Di Indonesia, pariwisata berbasis sumber daya alam sangatlah potensial, mengingat kekayaan alam yang luar biasa seperti pantai, gunung, hutan, dan terumbu karang. Pengembangan pariwisata berbasis sumber daya alam melibatkan berbagai kegiatan seperti pelestarian lingkungan, pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan, pengembangan jalur wisata yang aman, serta promosi destinasi pariwisata yang berkelanjutan. Sedangkan Industri ini menawarkan pengalaman wisata yang unik dan menarik, sekaligus memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional dan lokal dan juga Industri pariwisata berbasis SDA membuka peluang baru bagi masyarakat lokal untuk mendapatkan penghasilan melalui berbagai kegiatan seperti penyewaan akomodasi, transportasi, kuliner, dan jasa wisata lainnya. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat lokal dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tujuan wisata.

Dampak Kebijakan Presiden/Wapres Prabowo-Gibran tentang Hilirisasi dan Pengembangan Industri berbasis Sumber Daya Alam terhadap Perkonomian Indonesia

Indonesia dianugerahi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, seperti minyak dan gas bumi, batu bara, mineral, serta hasil perkebunan dan kehutanan. Namun, selama ini Indonesia cenderung mengekspor sumber daya alam tersebut dalam bentuk mentah atau setengah jadi. Hal ini menyebabkan nilai tambah yang diperoleh Indonesia relatif rendah, sementara negara-negara lain yang mengolah sumber daya tersebut menikmati keuntungan yang lebih besar.

Bagi pemerintah Indonesia, kebijakan hilirisasi adalah salah satu metode untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan meningkatkan daya saing ekonomi negara. Hal ini sejalan dengan pendapat Ndruru dan Zulian (2023) dalam penelitiannya yang berjudul  "Dampak Hilirisasi Nikel Pemerintah Indonesia Terhadap Uni Eropa" menjelaskan bahwasannya bagi Uni Eropa, kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia menimbulkan berbagai kerugian bagi wilayah mereka, karena pembelian nikel tidak dapat dilakukan selama proses hilirisasi nikel yang sedang dijalankan oleh pemerintah Indonesia.

Salah satu sektor yang berpotensi besar untuk dikembangkan adalah industri Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas bumi yang besar, tetapi sebagian besar diekspor dalam bentuk mentah. Dengan membangun pabrik-pabrik petrokimia, Indonesia dapat mengolah minyak dan gas menjadi produk-produk bernilai tinggi seperti plastik, karet sintetis, pupuk, dan bahan kimia lainnya.

Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi besar di sektor pertambangan dan mineral. Kebijakan hilirisasi dapat mendorong pembangunan pabrik-pabrik pengolahan bijih besi, tembaga, nikel, dan mineral lainnya menjadi produk setengah jadi atau bahkan produk akhir. Hal ini akan menciptakan rantai nilai yang lebih tinggi dan memperkuat daya saing industri nasional.

Namun, untuk mewujudkan kebijakan ini, diperlukan investasi besar-besaran dalam infrastruktur, seperti pembangunan pabrik-pabrik, pelabuhan, dan jalur transportasi yang memadai. Selain itu, pemerintah juga perlu menyediakan insentif dan kemudahan bagi investor, serta memastikan ketersediaan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh industri-industri tersebut.

Tantangan dan Peluang Kebijakan Presiden/Wapres Prabowo-Gibran tentang Hilirisasi dan Pengembangan Industri berbasis Sumber Daya Alam Menuju Indonesia Maju

Tantangan pertama yang harus dihadapi adalah mengubah mindset dari eksportir bahan mentah menjadi produsen produk jadi bernilai tinggi. Ini membutuhkan investasi besar dalam teknologi dan sumber daya manusia untuk membangun pabrik-pabrik pengolahan yang canggih. Selain itu, diperlukan juga perbaikan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan listrik agar rantai suplai dapat berjalan lancar. Hal ini sejalan dengan pendapat Kirana dkk, (2023) dalam penelitiannya yang berjudul "Transformasi Digital terhadap Sumber Daya Manusia sebagai Upaya Meningkatkan Kapabilitas Perusahaan" yang menjelaskan bahwasannya kemajuan teknologi dan industri membutuhkan tenaga kerja yang handal di setiap perusahaan serta perusahaan yang tangguh mampu bertahan menghadapi segala perubahan dan tantangan waktu.

Tantangan berikutnya adalah persaingan global yang ketat. Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara lain yang juga mengembangkan industri serupa. Hal ini sejalan dengan pendapat Romarina (2016) dalam penelitiannya yang berjudul "Economic Resilience pada industri kreatif gunamenghadapi globalisasi dalam rangka ketahanan nasional" yang menjelaskan bahwasannya kemampuan untuk mengubah produk lokal menjadi produk atau karya yang memiliki daya tarik global adalah tantangan dan peluang bagi ekonomi kreatif di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan strategi pemasaran yang andal, serta standar kualitas dan efisiensi produksi yang tinggi agar produk-produk Indonesia dapat bersaing di pasar internasional.

Di sisi lain, kebijakan ini juga membuka peluang besar bagi Indonesia. Hilirisasi akan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam kita. Selain itu, pengembangan industri juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak dan ekspor. Peluang lain yang terbuka adalah diversifikasi produk dan pasar. Dengan mengolah sumber daya alam menjadi produk jadi, Indonesia dapat memproduksi berbagai macam barang yang memiliki pangsa pasar yang luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini sejalan dengan pendapat Ayuningtyas dan Winahyu (2023) dalam penelitiannya yang berjudul "Analisis Loyalitas Pelanggan Berdasarkan Diversifikasi Produk, Harga, Dan Kepuasan Pelanggan (Studi Empiris Loyalitas Pelanggan Pada Mie Apong Sampurna Gebang Jember)" yang menjelaskan bahwasannya diversifikasi produk dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kinerja bisnis yang ada dengan mengidentifikasi peluang bisnis yang menarik. Langkah ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada komoditas tertentu dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional.

Dalam mewujudkan visi ini, diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan. Kebijakan hilirisasi dan pengembangan industri berbasis sumber daya alam harus didukung dengan regulasi yang kondusif, insentif fiskal, serta kerja sama dengan investor dan mitra strategis, baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan bijaksana, Indonesia dapat menjadi negara maju yang berdaya saing global. Tantangan yang ada harus dihadapi dengan strategi yang matang, sementara peluang yang terbuka harus dimanfaatkan secara maksimal. Hanya dengan cara itulah Indonesia dapat mewujudkan kemakmuran dan kemandirian ekonomi yang sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun