Mohon tunggu...
Fida Faizatul Ulya
Fida Faizatul Ulya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi

Seorang mahasiswi yang selalu berharap ridha dan kasih-Nya, pecinta buku dan biru, masih berproses dan berusaha menjadi pribadi pembelajar...

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bukan Sekedar Kenangan

25 Juni 2024   13:41 Diperbarui: 25 Juni 2024   13:53 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa-masa kecil itu akan selalu membekas.

Lalu di kemudian hari semua itu akan berpengaruh, besar maupun kecil akan berdampak dalam kehidupanmu, percayalah!

Dan aku ingin belajar dari masa kecilku, bukan dikarenakan isinya hanya tentang kebahagiaan, bukan karena selalu diiringi canda tawa, bukan pula karena semua keinginan pasti selalu terpenuhi. Bukan! Karena nyatanya tak melulu soal canda dan tawa kawan, namun ia lebih berharga daripada itu.

Lahir sebagai anak pertama dari 4 bersaudara, berasal dari keluarga yang sederhana, kedua orangtuaku bukanlah sarjana Universitas ataupun Perguruan Tinggi, namun memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang cukup, Alhamdulillah..

Entahku kan memulai dari mana, karena tulisan ini adalah salah satu wujud syukurku kepada-Nya lalu kepada kedua orangtuaku yang telah membimbing aku dan adik-adikku hingga saat ini. Mereka berdua yang kami panggil ummi dan abi telah berusaha keras memberikan pengasuhan dan pendidikan yang terbaik untuk kami.

Sejak kecil aku dan adik-adikku hobi membaca buku, bukan karena suruhan apalagi paksaan namun karena sering melihat abi membaca buku, kamipun ikut-ikutan membaca buku. Kami semua suka buku yang berisi tentang kisah-kisah, alhasil semua buku terkait sejarah dan kisah apapun itu kami lahap habis. Bahkan majalah sekalipun, pokoknya jika ada kisah di dalamnya kami baca. Dulu ummi berlangganan 3 majalah setiap bulan yaitu: An-Najah, Ar-Risalah, dan Adzkia.

Kan kuceritakan sedikit tentang 3 majalah itu, karena merupakan bacaan favoritku yang isinya sangat luar biasa. Majalah An-Najah, adalah majalah yang berisi tentang perkembangan dunia Islam nasional maupun internasional, menyajikan berbagai berita penting terkait keadaan umat Islam di berbagai negara. Terdapat pula kisah perjalanan hidup pejuang Islam zaman modern yang selalu membuatku berdecak kagum atas jejak perjuangannya. Sehingga sudah akrab sekali di telingaku saat itu nama Syaikh Ahmad Yassin, Abdul Aziz Ar-Rantisi, Umar Mukhtar, Khattab, Ahmad Surkati, hingga Kartosuwiryo, dan masih banyak lagi.

Sedangkan majalah Ar-Risalah, isinya lebih kepada Tazkiyatun Nafs (penyucian jiwa), pendalaman tentang Islam dan lainnya, juga disajikan kisah nyata yang mengandung pelajaran dan ini yang paling kuburu.

Nah, adapun majalah Adzkia adalah majalah khusus kami, anak-anak. Di dalamnya terdapat kisah pengalaman anak-anak seusia SD, kisah berhikmah, pengetahuan Islam tentang Aqidah, Fiqih, Adab, maupun pengetahuan umum lainnya. Dan kadang ummi abi membelikan bundle majalah sebagai bonus, kadang bisa jadi hadiah sekaligus obat kalaku sakit.

Tak jarang ku mengais di tumpukan-tumpukan majalah, mencari edisi lain yang belum terbaca. Meskipun sudah edisi tahun-tahun lalu, tapi tak masalah. Aku haus baca..Ah! Rindu sekali.. .

Rak buku di rumahku memang tak terlalu besar, namun sangat padat. Dan semua buku tentang sejarah kurasa sudah tamat semua, sampai-sampai karena ‘kehabisan’, ku membaca buku kalau tidak salah, “Malam Pertama Untuk Pengantin” dan saat itu aku baru saja kelas 6 SD (jangan ditiru ya), dan pastinya diluar pengetahuan ummi dan abi.

Kadang jika ummi ada rezeki lebih, akan membelikan kita buku seri kisah sahabat, kisah petualangan, dan lainnya. Kadang juga sebagai reward kalau kita selesai target menghafal dalam sebulan.

Sedari dulu, keluarga kami tak punya televisi. Ummi pun akhirnya berusaha membelikan kami laptop, ‘biar engga bosan di rumah’ kata ummi. Kalau abi sedang longgar ia rela pergi ke warnet (kala itu) hanya untuk mendownload film-film untuk kami tonton, sebut saja film Ar-Risalah, Ashabul Kahfi, Ashabul Ukhdud, Umar bin Khattab, dan lain-lain.

Ummi juga berusaha membelikan kami modem agar bisa buka internet di rumah, meskipun seringkali susah jaringan😊. Begitulah ummi dan abi, berusaha memberikan hiburan semampunya agar tak monoton dan membosankan, namun tetap mendidik. Dan kami merasa puas…

Ada satu hal yang unik, di rumah kami terdapat papan tulis kecil yang biasa abi gunakan untuk mengajar tahsin. Nah, terkadang ummi menuliskan sebuah lirik nasyid islami disitu lalu mengajarkannya kepada kami, aku dan adik-adik. Liriknya mengandung motivasi perjuangan juga do’a, ‘semoga Allah kabulkan’, lirih abi suatu hari.

Dulu juga, ketika aku dan adik-adikku masih berusia SD, seringkali diajak abi pergi mengisi kajian bareng teman-teman abi yang lain, dari masjid satu ke masjid yang lain, dari satu kajian ke kajian yang lain, .

Sesekali memang harus merasakan sensasi perjuangan dakwah agar tak merasa asing nantinya, agar segera sigap jika sudah datang saatnya, Aamiin… Benarlah kiranya nasehat seorang ‘Alim, “Biarkan anak-anak kita menikmati momen-momen kebersamaan dengan orangtuanya dalam keta’atan, sebab jikapun -na’udzubillah- suatu saat mereka diuji dengan tersimpang jalan, mereka akan ingat jalan pulang dari indahnya kenangan”.

Semua memiliki kisah indahnya masing-masing, semua memiliki kenangan yang tak luput dirindu..Dan ini salah satu episodeku yang penuh juta rindu.

Tak ada manusia yang sempurna, begitupun orangtua mana yang tanpa khilaf. Namun, syukurku luas tak bertepi kepada-Nya, atas segala kasih dan cinta-Nya mengirimkan ummi dan abi sehebat mereka.

Semoga segala pesan dan kesan hari-hari itu tersampaikan kepada kami, semoga kami penerus segala warna manis perjuangan itu, semoga Allah ridhai.

Sekian, semoga bermanfaat..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun