Mohon tunggu...
Fazri Ahmad Fachreza
Fazri Ahmad Fachreza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Saya memiliki Hobi membaca dan menulis khususnya pada topik Sejarah, Politik, dan Keamanan Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Konflik Rusia-Ukraina dan Konsekuensinya terhadap Geopolitik di Eropa Timur

22 Juli 2023   15:07 Diperbarui: 22 Juli 2023   15:07 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alun-alun Maidan Nezalezhnosti Sebelum dan Sesudah Serangan Rusia - www.vocaleurope.eu

1. Revolusi Oranye dan Dampaknya pada Hubungan Ukraina-Rusia

Revolusi Oranye adalah serangkaian protes dan peristiwa politik yang terjadi di Ukraina dari akhir November 2004 hingga Januari 2005, setelah pemilihan presiden Ukraina pada tahun 2004. Gerakan ini digalakkan oleh massa dan kubu dari Viktor Yushchenko, dan bertujuan untuk menegakkan demokrasi di Ukraina karena adanya kecurangan dan upaya intervensi dari Rusia yang terjadi pada pemilu yang tengah berlangsung. Pada awalnya Vicktor Yanukovych memenangkan konstestasi, tetapi pengadilan Ukraina menyatakan banyak kejanggalan yang terjadi sehingga harus dilakukan pemilihan ulang. Akhirnya gerakan ini berhasil memenangkan Yushchenko dalam pemilihan presiden ulang pada bulan Desember 2004. Revolusi Oranye merupakan penggerak demokrasi bagi rakyat Ukraina dan kekuatan normatif Uni Eropa membuat Ukraina tetap menjadi buffer zone dan anggota ENP (European Neighborhood Policy). (Afina, 2012). Setelah Revolusi Oranye, hubungan antara Rusia dan Ukraina mengalami ketegangan dan terus memburuk. Hal ini terjadi karena Ukraina ingin lebih terbuka dan mendekatkan diri dengan Uni Eropa, sementara Rusia ingin mempertahankan pengaruhnya di Ukraina. (Putri, Awhan, Dewi, 2011).

Revolusi Oranye di Ukraina pada 2004 - www.iwm.org.uk
Revolusi Oranye di Ukraina pada 2004 - www.iwm.org.uk

2. Revolusi Euromaidan dan Intervensi Rusia.

Revolusi Euromaidan adalah serangkaian protes dan peristiwa politik yang terjadi di Ukraina pada tahun 2013 hingga 2014. Revolusi Euromaidan dipicu oleh keputusan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych untuk membatalkan perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa dan memilih untuk lebih mendekatkan diri dengan Rusia. Tujuan dari Revolusi Euromaidan adalah untuk menegakkan demokrasi di Ukraina dan mendekatkan diri dengan Uni Eropa. Rusia memiliki pengaruh yang besar di Ukraina, terutama di wilayah timur dan selatan, Hal ini membuat Rusia khawatir dengan Revolusi Euromaidan dan mendukung Presiden Yanukovych yang pro-Rusia. Revolusi Euromaidan memicu perubahan politik yang signifikan di Ukraina, termasuk penggulingan Presiden Yanukovych, pemilihan umum baru, dan perubahan dalam arah kebijakan luar negeri Ukraina. Revolusi Euromaidan berakhir pada Februari 2014 setelah Presiden Yanukovych digulingkan dari kekuasaan. Ukraina kemudian mengalami konflik militer dengan Rusia di wilayah Krimea dan Separatis pro-Rusia di Donbass. (The Economist, 2014)

Kerusuhan Revolusi Euromaidan 2014 - www.nbcnews.com
Kerusuhan Revolusi Euromaidan 2014 - www.nbcnews.com

3. Aneksasi Krimea dan Dukungan Rusia terhadap Gerakan Separatisme di Ukraina Timur

Aneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014 terjadi setelah terjadinya gejolak politik di dalam negeri Ukraina. Pada awal tahun 2014, perdana menteri Crimea meminta bantuan Rusia untuk menyelesaikan konflik dalam negeri Ukraina. Pemerintah Rusia menerima permintaan dari Crimea dan mengirimkan pasukannya untuk menduduki Crimea. Hasil referendum yang dilakukan di Krimea menunjukkan bahwa 70 persen warga Krimea ingin bergabung dengan Rusia, dan 11 persen menginginkan tetap bergabung dengan Ukraina. Rusia kemudian memerintah Krimea sebagai dua subjek federal: Republik Krimea dan kota federal Sevastopol.

Peristiwa aneksasi wilayah Ukraina oleh Rusia ini menuai banyak kecaman dan sanksi dari negara-negara besar yang ditujukan kepada Rusia, khususnya Amerika Serikat dan NATO. Banyak negara di dunia menentangnya dan menyebutnya sebagai aneksasi atau pencaplokan wilayah Krimea yang diklaim Ukraina oleh Rusia. Aneksasi ini memiliki dampak yang signifikan. Akibatnya hubungan antara Rusia-Ukraina memburuk dan memicu konflik yang berkepanjangan di Ukraina. Peristiwa ini juga memperburuk hubungan Rusia dengan negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat dan NATO. Sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat terhadap Rusia sebagai akibat dari aneksasi Krimea berdampak pada perekonomian Rusia. (Gama, 2020).

Kemudian Rusia juga memberikan dukungan militer kepada kelompok separatis di Ukraina Timur, baik dalam bentuk pasukan langsung maupun dukungan logistik dan senjata. Rusia memiliki kepentingan politik di Ukraina, terutama dalam mempertahankan pengaruhnya di wilayah tersebut dan mencegah ekspansi NATO ke Eropa Timur. Dukungan terhadap gerakan separatis di Ukraina Timur menjadi salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut. Konflik internal di Ukraina, terutama antara wilayah Ukraina Barat yang cenderung pro-Barat dan Ukraina Timur yang cenderung pro-Rusia, juga mempengaruhi dukungan Rusia terhadap gerakan separatis di Ukraina Timur, Rusia melihat gerakan separatis sebagai cara untuk mempertahankan pengaruhnya di Ukraina Timur dan memperkuat posisi politiknya di Ukraina secara keseluruhan.

4. Invasi Rusia ke Ukraina (2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun