Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Namaku Ribut Pribumi

2 April 2017   16:06 Diperbarui: 4 April 2017   15:15 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.boombastis.com

"Ya, Asing ini sebenarnya tanpa sadar sudah identik dipersepsikan atau dilihat sebagai kapitalis. Termasuk Arab sebenarnya. Arab itu pemodal juga, Asing juga lho. Kapitalis. Sama kapitalisnya. Cuma kami gak takut sama Arab."

"Hmmm." Adem Pribumi menyimak.

"Arab ini beda. Kapitalisnya spesial. Kenapa tak ditakuti, dicemaskan, ketika menginjakkan kaki ke mari, ke Bumi Pertiwi. Malah disenangi, dihormati-hormati, dipuja-puji. Sekali lagi, Arab ini ada beda dengan Asingnya Belanda dkk itu."

"Ya, ya. Apa bedanya?"

"Pengalaman sejarah yang membentuk persepsi bahwa Asing Arab berbeda dengan Asingnya Belanda dkk. Pemodal Arab (sepertinya) memberdayakan pribumi. Kekuasaan, uang, dan hasil dibagi dengan adil. Tidak dikeruk dan dimakan sendiri untuk sekelompok pengusaha, penguasa, dan negaranya kek Asing Belanda dkk itu.

"Nah, pengalaman sejarah itu, keyakinan, dan nilai dianut, membawa reputasi baik untuk Arab. Ntah Arab sekarang masih punya reputasi begitu. Tak tahulah. Anggap saja seperti romantisme masa dulu.

"Sekiranya Asing Arab ini yang mesra dengan kami, maka kami kemungkinan gak ribut. Kami percaya sama Asing (kapitalis) Arab. Ada keadilan, gak serakah-serakah amat gitu-lah. Sosial dan humanisnya tinggi. Ada ramah-tamah. Ada cipika-cipikinya. Angkuhnya sebenarnya juga ada. Tapi ah, angkuhnya itu bisa diabaikan. Mereka tetap raja, pangeran, dan putri di mata kami.

"Itulah membuat reputasi Arab tetap menawan bagi kami pribumi. Kebersamaan, nilai keyakinan, dan sistem kemerataan dan keadilan bagi hasil dalam menggarap SDA pribumi." Ribut Pribumi menerawang.

"Ahai. Coba Asing satunya lagi itu, punya begini mental kek Arab, punya begini pengalaman sejarahnya, dan reputasinya, maka tentuhhhh Ribut Pribumi gak segejolak gini ya. Puk puk.

"Lha, trus gimana ini. Kalau Asing ini tak dipercaya, sementara Arab ngasih modal ke Indonesia cuma berapalah itu (maaf ya gak syukuri) dibandingkan ngasih ke RRC yang jauh berkali-kali-kali-kali-kali lipat. Ngiri gak lu, merajuk gak, you gak kecewa sama Arab. Ini negeri butuh modal buat gerak. Harusnya ditolong. Tapi apa yang dilakukan Arab?"

Kriiiing. Arab nelpon ke Adem Pribumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun