"Maaf ya, hanya bisa bantu doa?"
Kalimat itu seringkali kita dengar. Penggunaan kata 'hanya' di depan kata 'doa' seolah menjadi sesuatu yang lumrah, seolah mengecilkan kekuatan yang terkandung di dalamnya. Doa adalah komunikasi kita kepada Rabb Semesta Alam.
Doa adalah permintaan langsung kita kepada Sang Pemilik Kehidupan. Doa adalah bisik mesra kita kepada Tuhan Pengatur Segala Urusan. Maka tepatkah jika kita memposisikannya pada makna yang seolah begitu rendah?
Bukankah justru di saat seperti ini kita Sangat membutuhkan harapan? Lalu kepada siapa lagi kita berharap jika bukan padaNya? Saat alam seolah sedang tak berpihak kepada kita.
Saat kita dicengkram ketakutan dengan virus yang tak nampak oleh mata. Saat kita pada akhirnya mengakui ketidakberdayaan kita, maka saat itulah kita berpasrah pada doa-doa.
"Barangsiapa yang tidak meminta pada Allah, maka Allah akan murka kepadanya" (HR. Tirmidzi)
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita hadapi di hari-hari ini. Jika kita masih berada di kondisi yang lapang, maka bersyukurlah. Bersyukur yang bukan sekadar ucapan di lisan, namun juga dibuktikan dengan amalan anggota badan.
Rasa syukur yang akan menggenapkan diri kita untuk mengakui setiap berkah yang diberikan-Nya. Semoga dengan itu, harihari yang lebih cerah akan menjelang, dan kehidupan yang lebih baik dapat kita songsong bersama. Insyaallah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H