Selang waktu tak lama, sebelum berangkat ke Yogyakarta, kau terima ia sebagai suami meski kau istri kedua, meski ditentang keluarga, meski kau dinikahi siri, meski kau dianggap gila.
Kau terima lelaki itu karena percaya memberimu sayap terbang ke Yogyakarta (meski kelak patah jua sayap itu). Kau siap menerima tantangan liku, berkerikil, bahkan terjalnya jalan yang akan membayangimu. Kau memandang lelaki itu alat, bukan sebagai tujuan. Tujuanmu pada diri yang terus memanggilmu, "Ely, Ely, temui aku...." *** (Aceh, 22 Januari 2023).
---
Tambahan:
Kisah ini merupakan kepingan dari kisah-kisah lain yang saling terkait. Acak dan kepingannya bisa dibaca dari manasuka. Bila tertarik, kepingan lain bisa dibaca di tautan berikut ini:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H