Mohon tunggu...
Fazarul Pratama
Fazarul Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Journalism Student at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Jurnalistik. Memiliki ketertarikan dalam bidang media, terutama foto dan desain grafis. Selain itu, memiliki hobi terhadap hal-hal tentang otomotif dan transportasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Organisasi-organisasi Pionir Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia

28 Desember 2023   03:58 Diperbarui: 28 Desember 2023   04:34 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Website Muhammadiyah dan NU Online

Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, tentu telah melalui perjalanan panjang dalam perkembangan agama Islam. Salah satu bentuk perkembangan agama Islam di tanah air sendiri ditandai dengan munculnya gerakan pembaharuan Islam pada awal abad ke-20. Gerakan pembaharuan Islam tersebut tidak dapat terlepas dari peran organisasi-organisasi pembaharu Islam yang menjadi pionir dalam membentuk wajah baru Islam di Indonesia.

Tidak hanya sekadar aspek keagamaan, organisasi-organisasi ini hadir sebagai pelopor yang mencoba untuk menggabungkan nilai-nilai Islam dengan konteks modern dan tantangan zaman. Mulai dari Muhammadiyah hingga Nahdlatul Ulama, berikut adalah organisasi-organisasi yang berperan aktif dalam gerakan pembaharuan Islam di Indonesia:

1. Jami'at Khair

Jami'at Khair sebagai organisasi pertama yang menyebarkan ide-ide pembaharuan pemikiran Islam modern ini merupakan sebuah perkumpulan Islam yang berasal dari masyarakat keturunan Arab Indonesia, didirikan pada 17 Juli 1905 di Pekojan. Organisasi ini sudah dirintis sejak tahun 1901 oleh beberapa Sayyid atau kaum bangsawan Arab yang menetap di Jakarta yakni Sayyid Muhammad Al-Fakir bin Abdurrahman Al-Mansyur, Sayyid Muhammad bin Abdullah bin Syihab, Sayyid Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayyid Syehan bin Syihab.

Dilansir dari website Bincangsyariah.com, Jami'at Khair didirikan dengan tujuan untuk mengembangkan, memperdalam, dan meningkatkan kajian Islami baik ajaran Islam, kebudayaan Islam, dan pengajaran bahasa Arab. Meskipun didirikan oleh keturuan Arab, organisasi ini terbuka bagi semua Muslim di Indonesia tanpa memandang asal-usulnya.

Pada awalnya organisasi ini tidak berfokus pada bidang pendidikan, melainkan lebih ke bidang sosial. Karena pada saat itu pemerintahan kolonial Belanda melarang orang Islam mendirikan lembaga pendidikan. Namun, dengan upaya keras akhirnya Jami'at Khair berhasil mendapatkan izin untuk mendirikan lembaga pendidikan dan resmi berdiri pada tahun 1905. 

Jami'at Khair memiliki dua program utama yaitu mendirikan sekolah dasar dengan pola pendidikan baru yang berbeda dengan lembaga pendidikan tradisional, dimana sekolah Jami'at Khair terdapat kurikulum dan muridnya dibagi menjadi berkelas-kelas. Jami'at Khair juga berinisiatif mengirim anak-anak muda tanah air untuk belajar ke Turki.

Walaupun menjadi pelopor pembaharuan Islam dalam bidang pendidikan di Indonesia, nyatanya hingga tahun 1925 Jami'at Khair hanya organisasi kecil yang beranggotakan 1.000 orang. Jami'at Khair pada akhirnya mengalami kemunduran karena kalah saing dengan Al-Irsyad, organisasi yang didirikan oleh Syekh Surkati jauh lebih maju dan unggul.

2. Sekolah Thawalib

Sekolah Thawalib adalah sebuah lembaga pendidikan Islam modern yang didirikan pada tahun 1911 di Padang Panjang, Sumatera Barat. Sekolah Thawalib berdiri atas inisiasi beberapa tokoh pembaharu Minangkabau yaitu Haj Abdul Karim Amrullah (Inyiak Rasul), Haji Abdullah Ahmad, dan Zainuddin Labay el Yunisy. Cikal bakal Sekolah Thawalib adalah Surau Jembatan Besi dan Parabek, yang mana Surau menurut bahasa daerah Minangkabau merupakan kepunyaan suatu kaum atau masyarakat di Minangkabau. Surau pada umumnya didirikan sebagai pelengkap sebuah daerah yang berfungsi untuk tempat rapat atau berkumpul.

Sekolah Thawalib pada mulanya hanya merupakan perkumpulan semacam koperasi yang diberi nama "Perkumpulan Sabun". Namun, karena perkembangan yang semakin pesat, organisasi sekaligus sebuah koperasi ini dapat membayar honor para guru-guru sebagai pengajar, sehingga dibentuklah Sekolah Thawalib.

Melalui pendekatan kasurauan atau sistem belajar bersama di Surau, gerakan Sekolah Thawalib ini menjadi salah satu upaya penting dalam pembaharuan pendidikan Islam di Minangkabau. Dimana pendidikan Islam berusaha dipertahankan dan dikembangkan kembali untuk menyebarkan ajaran agama secara lebih luas dan mendalam di kalangan masyarakat Minangkabau. Hingga tahun 1933, jumlah Sekolah Thawalib di Minangkabau telah mencapai 44 sekolah. Modernisasi yang dilakukan oleh Sekolah Thawalib tidak hanya mengubah sistem pendidikan, tetapi juga melakukan pembaharuan ajaran Islam secara lebih rinci dengan mengacu pada Al-Qur'an dan Hadist.

3. Muhammadiyah

Salah satu organisasi pembaharu Islam di Indonesia yang terpenting dan terkuat adalah Muhammadiyah. Organisasi ini dibentuk dengan maksud menyebarkan pengajaran Rasulullah SAW kepada semua umat Muslim yang ada di Indonesia untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dilansir dari website resmi Muhammadiyah, Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan.

Pada masa itu, Muslim Indonesia mengalami keterpurukan di berbagai aspek, terutama pada aspek pendidikan yang dilemahkan dengan maraknya sekolah-sekolah Belanda. Sehingga para Muslim terpelajar Indonesia bersama KH. Ahmad Dahlan mencetuskan ide pembaharuan untuk mengatasi keterpurukan tersebut dengan membentuk Muhammadiyah. Muhammadiyah dengan gerakan pembaharuannya telah banyak berkontribusi dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang pendirikan yaitu mendirikan madrasah atau pesantren yang menggunakan kurikulum pendidikan Islam dan pengajaran umum.

Lalu dalam bidang ekonomi yaitu dengan mengentas kemiskinan melalui programnya yang ditetapkan dalam "Kerangka Program Kebijakan Muhammadiyah Jangka Panjang (Visi Muhammdiyah", diantaranya meliputi: menciptakan blue print pengembangan ekonomi sebagai usaha untuk mengevaluasi dan merancang program pemberdayaan ekonomi umat yang efektif; mengembangkan model pemberdayaan ekonomi yang didasarkan atas kekuatan sendiri sebagai cita-cita kemandirian umat; menegaskan keberpihakan Muhammdiyah terhadap usaha-usaha ekonomi dengan membangun kekuatan masyarakat kecil; meningkatan pengelolaan zakat, infaq, sadaqah, dan akuntabilitasnya; mengupayakan terlaksananya ekonomi syariah yang lebih kuat dan terorgainisir; dan meningkatan mutu pengelolaan wakaf.

Di bidang sosial Muhammadiyah melakukan gerakan dengan menyelenggarakan program santunan keluarga kurang mampu, panti asuhan, dan panti jompo. Di bidang kesehatan Muhammadiyah juga mendirikan balau pengobatan, apotek, rumah sakit, dan rumah bersalin. Sedangkan di bidang kaderisasi Muhammadiyah mendirikan Baitul Arqam yaitu pembinaan keislaman dan kepemimpinan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman keislaman, menciptakan kesamaan dan kesatuan sikap, integritas, dan wawasan.

4. Al-Irsyad

Al-Irsyad Al-Islamiyyah adalah organisasi Islam yang bergerak di bidang pendidikan dan kegiatan keagamaan. Organisasi ini didirikan pada 6 September 1914 oleh Syekh Ahmad Surkati, seorang ulama dari Sudan yang menetap di Batavia pada saat itu. Tujuan organisasi ini dibentuk adalah untuk memurnikan tauhid, ibadah, dan amaliyah Islam.

Organisasi ini bermula dengan tibanya Syekh Ahmad Surkati di Indonesia bersama dua kawannya yaitu Syekh Muhammad Tayyib al-Maghribi dan Syekh Muhammad bin Abdulhamid al-Sudani. Lalu Syekh Ahmad menyebarkan ide-ide barunya dalam lingkungan masyarakat Islam Indonesia, dan karena hal itu Syekh Ahmad Surkati kemudian diangkat menjadi pembimbing sekolah-sekolah Jami'at Khair di Jakarta dan Bogor. Namun, Syekh Ahmad Surkati hanya bertahan tiga tahun di Jami'at Khair karena perbedaan paham yang cukup prinsipil dengan para penguasa Jami'at Khair, yang umumnya keturunan Arab.

Karena tidak adanya keserasian, Syekh Ahmad Surkati memutuskan untuk mundur dari Jami'at Khair pada 6 September 1914. Dan di hari itu juga Syekh Ahmad bersama beberapa sahabatnya mendirikan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Setelah tiga tahun berdiri, Perhimpunan Al-Irsyad mulai membuka sekolah dan cabang organisasi di banyak kota di Pulau Jawa seperti di Tegal, Pekalongan, Cirebon, Bumiayu, Surabaya, dan kota-kota lainnya.

5. Persatuan Islam (Persis)

Persis adalah salah satu organisasi pembaharu Islam Indonesia yang didirikan pada 12 September 1923 di Bandung oleh sekelompok Islam yang berminat dalam pendidikan dan aktivitas keagaaman yang dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus. Tujuan Persis adalah untuk mengembalikan umat Islam kepada pimpinan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Organisasi ini berpandangan bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan dapat menjawab segala kebutuhan umat manusia dalam segala aspek kehidupan.

"Persis didirikan untuk menjawab persoalan masyarakat Islam kala itu yang dianggap mengalami kemunduran," ujar Aceng Zakaria, Mantan Ketua Umum Persis dalam buku biografinya "Ulama Persatuan Islam". Kala itu, Persis memang didirikan karena umat Islam dianggap tenggelam dalam sikap taqlid atau menerima segala sesuatu dengan mudahnya seperti takhayul dan semacamnya.

Dalam bidang pendidikan, Persis berkontribusi membuat dan mengembangkan pesantren ke berbagai daerah. Pesantren tersebut dipadukan dengan sistem pendidikan modern dari Barat, namun tetap berorientasi mempelajari ilmu-ilmu keislaman. Dan dalam bidang ekonomi, Persis memberikan perhatian terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui koperasi, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan Pusat Zakat Umat (PZU). Peran besar lainnya adalah inisiatif Persis untuk mengembangkan dakwah melalui tulisan dan penerbitan buku atau majalah.

6. Nadlatul Ulama (NU)

Selain Muhammadiyah, terdapat juga Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia saat ini. Organisasi ini didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, dan dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari. NU memiliki komitmen untuk memperkuat ajaran Islam yang tradisional, menjaga persatuan umat Muslim, serta berperan aktif dalam pembangunan sosial dan politik di Indonesia.

NU lahir sebagai reaksi terhadap gerakan pembaharuan Islam yang dipelopori oleh Muhammadiyah atau organisasi-organisasi sebelumnya. Jika Muhammadiyah mengusung paham pembaharuan Islam yang lebih modern dan rasional, NU berpegang teguh pada ajaran Islam tradisional yang telah diwariskan oleh para ulama terdahulu.

Dalam kepemimpinannya KH. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (Prinsip Dasar) dan I'tihad Ahlussunah Wal Jama'ah sebagai dasar implementasi NU. Dimana kedua kitab tersebut dijadikan sebagai rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak di berbagai bidang sosial, agama, maupun politik.

Pada perkembangannya di tanah air, NU berperan aktif dalam melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda yang direalisasikan melalui program pendidikan, pelatihan kemandirian, pemberdayaan ekonomi, dan kajian keagamaan. Melalui program-program tersebut, NU berhasil mengembangkan sikap nasionalis masyarakat pribumi untuk melawan kolonialisme Belanda.

Melalui perjalanan panjang dan dedikasi dari organisasi-organisasi di atas tentu membawa angin segar pembaharuan Islam di tanah air. Dengan keberagaman yang kaya itu Indonesia dapat merajut keharmonisan dalam kehidupan beragama. Oleh sebab itu, keberadaan agama harus tetap didukung oleh integrasi dengan ilmu pengetahuan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun