Mohon tunggu...
Zero Dark
Zero Dark Mohon Tunggu... -

Anti celana ngatung dan celana kombor ala Taliban!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkadal dalam Bingkai Keadilan

5 Agustus 2012   23:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:12 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan yang menyaksikan surat ini adalah Abu Sufyan bin Harb, Ghajalan bin Amr, Malik bin Auf dari Bani Nashar, Aqra bin Habis al-Hanzhali, Mughirah bin Syu’bah dan dituis langsung oleh  Sayidina Ali bin Abi Thalib KW. Rujuk situs ini, http://www.mentaritimur.com/mentari/mar07/muhammad.htm atau ini http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/06/23/m62sdk-syekh-yusuf-qaradhawi-islam-sangat-toleran

Suatu hari, Sayidina Ali berjalan bersama seorang Yahudi menuju Kufah. Saat akan tiba di Kufah, Yahudi itu menempuh jalan lain, namun beliau tetap menyertainya. Yahudi itu bertanya pada Ali KW, “Bukankah tujuan Anda ke Kufah?” “Ya, benar” jawab Ali. Kembali Yahudi itu bertanya, “Lantas mengapa Anda mengikuti saya?” Sayidina Ali berkata, “Engkau adalah teman seperjalanan saya, dan saya bermaksud mengantar Anda beberapa langkah.”

Dalam Pilkadal, memilih seseorang yang tidak adil atau belum dipastikan bersikap adil sebagai pemimpin berarti bertindak tidak adil kepada dirinya mapupun orang lain. Dan memberikan hak suara bukan sekedar ‘main coblos’. Ia adalah sebuah aksi yang akan berdampak secara massal dan sosial, baik maupun buruk. Memilih atau tidak memilih sama sekali tidak bisa dipandang sebagai sebuah peristiwa aksidental dan personal. Jadi pikirkan nilai “keadilan” seseorang sebelum mencoblos.

Dan yang jelas nilai keadilan seseorang tidak dipengaruhi dengan peci dan baju koko, karena itu hanya trend musiman saat menjelang pilkada dan pemilu. Wong para terdakwa kasus korupsi uang negara saja pakai muslihat eksploitasi simbol agama sambil berharap mampu mempengaruhi sisi sentimen keagamaan hakim dan menyelamatkan sisa muka yang hancur di tengah opini publik. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun