Mohon tunggu...
Aldian Faxa
Aldian Faxa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku adalah aku yang sedang mencari siapakah aku. Aku mungkin budak, aku mungkin sarjana, aku mungkin hanya rakyat biasa. Tetapi aku punya mulut punya otak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Guyonan" a La Tokoh Filsafat

11 September 2012   11:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:37 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada suatu siang yang terik, di bawah pohon beringin yang rindang, tersebutlah sejumlah Filsuf kenamaan dunia. Mereka berasal dari berbagai belahan dunia, dengan bahan pikiran yang khas, karakteristik yang unik dan tingkah-tingkah yang nyleneh.

Untuk mereka, dari sehelai daun sampai sejumput kotoran sapi tampaknya bisa menjadi masalah yang bisa diperdebatkan seharian suntuk. Suatu ketika seorang gadis kecil tidak sengaja melewati kerumunan itu. Dia ketakutan dengan kerumunan orang aneh dengan dandanan yang ganjil. Menurut si Gadis, mereka hanyalah pasien RSJ yang sedang dalam program rehabilitasi.

Teringat dengan pesan nenek, " jikalau bertemu dengan orang stress, coba tanyakan apa yang sedang kamu pikirkan". Rupanya gadis kecil itu tertarik dengan pesan neneknya, tanpa basa-basi dia mendekati kerumunan itu.

"Pak, pak, pak, apa yang sedang kalian pikirkan ? " tanya si Gadis.

" Nak, saya sedang memikirkan kaum buruh, sekarang banyak yang di PHK, padahal industri makin berkembang. Aneh, mungkin ada yang salah dengan otakku. Padahal kemarin si Stallin main ke rumah saya dan menangis" jawab Marx.

Seorang tua renta tak berdaya mulai mendekati si Gadis sambil bicara ngotot, "Nak, nak, nak, apapun yang aku pikirkan, kau tak akan pernah paham. Sekarang ini aku sedang memikirkan skema bunuh diri. Agaknya ini menarik agar kasus bunuh diri anak SD menjadi lebih menghebohkan dari pada remaja yang diputusin pacar" ujar Durkheim.

"Bunuh Tuhan.. bunuh tuhan.. Tuhan sudah mati,,, Tuhan telah mati..", teriak Nietzsche sambil menggigit kumis tebalnya.

Lalu Freud menasehati si Gadis, "Nak, jangan dengarkan dia (Nietzsche) , dia hanya seorang yang tidak waras, itu menurut analisis saya. Karena terlalu banyak tekanan  di sini ", sambil mengacungkan telunjuk ke arah kening, " Jadi nak, jangan kau bebankan semuanya pada otakmu" lanjutnya.

Tiba-tiba si Gadis dijemput oleh seorang Lelaki tinggi besar.

"Hei anakku, pulanglah..." suara misterius itu mulai terdengar ngeri.

"Baik ayah", jawab si Gadis

"Mari kita lanjutkan Retorika kita", seru Lelaki itu.

Mereka berdua akhirnya pergi entah kemana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun