Dengan kebijakan hilirisasi, pemerintah dapat mendorong pembangunan pabrik-pabrik pengolahan di dekat sumber daya alam. Misalnya, dalam sektor pertambangan, bijih besi dapat diolah menjadi baja, atau batu bara dapat diolah menjadi bahan bakar cair atau petrokimia. Dalam sektor kehutanan, kayu dapat diolah menjadi produk furnitur atau bahan bangunan bernilai tinggi. Dalam sektor kelautan, ikan dan hasil laut lainnya dapat diolah menjadi produk makanan atau obat-obatan.
Hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan mengembangkan rantai pasokan yang lebih kuat. Dengan adanya industri pengolahan di dalam negeri, kebutuhan akan tenaga kerja terampil akan meningkat, sehingga menciptakan peluang kerja untuk masyarakat lokal. Selain itu, hilirisasi juga dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor pendukung seperti logistik, transportasi, dan jasa lainnya.
Kebijakan hilirisasi dan pengembangan industri berbasis sumber daya alam juga sejalan dengan visi Indonesia Maju, yang bertujuan untuk memperkuat daya saing ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan mengolah sumber daya alam secara optimal dan menghasilkan produk bernilai tinggi, Indonesia dapat meningkatkan ekspor dan mendapatkan devisa yang lebih besar.
Namun, dalam menerapkan kebijakan hilirisasi, pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan hilirisasi juga harus didukung dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia, penyediaan infrastruktur yang memadai, serta insentif dan kemudahan bagi investor untuk menanamkan modalnya di sektor-sektor prioritas. Koordinasi yang erat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor swasta juga sangat penting untuk memastikan keberhasilan implementasi kebijakan ini.
3. Swasembada Pangan, Energi dan Air
Swasembada pangan berarti kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya tanpa bergantung pada impor. Hilirisasi di sektor pertanian dan pangan dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian, meningkatkan pendapatan petani, dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Hal ini sejalan dengan pendapat Elizabeth dan Anugrah (2020) dalam penelitiannya yang berjudul "Akselerasi hilirisasi produk agroindustri berdayasaing mendongkrak kesejahteraan petani dan ekonomi pedesaan" Â yang menyampaikan bahwasannya Agar produk olahan yang berkualitas, bernilai tambah signifikan, dan memiliki daya saing tinggi dapat dicapai, diperlukan efisiensi, efektivitas, dan optimalisasi peran agroindustri sebagai strategi untuk mengoptimalkan proses hilirisasi produk pertanian.
Swasembada energi mengacu pada kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sayekti (2019) dalam penelitiannya yang berjudul " Evaluasi program desa mandiri energi berbasis biogas di desa mekarjaya" menyebutkan bahwasannya Hilirisasi sumber daya alam di sektor energi, seperti batubara, minyak, dan gas alam, dapat meningkatkan nilai tambah dan mengurangi ketergantungan pada impor energi.
Swasembada air mencakup pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan domestik, pertanian, dan industri. Hilirisasi industri yang memperhatikan keberlanjutan sumber daya alam juga dapat berdampak positif terhadap pengelolaan air. Dengan fokus pada hilirisasi, Indonesia dapat mengubah struktur ekonominya dari berbasis komoditas mentah menjadi ekonomi berbasis nilai tambah tinggi. Ini akan mengurangi volatilitas ekonomi yang terkait dengan fluktuasi harga komoditas dan meningkatkan stabilitas ekonomi jangka panjang.
Kebijakan Presiden/Wapres Prabowo-Gibran tentang Potensi Pengembangan Industri berbasis Sumber Daya Alam Menuju Indonesia Maju
Pengembangan industri berbasis SDA perlu dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan,efisiensi penggunaan sumber daya alam, pengembangan teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan kebijakan pemerintah yang mendukung.
1. Pengembangan UMKM menuju Entrepreneurs Village Berbasis Sumberdaya Alam