Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah bila itu cahayamu. (Instagram/fazil.abdullah

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Masyarakat Desa Tak Mengalami Perasaan Kosong (Emptiness)?

7 April 2017   19:25 Diperbarui: 10 April 2017   06:00 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat desa yang pecah kebersamaan ideal itu, dalam kesimpulan saya, berpeluang besar juga mengalami perasaan kosong. Banyak orang, bersama, tetapi tak dekat secara emosional, tulus dan ikhlas. Hanya berasaskan kepentingan dan transaksional saja, saya kira akan berpeluang besar mengalami perasaan kosong. Hanya saja perasaan kosong ini tak seberapa besar dibandingkan perasaan putus asa (hopelessness) di masyarakat desa. Perasaan putus asa ini, saya amati lebih sering menjangkit masyarakat desa ketika harga naik, panen gagal, harga panen anjlok, pekerjaan sulit, hiburan kurang, kebutuhan terus mendesak dipenuhi, dan ketika sakit susah mendapat sarana dan pelayanan kesehatan.

Meskipun masyarakat desa muncul depresi karena perasaan putus asa (hopelessness) dan berpeluang depresi karena perasaan kosong (emptiness), masyarakat desa tak rentan seperti masyarakat kota. Ketidakrentanan ini karena saya perhatikan masih kuat kebersamaannya secara posisti meskipun sudah mulai berkurang. Jika pecah total kebersamaan ini, saat itu, saya kira, desa pun sama rentannya depresi karena perasaan putus asa (hopelessness) dan perasaan kosong (emptiness) seperti masyarakat kota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun