Tidak hanya Tuktuk, transportasi khas negara lainnya pun juga bisa dipesan. Di antaranya Remorque (sejenis delman yang ditarik dengan motor) di Kamboja atau ThoneBane (serupa bajay) di Myanmar. Bahkan di Indonesia juga sudah diluncurkan GrabBajay (Jakarta) dan GrabBentor (Medan dan Gorontalo).
Kendaraan klasik dan ikonik ini bisa menjadi pilihan wisatawan saat city tour nantinya.
Begitulah ulasan saya seputar penipuan turis yang sering terjadi khususnya di Asia Tenggara, serta manfaat fitur Grab guna mengantisipasinya.Â
Adapun yang masih ditunggu oleh masyarakat ialah saldo OVO -- sebagai salah satu opsi sistem pembayaran Grab -- bisa turut dikonversikan juga menjadi saldo dompet elektronik yang bisa dinikmati ketika menggunakan Grab di negara lain. Semisal, menjadi saldo RM Grabpay Credits, yang bisa digunakan di Malaysia.
Sehingga para wisatawan dan travellers tidak perlu susah-susah menukarkan uangnya. Selain itu, transaksi non-tunai (cashless) ini akan lebih memudahkan dan aman. Di antaranya dari modus penipuan 'klaim uang palsu'.
Biasanya para pedagang atau penawar jasa menyebut bahwa uang yang digunakan para turis untuk membayar palsu. Padahal dirinya sendiri yang menukarkan uangnya dengan uang palsu yang telah disiapkan.Â
Meski tidak mudah, baik dari segi teknologi maupun regulasi, diharapkan Grab turut mengembangkan dan merealisasikan sistem sistem pembayaran lintas mata uang tersebut.
Dengan begitu, Grab bisa terus berkembang dan memudahkan penggunanya. Serta visinya menjadi #SuperApp dan #AplikasiUntukSemua bisa terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H