Wilayah Xinjiang adalah wilayah otonomi khusus Tiongkok yang dihuni oleh sejumlah kelompok etnis termasuk Uighur, Kazakh, Kyrgyz, dan kelompok etnis Turkik lainnya telah menjadi sorotan internasional karena gerakan separatis yang mengadvokasi kemerdekaan dari pemerintah Tiongkok. Penelitian ini menganalisis dampak yang timbul dari situasi ini terhadap Kazakhstan yang memiliki hubungan budaya, etnis, dan geografis dengan Xinjiang. Dampak separatisme di Xinjiang terhadap Kazakhstan dapat dilihat dalam beberapa aspek.Â
Pertama, peningkatan arus pengungsi dan migran dari Xinjiang ke Kazakhstan telah mempengaruhi kebijakan imigrasi pemerintah Kazakhstan. Kedua, ketegangan di Xinjiang dapat berdampak pada stabilitas perbatasan Kazakhstan, yang mempengaruhi kebijakan keamanan dan kerjasama dengan China. Ketiga, kekhawatiran etnis dan budaya muncul di antara komunitas Kazakh di Kazakhstan sebagai tanggapan terhadap represi kebudayaan dan identitas oleh pemerintah China.Â
Keempat, dampak ekonomi juga terlihat dalam hubungan perdagangan dan investasi antara Kazakhstan dan China, terutama melalui jalur perdagangan yang melintasi perbatasan kedua negara. Metode penelitian ini melibatkan pengumpulan data melalui tinjauan literatur dan analisis kebijakan. Data sekunder yang relevan juga digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang isu tersebut. Penelitian ini memberikan pendalaman tentang dinamika kompleks antara Xinjiang dan Kazakhstan dalam konteks separatisme.
Temuan ini memiliki implikasi penting bagi kebijakan Kazakhstan dalam mengelola hubungan politik, sosial, dan ekonomi dengan China serta dalam mempertahankan stabilitas perbatasan dan mempromosikan kerukunan antar-etnis di dalam negeri. Penelitian ini juga mendorong pembaca untuk memahami dampak yang lebih rinci serta pengaruh jangka panjang dari situasi separatisme di Xinjiang terhadap negara-negara tetangga seperti Kazakhstan.
Pendahuluan:
Republik Kazakhstan, sebagai negara dengan kekayaan etnis yang luar biasa, telah menjadi tuan rumah bagi beragam kelompok etnis yang hidup berdampingan dalam harmoni. Salah satu kelompok etnis yang signifikan di Kazakhstan adalah etnis Uighur, yang memiliki ikatan budaya, sejarah, dan etnis yang kuat dengan masyarakat Uighur di wilayah sebelah selatan, termasuk wilayah otonom Xinjiang di Tiongkok. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, wilayah Xinjiang telah dilanda oleh gejolak politik yang kompleks, terutama yang berkaitan dengan isu-etnisitas.Â
Komunitas Uighur di Tiongkok telah menghadapi perlakuan yang kontroversial, dan isu-isu seperti hak asasi manusia, penindasan budaya, dan pengawasan massal telah menarik perhatian internasional. Dalam konteks ini, penelitian ini akan berfokus pada dampak gejolak politik etnis Uighur di Xinjiang terhadap Republik Kazakhstan, yang berbatasan langsung dengan wilayah Tiongkok tersebut dan memiliki ikatan historis dan etnis yang dalam dengan masyarakat Uighur.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana gejolak politik di wilayah Xinjiang mempengaruhi hubungan bilateral antara Kazakhstan dan masyarakat Uighur di wilayah tersebut. Dalam konteks ini, beberapa pertanyaan mendasar akan dijawab: Bagaimana kebijakan politik di Xinjiang telah mempengaruhi komunitas Uighur dan bagaimana dampaknya merambah hingga ke wilayah Kazakhstan? Bagaimana reaksi pemerintah Kazakhstan dalam menghadapi isu-isu ini dan bagaimana mereka berusaha mempertahankan keseimbangan antara hubungan dengan Tiongkok dan kepedulian akan nasib masyarakat Uighur?
Penelitian ini juga akan mempertimbangkan implikasi ekonomi, sosial, dan keamanan dari gejolak politik etnis Uighur bagi Republik Kazakhstan. Bagaimana perubahan dalam situasi politik di Xinjiang mempengaruhi stabilitas di wilayah perbatasan Kazakhstan? Apakah terjadi perubahan dalam aliran perdagangan dan migrasi antara wilayah-wilayah tersebut akibat dari gejolak politik di Xinjiang?
Dengan menggali lebih dalam tentang dampak gejolak politik etnis Uighur terhadap Republik Kazakhstan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang dinamika kompleks yang ada di kawasan tersebut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang relevan bagi pemerintah Kazakhstan dan pihak-pihak terkait lainnya dalam menghadapi tantangan ini dengan bijaksana dan berkelanjutan. Melalui penelitian ini, diharapkan kita dapat lebih memahami dampak dari gejolak politik di wilayah Xinjiang terhadap stabilitas dan hubungan bilateral Kazakhstan dengan masyarakat Uighur.Â
Semoga penelitian ini dapat berkontribusi pada pemahaman yang lebih luas tentang kompleksitas isu-isu etnis dan politik di kawasan Asia Tengah, serta membantu mencari cara-cara untuk mendorong dialog, perdamaian, dan harmoni di antara beragam kelompok etnis yang hidup di wilayah ini.
Pembahasan
Etnis Uighur memiliki sejarah yang panjang di wilayah Xinjiang, Tiongkok. Pada abad ke-8 hingga 9 Masehi, Kekaisaran Uighur Khaganate memimpin Xinjiang. Namun, istilah orang Uighur belum lazim digunakan dan mereka kerap dijuluki 'Orang-orang Turkik'. Pusat kotanya disebut Urumqi. Kemudian Pada tahun 1884, Cina berkuasa di Xinjiang. Etnis Han pindah ke Xinjiang pada tahun 1950-1990 setelah Cina mendirikan Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, dan sekelompok besar orang Cina Han menjadi penduduk tetap di provinsi tersebut.Â
Pada 1990-an, warga Uighur mulai memprotes penindasan dan perlakuan tidak adil di tangan pemerintah dan otoritas Cina. Saling benci antara populasi Uighur dan Han menyebabkan protes dan pecahnya kekerasan. Pada tahun 2009, terjadi kerusuhan di Urumqi, Xinjiang, yang menewaskan lebih dari 200 orang. Kelompok separatis Uighur menuduh pemerintah Tiongkok melakukan diskriminasi terhadap etnis Uighur
Pemerintah Tiongkok telah memberlakukan kebijakan-kebijakan yang dianggap merugikan etnis Uighur, seperti memaksa etnis Uighur untuk mengadopsi budaya dan bahasa etnis Han jika ingin mendapatkan pengakuan, dan memaksa perubahan sistemik penggunaan aksara Arab di hampir segala lini kehidupan, utamanya dalam literasi.Â
Produksi kebudayaan Uighur dilimitasi dan kebebasan berekspresi etnis Uighur dibungkam. Kebijakan Sinicization ini menciptakan sentimen anti-Han di kalangan etnis Uighur dan etnis minoritas lainnya. Konflik antara pemerintah Tiongkok dan etnis Uighur di Xinjiang sudah berlangsung puluhan tahun sejak mereka mengupayakan kemerdekaan dari Tiongkok. Kelompok separatis Uighur mengklaim bahwa mereka ingin memperjuangkan hak-hak politik, ekonomi, dan budaya mereka yang dianggap diabaikan oleh pemerintah Tiongkok.
Dugaan persekusi terhadap etnis Uighur di Xinjiang oleh pemerintah Tiongkok telah menarik perhatian dunia internasional. Baru-baru ini, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Inggris menyatakannya sebagai genosida. Beberapa negara juga telah memboikot ekspor kapas China yang datang dari Xinjiang dan menghukum pejabat China yang dituduh sebagai arsitek penindasan atas Uighur.
1. Dampak yang ditimbulkan terkait permasalahan Uighur
Sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, sekitar 200.000 etnis Kazakh dari China telah pindah ke Kazakhstan dan menjadi warga Kazakh. Selain itu, puluhan ribu warga Cina Kazakh lainnya tinggal di Kazakhstan sebagai penduduk tetap. Migrasi ini telah menciptakan populasi Uighur yang signifikan di Kazakhstan. Sselanjutnya Pemerintah Kazakhstan telah mencoba untuk menemukan keseimbangan antara kemarahan rakyat terhadap perlakuan China terhadap Uighur dan memperdalam hubungan dengan Beijing. Pemerintah telah berhati-hati dalam tindakannya, karena tidak ingin merusak hubungan dengan China.Â
Kazakhstan telah menyatakan dukungan untuk langkah-langkah China di Xinjiang, di mana Beijing dituduh melanggar hak-hak terhadap Uighur dan kelompok etnis asli lainnya. Kementerian Luar Negeri Kazakhstan telah menyatakan pemahaman dan dukungan terhadap posisi China dalam mengatasi terorisme, separatisme, dan ekstremisme di Xinjiang.
Meskipun Kazakhstan tidak berbagi koneksi budaya atau etnis dengan China seperti yang dilakukan dengan Rusia, kedua negara telah berinvestasi dalam hubungan jangka panjang. Namun, ikatan budaya dan etnis antara Kazakhstan dan penduduk Uighur telah mempengaruhi suasana hati publik dan menciptakan situasi yang sensitif bagi pemerintah Kazakhstan. Perlakuan pemerintah China terhadap Uighur, termasuk laporan pelanggaran hak asasi manusia dan operasi kamp internasi, telah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia. Kamp di Xinjiang tidak membantu reputasi China di Kazakhstan, di mana ada populasi Uighur yang signifikan.
Hubungan antara Kazakhstan dan China mengenai masalah Uighur dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk migrasi, ikatan budaya, kepentingan ekonomi, dan pertimbangan geopolitik. Pendekatan pemerintah Kazakh telah salah satu dari menyeimbangkan perasaannya domestik dengan hubungan diplomatik dengan China.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H