Mohon tunggu...
Faza Adiba Amajid
Faza Adiba Amajid Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa 23107030078 UIN Sunan Kalijaga

saya adalah seorang mahasiswa semester 2 prodi ilmu komunikasi. walaupun begitu saya sebenarnya orang yang introvert dan saya suka berolahraga, khususnya olahraga renang.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kuliah Umum Ilmu Komunikasi Bersama Narasumber Hebat: Ada yang dari Luar Negeri

21 Mei 2024   14:17 Diperbarui: 21 Mei 2024   14:56 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi @fickogafidpermana

Prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga mengadakan stadium general atau kuliah umum dengan tema Media, Islam, dan Budaya Populer: "Tranformasi Komunikasi dan Pergeseran Otoritas" pada Senin (20/5)

Acara ini dimulai pada pukul 09.00 WIB di Conference Room FISHUM UIN Sunan Kalijaga.

Kuliah umum ini bertujuan untuk memahami bagaimana komunikasi Islam dipraktikkan dan dipersepsikan dan untuk menelaah pengaruh budaya populer terhadap identitas dan praktik keagamaan.

Acara ini dimoderatori oleh Fahrurrazi, S. Hum., M.A dari Cilacs UII. Adapun narasumber yang didatangkan pada acara ini, yaitu Dr. Fatma Dian Pratiwi, M.Si dari UIN Sunan Kalijaga dan yang paling spesial ada Dr. Shopia Arjana dari Western Kentucky University.

Dr. Fatma Dian Pratiwi, M. Si merupakan dosen prodi Ilmu Komunikasi di UIN Sunan Kalijaga. Beliau memiliki pendidikan terakhir S3 yang beliau selesaikan pada 2021 lalu di Universitas Gadjah Mada dengan prodi Kajian Budaya dan Media. Sedangkan S2 beliau selesaikan pada tahun 2004 lalu dengan prodi Komunikasi di Universitas Sebelas Maret dan S1 beliau selesaikan pada tahun 1998 di Universitas Sebelas Maret juga dengan prodi Komunikasi Massa

Sedangkan Dr. Sophia Arjana adalah Profesor Studi Keagamaan di Western Kentucky University. Beliau juga merupakan seorang penulis buku-buku tentang subjek studi Islam. Beberapa hasil karya beliau seperti Muslim in the Western Imagination (2015), Pilgrimage in Islam: Traditional and Modern Practices (2017), dan Veiled Superheroes: Islam, Feminism, and Popular Culture (2017).

Dr. Sophia memulai penyampaian materi pertama. Beliau menjelaskan pandangannya tentang interaksi antara Islam dan budaya populer, khususnya di Amerika Serikat, yang menggunakan komik sebagai media dakwah dan komunikasi. Banyak komik populer menampilkan superwoman dengan pakaian yang vulgar, yang bertentangan dengan ajaran Islam yang mengutamakan kehormatan wanita, terutama karena komik tersebut sering ditujukan untuk anak-anak.

Dalam penjelasannya, Dr. Sophia menyoroti pandangan bahwa pahlawan sering kali digambarkan sebagai laki-laki. Namun, ia mengajukan gagasan menarik tentang superhero wanita yang mengenakan hijab. Pendekatan ini tidak hanya menarik tetapi juga menggarisbawahi hak prerogatif wanita untuk berjuang dan melawan.

Dr. Sophia menekankan bahwa perempuan memiliki peran yang sama pentingnya dengan laki-laki dalam kebebasan berpendapat, karir, pemerintahan, dan tanggung jawab yang setara. Kesetaraan gender adalah kebutuhan mendasar untuk menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan berkelanjutan. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki-laki untuk berkontribusi dan berkembang, kita dapat mencapai potensi penuh dari setiap individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Narasumber kedua, Dr. Fatma menyampaikan pembahasan menarik. Dr. Fatma Dian Pratiwi berfokus pada peran media sosial dan influencer di Indonesia dengan mengangkat topik "The Way Social Influencers Reimagine Religious Authority and Islamic Practices," Dr. Fatma menyoroti pengaruh para influencer Muslim.

Sebagai contoh, Safira Malik dengan konten Jumat Berbagi dan Kadam Sidik dengan konten teori dakwah menunjukkan bagaimana mereka menggunakan media sosial untuk mentransformasi ilmu. Perbedaan utama antara kedua influencer ini adalah pendekatan mereka dalam menggunakan platform digital untuk membentuk kembali konsep agama dan otoritas yang sudah lama ada.

Dr. Fatma menjelaskan bahwa platform digital, yang kini menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, memungkinkan individu dan komunitas untuk mengevaluasi kembali pemahaman mereka tentang agama dan otoritas. Influencer di media sosial berperan sebagai pemimpin implisit yang inovatif, menciptakan konten Islam yang lebih mudah diakses dan menarik bagi generasi muda Muslim. Pendekatan ini berbeda dengan pemimpin agama tradisional yang cenderung lebih konservatif.

Influencer Muslim memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan pesan yang relevan dengan kehidupan modern, menjembatani kesenjangan antara ajaran agama dan realitas sehari-hari generasi muda. Dr. Fatma menekankan bahwa media sosial adalah alat yang efektif untuk menyebarkan dakwah dan pendidikan Islam. Namun, ia juga mengingatkan bahwa media sosial bisa menjadi pedang bermata dua. Informasi yang tidak akurat atau berita palsu dapat cepat menyebar, menyebabkan kebingungan dan konflik di kalangan umat Muslim.

Oleh sebab itu, generasi muda dianjurkan untuk menyerap informasi dari media sosial dengan bijak dan selalu memverifikasi kebenarannya dengan para ahli di bidang terkait.

Acara ditutup dengan pemberian bingkisan dan kenang-kenangan kepada narasumber dan acara selesai pada pukul 11.40 WIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun