Rak buku di rumahku memang tak terlalu besar, namun sangat padat. Dan semua buku tentang sejarah kurasa sudah tamat semua, sampai-sampai karena ‘kehabisan’, ku membaca buku kalau tidak salah, “Malam Pertama Untuk Pengantin” dan saat itu aku baru saja kelas 6 SD (jangan ditiru ya), dan pastinya diluar pengetahuan ummi dan abi.
Kadang jika ummi ada rezeki lebih, akan membelikan kita buku seri kisah sahabat, kisah petualangan, dan lainnya. Kadang juga sebagai reward kalau kita selesai target menghafal dalam sebulan.
Sedari dulu, keluarga kami tak punya televisi. Ummi pun akhirnya berusaha membelikan kami laptop, ‘biar engga bosan di rumah’ kata ummi. Kalau abi sedang longgar ia rela pergi ke warnet (kala itu) hanya untuk mendownload film-film untuk kami tonton, sebut saja film Ar-Risalah, Ashabul Kahfi, Ashabul Ukhdud, Umar bin Khattab, dan lain-lain.
Ummi juga berusaha membelikan kami modem agar bisa buka internet di rumah, meskipun seringkali susah jaringan😊. Begitulah ummi dan abi, berusaha memberikan hiburan semampunya agar tak monoton dan membosankan, namun tetap mendidik. Dan kami merasa puas…
Ada satu hal yang unik, di rumah kami terdapat papan tulis kecil yang biasa abi gunakan untuk mengajar tahsin. Nah, terkadang ummi menuliskan sebuah lirik nasyid islami disitu lalu mengajarkannya kepada kami, aku dan adik-adik. Liriknya mengandung motivasi perjuangan juga do’a, ‘semoga Allah kabulkan’, lirih abi suatu hari.
Dulu juga, ketika aku dan adik-adikku masih berusia SD, seringkali diajak abi pergi mengisi kajian bareng teman-teman abi yang lain, dari masjid satu ke masjid yang lain, dari satu kajian ke kajian yang lain, .
Sesekali memang harus merasakan sensasi perjuangan dakwah agar tak merasa asing nantinya, agar segera sigap jika sudah datang saatnya, Aamiin… Benarlah kiranya nasehat seorang ‘Alim, “Biarkan anak-anak kita menikmati momen-momen kebersamaan dengan orangtuanya dalam keta’atan, sebab jikapun -na’udzubillah- suatu saat mereka diuji dengan tersimpang jalan, mereka akan ingat jalan pulang dari indahnya kenangan”.
Semua memiliki kisah indahnya masing-masing, semua memiliki kenangan yang tak luput dirindu..Dan ini salah satu episodeku yang penuh juta rindu.
Tak ada manusia yang sempurna, begitupun orangtua mana yang tanpa khilaf. Namun, syukurku luas tak bertepi kepada-Nya, atas segala kasih dan cinta-Nya mengirimkan ummi dan abi sehebat mereka.
Semoga segala pesan dan kesan hari-hari itu tersampaikan kepada kami, semoga kami penerus segala warna manis perjuangan itu, semoga Allah ridhai.
Sekian, semoga bermanfaat..