Mau kuhamburkan semua kesusahan kami pada Tuan Terhormat ini, tapi tak jadi. Teriakan Anggi memecahkan situasi memanas di antara kami.
Anggi kami lihat terduduk di tanah. "Sori, Om. Kepleset aku. Tadi kirain bakal jatuh ke jurang. Maap, Om." Jurang dengan lembah yang berhutan itu, sangat dekat dari posisi jatuhnya Anggi. Dia bangkit, berdiri sambil meringis. Kakinya sepertinya tergilir. Aku bantu memapahnya.
Kanaya keluar dari minibus dengan ributnya. "Kak Anggii, kenapa? Ada beruang ya? Liat singa, harimau? Apa dipatuk ular berbisa? Aaah..., Kak Anggi, jangan mati!" Kanaya menangis menghambur ikut memapah Anggi.
Dari minibus, Kevin terdengar menangis memanggil ayahnya. Luqman bergegas masuk ke minibus.
"Jangan konyol deh!" Anggi menepis tangan Kanaya. Â "Mana ada beruang, harimau di sini. Â Tadi aku tuh liat kuskus di pohon di situ. Mau motret, eh tapi kepleset. Udah lepasin. Mas ini bisa kok mapahin aku sendiri." Anggi makin menggelayut ke leherku.Â
Aku mendudukkan Anggi di pinggir jalan. "Tolong jaga Kanaya, ya." Anggi mengacungkan jempol tanda siap. Anggi menghidupkan kamera mirrorless, merekam santai yang sedang terjadi. Kanaya ikut duduk merapat samping Anggi. Aku masuk ke minibus.
"Baik-baik semua, Pak, Bu?" tanyaku. Kevin kulihat menangis merangkul ibunya, Prita.
"Kapan jalan lagi mobilnya, Mas?" tanya Prita cemas sambil mengusap kepala Kevin.Â
"Tenang, Sayang. Sebentar lagi jalan. Ya, 'kan, Mas?!" Luqman yang menjawab dan memerintahkan dengan isyarat agar aku mengiyakan. Aku paham maksudnya.
"Ya, Bu. Bentar lagi beres. Mobilnya lagi didinginkan dulu. Dik Kevin, santai aja, ya."
"Tuh, Kevin, Â dengar 'kan? Gak ada apa-apa. Sebentar lagi beres. Kak Anggi tadi kepleset doang gara-gara kesenangan liat kuskus. Bukan diterkam beruang. Jangan dengerin kak Kanaya. Ngawur dia. Cengeng dia. Kevin anak kuat dan pintar 'kan?" Luqman menenangkan Kevin. Kulihat kasih sayang dan bijaknya sebagai ayah. "Mama dan Kevin di sini aja kalo gak mau keluar mobil. Tenang aja. Kami ke luar dulu ya. Oh ya, ini lotion anti nyamuk dan obat asma." Luqman mengeluarkan obat-obatan itu dari tas pinggangnya.