Namun, ketika mereka diperjumpakan dengan meninggikan satu kalimat yang sama, maka musnah sudah segala perbedaan yang ada. Mereka paham betul, bahwa tiada yang lebih bermakna dibanding ukhuwah karena Allah.
Mereka saling membantu, saling menyokong, saling meringankan beban, lillahi ta'ala. Islam, sebagai sebuah jalan hidup yang sempurna dan menyeluruh ini, memang memiliki nilai-nilai mulia yang sangat mendalam saat berbicara tentang makna berbagi.
"Muslim yang satu dan muslim lainnya itu bersaudara. Maka hendaklah tidak menzalimi, jangan biarkan saudaramu (yang menzalimi dan dizalimi).
Siapa yang selalu menolong saudaranya dalam hajatnya, maka Allah juga akan menolong hajatnya pula. Siapa yang menghilangkan kesulitan seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan kesulitannya dari berbagai kesulitan yang dihadapi pada hari kiamat. Siapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat." (HR Bukhari dan Muslim)
Maka di masa yang sulit ini, sangat penting bagi kita untuk memastikan bahwa nurani yang kita punya masih cukup lembut untuk terketuk. Terketuk demi melihat saudara kita yang kehilangan pekerjaannya akibat PHK di tengah pandemi.
Terketuk menyaksikan para korban bencana yang seketika kehilangan tempat tinggal yang nyaman, penghidupan, bahkan ditinggal untuk selamanya oleh sanak keluarga dan orangorang yang mereka cintai. Mampukah kita menjadi 'anshar' bagi saudara-saudara kita para 'muhajirin' yang sedang dalam kesempitan?
Menunjukkan kepedulian terkadang bukan tentang seberapa besar nominal yang mampu kita sisihkan. Tapi tentang seberapa kita ikhlas untuk mengeluarkannya, yakin bahwa cukup Allah saja yang menilai isi hati kita.
Salurkan berapapun yang kita mampu lewat lembaga-lembaga yang terpercaya. Sebab kita tak pernah tahu amalan yang mana yang akan mengantarkan kita ke surga.
Saat permasalahan hidup kita hanya berkutat pada udara yang terasa lebih dingin meski kita telah berselimut tebal, atau tentang cucian di jemuran yang tak kunjung kering di musim penghujan, namun semua itu masih kita rasakan dengan perut yang terisi nan kenyang, juga di dalam rumah yang aman dan nyaman, maka bersyukurlah!
Sesungguhnya saat ini banyak saudara-saudara kita yang bahkan sudah tak dapat menikmati apapun yang disodorkan kepadanya karena masih khawatir dengan gempa susulan atau masih trauma dengan guncangan.
Ada Harapan Bersama Doa