Pada suatu siang yang terik, di bawah pohon beringin yang rindang, tersebutlah sejumlah Filsuf kenamaan dunia. Mereka berasal dari berbagai belahan dunia, dengan bahan pikiran yang khas, karakteristik yang unik dan tingkah-tingkah yang nyleneh.
Untuk mereka, dari sehelai daun sampai sejumput kotoran sapi tampaknya bisa menjadi masalah yang bisa diperdebatkan seharian suntuk. Suatu ketika seorang gadis kecil tidak sengaja melewati kerumunan itu. Dia ketakutan dengan kerumunan orang aneh dengan dandanan yang ganjil. Menurut si Gadis, mereka hanyalah pasien RSJ yang sedang dalam program rehabilitasi.
Teringat dengan pesan nenek, " jikalau bertemu dengan orang stress, coba tanyakan apa yang sedang kamu pikirkan". Rupanya gadis kecil itu tertarik dengan pesan neneknya, tanpa basa-basi dia mendekati kerumunan itu.
"Pak, pak, pak, apa yang sedang kalian pikirkan ? " tanya si Gadis.
" Nak, saya sedang memikirkan kaum buruh, sekarang banyak yang di PHK, padahal industri makin berkembang. Aneh, mungkin ada yang salah dengan otakku. Padahal kemarin si Stallin main ke rumah saya dan menangis" jawab Marx.
Seorang tua renta tak berdaya mulai mendekati si Gadis sambil bicara ngotot, "Nak, nak, nak, apapun yang aku pikirkan, kau tak akan pernah paham. Sekarang ini aku sedang memikirkan skema bunuh diri. Agaknya ini menarik agar kasus bunuh diri anak SD menjadi lebih menghebohkan dari pada remaja yang diputusin pacar" ujar Durkheim.
"Bunuh Tuhan.. bunuh tuhan.. Tuhan sudah mati,,, Tuhan telah mati..", teriak Nietzsche sambil menggigit kumis tebalnya.
Lalu Freud menasehati si Gadis, "Nak, jangan dengarkan dia (Nietzsche) , dia hanya seorang yang tidak waras, itu menurut analisis saya. Karena terlalu banyak tekanan di sini ", sambil mengacungkan telunjuk ke arah kening, " Jadi nak, jangan kau bebankan semuanya pada otakmu" lanjutnya.
Tiba-tiba si Gadis dijemput oleh seorang Lelaki tinggi besar.
"Hei anakku, pulanglah..." suara misterius itu mulai terdengar ngeri.
"Baik ayah", jawab si Gadis
"Mari kita lanjutkan Retorika kita", seru Lelaki itu.
Mereka berdua akhirnya pergi entah kemana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H