Ketegasan ini muncul karena ada nilai yang jelas dipertentangkan, baik-jahat, salah-benar, indah-buruk, susah-senang. Lalu ketegasan ini tertunjukkan dari kejadian yang menimpa atau dilakukan tokoh-tokoh.
Ketegasan dan kejelasan gaya bertutur terlihat dari menyampaikan perilaku jahat dan baik tokoh-tokoh dongeng. Jelas dan tegas gaya bertutur ini juga tertunjukkan saat menyampaikan isi pikiran dan perasaan tokoh tanpa uraian panjang-panjang.
Misalnya menyampaikan perasaan sedih tokoh putri dalam dongeng ini, gaya bertuturnya tidak menguraikan bagaimana ia sedih. Cukup ia disebut sedih beserta kejadiannya apa yang menyebabkan putri sedih. Misalnya kejadiannya, 'ayahnya tak pulang ke rumah dan ditahan, putri pun menjadi sedih'. Jadi gaya bertutur tidak mengorek-ngorek, berpanjang lebar dengan alam pikiran dan perasaan sedih tokoh cerita.
Beda dengan karya fiksi modern, yang mendetailkan perasaan dan pikiran tokoh, dongeng tak menjelajahi alam pikiran dan perasaan tokoh. Dongeng lebih bertutur pada tataran fisik kejadian dan gerak tokoh. Perasaan dan pikiran tokoh tergambar secara singkat dari kejadian yang sedang atau menimpanya.
Gaya bertutur dongeng ini karena situasi tempo dulu, saat dongeng lahir, Â mengutamakan lisan dalam berkomunikasi antar-individu atau kelompok, bukan bermedia tulisan atau visual. Karena situasi ini, pencerita bertutur dengan bahasa yang mudah dipahami, jelas, tak berbelit-belit, kalimatnya pendek-pendek. Tujuannya biar audiens/lawan bicara, bisa mudah dan segera menangkap isi dan jalan cerita. Ini catatan ketiga, kenapa dongeng diterima, menarik, dan turun-temurun antargenerasi.
***
Dongeng memang mengajak manusia berpetualang dalam dunia khayal. Akan tetapi sehabis pulang dari petualang itu, pembaca membawa sesuatu untuk jiwanya. Mencerahkan. Memuaskan batin. Itulah nilai ideal yang diterima seluruh manusia. Spirit dari dongeng yang membawa nilai-nilai ideal ini, menjadi alasan utama dongeng melampaui waktu dan tempat, Â bukan semata kejadian diluar nalar.
Tiga catatan tentang kenapa dongeng menarik, disukai, dan melampaui waktu dan tempat, menguak tentang spirit leluhur kita. Adalah spirit itu  menyebarkan nilai-nilai hidup manusia agar tetap harmoni dan bahagia.
Nilai ideal ini disampaikan dengan kecerdasan, kearifan, dan kekreatifan tanpa langsung menggurui. Dibangun kejadian-kejadian diluarkebiasaan agar mudah diingat manusia. Namun dalam setiap kejadian itu bukan khayal kosong, tapi ada nilai pesan disampaikan untuk memurnikan jiwa-jiwa manusia kini dan nanti yang perlu dicontoh dan diaplikasikan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H