Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sihir Kabut di Negeri Cilukba

20 Februari 2021   16:39 Diperbarui: 24 Januari 2023   18:39 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah, ketika kabut datang menyelimuti Negeri Cilukba, para penduduk dan hewan-hewan berhenti beraktivitas. Para penduduk Negeri Cilukba percaya bahwa kabut itu pertanda akan datang nenek sihir. Muncul was-was juga berharap jangan diri sendiri dan milik mereka yang hilang. 

Kabut mulai hilang ketika hujan turun. Tak lama kemudian matahari muncul hangat merekah seperti perempuan yang merekah bahagia usai terpenuhi rindu. Langit biru dengan awan putih bersih. Indah. Seindah perempuan paruh baya yang hadir di tengah-tengah mereka. Para penduduk belum tahu siapa atau apa yang hilang di balik kabut. 

Perempuan itu hadir usai kabut. Siapapun yang melihat perempuan itu memuji ia benar tampak indah. Kata-katanya lembut melenakan. Wajahnya cerah mempesona. Keanggunannya membekukan hati orang-orang. 

Namun, tak seorang penduduk pun yang menyadari tentang kejahatan perempuan itu. Di balik senyum dan keindahannya, ia sering menghilangkan siapa dan apa saja yang dipilihnya. Kata-katanya selembut embun mencipta kabut lalu melenyapkan orang. Tak ada yang menyadari kejahatannya sampai berbulan bahkan hingga bertahun. 

Orang-orang yang pernah di sekelilingnya pun tak menyadari kejahatan yang bersembunyi di dada perempuan itu. Semua pikiran dan mata penduduk sudah terkaburkan oleh kelembutan dan keindahannya, oleh masalah pribadi diri masing-masing, oleh masalah dalam keluarga masing-masing, oleh masalah hubungan masing-masing, oleh masalah keuangan masing-masing, oleh masalah teror kabut nenek sihir, dan oleh rezim Negeri Cilukba yang penuh ketidakadilan. Maka, tak pernah terlintas sekejap pun dalam pikiran bahwa perempuan indah itu menyimpan kejahatan. Mana mungkin. 

Lagi pula, rangkaian kejadian kehilangan-kehilangan yang pernah terjadi di dalam kabut sudah beberapa kali disaksikan oleh penduduk yang selamat bahwa pelakunya adalah nenek sihir yang buruk rupa dan kata-kata, bukan perempuan indah nan lembut itu. Justru kehadirannya, telah menghibur penduduk dari ketakutan dan tekanan hidup yang terjadi. Kehadiran perempuan indah itu diakui seperti hadirnya matahari yang merekah hangat. Mengisi ruang hati yang sesak. 

***

Sementara itu, seorang lelaki yang hadir di tengah penduduk dengan tampilan biasa, muka serius, dan mata meradang, yang kadang semangat bicara tapi kadang banyak diam, telah mengingatkan tentang kejahatan yang bersembunyi itu. Telah diingatkan bahwa perempuan indah itu adalah nenek sihir. 

Meskipun nenek sihir itu telah berubah indah, masih bisa dikenali dengan ciri-ciri sifat dan perbuatan sebagai berikut: 

- saat berkata-kata, lihai membolak-balikkan fakta;
- saat diberi kerjaan dan amanah, ia elak dan alihkan;
- saat membuka soal diri pribadi padanya, akan ditandai kelemahan dan kekurangan orang tersebut untuk kelak bisa dihilangkannya;
- dan terakhir,  ia pintar mengambil hati siapa saja tapi sebenarnya modus dan menghasut.

Si lelaki biasa itu menyebut dirinya Sang Pembaca dan Pengingat. Namun, penduduk menyebutnya Si Muka Serius, Si Kurang Waras, Si Jablay, Si Musafir Kere, dan beberapa sebutan lain. 

Semua sebutan itu berawal dari hembusan mulut perempuan indah itu. Diulang-ulang oleh si perempuan indah itu setiap ada kesempatan dan melekat di pikiran penduduk hingga mempengaruhi perlakuan orang-orang kepada lelaki itu.  Akhirnya, tak ada yang percaya dengan kata-kata Si Pembaca dan Pengingat. 

Maka, rangkaian peristiwa tentang kehilangan-kehilangan diri dan hak-hak warga Negeri Cilukba terus berulang terjadi. 

Sudah diketahui masalah, sudah diingatkan kenali tanda kejahatannya, tetapi mereka mengabaikan. Mereka teralihkan dan termakan kata-kata lembutnya yang menyenangkan dan mengisi hati, lalu pasrah saat kejahatan itu terjadi dalam kurungan ketakutan, kebodohan, gagal atau tertipu melihat masalah sebenarnya, jatuh dalam ketakberdayaan tanpa bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa berkata-kata. Itu pun kata-kata se-pola dengan sifat dan perbuatan nenek sihir: menyalahkan dan menjelekkan orang lain agar diri sendiri tampak lebih baik; merasa aman dan tenang yang palsu. 

"Halaahhh. Si Musafir Kere itu paling karena gak dapat 'kue' dari si perempuan indah itu. Marah, lalu bikin cerita yang enggak-enggak."

"Si Muka Serius itu lagi cari perhatiannya aja biar keliatan sok pinter dan sok pahlawan. Ujung-ujungnya demi nyari tempat di kerajaan Negeri Cilukba."

"Palingan Si Jablay itu gak suka perempuan. Masak setiap perempuan bagus-bagus disuruh curigai sebagai nenek sihir. Bhuahaha.... "

"Si Kurang Waras itu didenger. Kalo bener omongannya, tentu si Kurang Waras itu harusnya pertama kali dihilangkan sama kabut Nenek Sihir. Soalnya keberadaan si Kurang Waras itu kan sudah mengancam dan merugikan keberadaan Nenek Sihir. Harusnya si Kurang Waras dilenyapkan. Kan gitu?"

Si Pembaca dan Pengingat tidak bisa berbuat banyak menyelamatkan penduduk. Bukan kuasanya menangkap dan menghukum perempuan itu. Ia hanya Pembaca tanda dan Pengingat yang luput dari pandangan manusia. Ia hanya singgah beberapa lama lalu mengembara lagi dalam sunyi ke seluruh pelosok Negeri Cilukba, mengingatkan akan kejahatan yang tersembunyi. Hanya mereka yang berakal sehat dan suka yang benar dan baik mampu melihat kebenaran akan kata-katanya sekalipun dalam kabut pikiran. Itu pula senjata penangkalnya dari kejahatan Nenek Sihir yang terus mencoba menghilangkan kediriannya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun