Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â = 50% x 750.000.000 = 375.000.000
PPh 21 terutang
Lapisan tarif pajak 5% (0 s.d 50jt) Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â = 50.000.000 x 5% = 2.500.000
Lapisan tarif pajak 15% (>50jt s.d 250jt) Â Â Â Â Â = 200.000.000 x 15% = 30.000.000
Lapisan tarif pajak 25% (>250jt s.d 500jt) Â Â Â = 125.000.000 x 25% = 31.250.000
Jumlah PPh 21 terutang                       = 63.750.000
Perusahaan A untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sebagai pemotong penghasilan, maka atas penghasilan Nona Sakira berdasarkan perhitungan diatas harus dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 sebesar 63.750.000. Atas PPh 21 terutang diatas harus disetor dan dilaporkan untuk masa Maret 2022.
Untuk mekanisme pemotongan PPh 21 atas Pekerjaan Tetap dan Tidak Tetap yang terjadi setelah tanggal 1 Januari 2024, pemberi penghasilan harus mengacu pada PP No 58/2023 dengan mengunakan skema perhitungan Tarif Efektif Rata-Rata (TER). Selain itu untuk subjek pajak luar negeri pemberi penghasilan perlu mengacu pada Pasal 26 UU PPh.Â
Contoh pemajakan atas penghasilan pekerjaan bebas subjek pajak luar negeri :
Tuan Abu Bakar di datangkan dari Uni Emirat Arab oleh perusahaan Indonesia sebagai konsultan bisnis. Ia memperoleh penghasilan sebesar USD 50.000 untuk jasanya di Indonesia selama 65 hari. Maka perusahaan perlu melakukan pemotongan PPh Pasal 26 sebesar 20% atau sesuai tarif tax treaty atas penghasilan Tuan Abu Bakar tersebut.
Citasi :
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor  36  Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2023 Tentang Tarif Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Atau Kegiatan Wajib Pajak Orang Pribadi
- Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 168 Tahun 2023 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Atau Kegiatan Orang Pribadi