"Saya masih ingat sekali, saat guru tersebut menyuruh pulang, saya pulang dengan menangis dan bapak mengetahuinya. Langsung bapak saya itu datang ke sekolah membawa parang, karena merasa sangat kecewa terhadap perlakuan yang salah seorang guru terhadap saya.Â
Bapak saya merasa bahwa saya tetap berhak mendapatkan pendidikan walaupun menderita kusta", cerita Marsinah. Beruntung pada saat itu ada beberapa guru yang paham tentang kusta, dan memberikan edukasi di sekolah sehingga Marsinah tetap mendapatkan hak pendidikannya hingga selesai.
Dari paparan Marsinah saya merefleksikan beberapa hal tentang apa yang harus dihadapi secara khusus oleh kawan-kawan OYPMK, pertama, perlunya ada edukasi yang baik kepada masyarakat sehingga informasi tersebut dapat mendukung proses penyembuhan penderita, bukan justru mendapatkan stigma atau pengucilan seperti yang diterima oleh Marsinah. Kedua, keluarga merupakan sistem pendukung pertama yang harus bersikap positif, agar mental penderita stabil sehingga dapat mendukung penyembuhan secara baik. Terakhir, bijak dan kritis dalam menerima informasi agar dapat bertindak dengan baik, sehingga tidak memberikan prasangka tertentu kepada seorang penderita. Maka dari itu, marilah kita memaknai kemerdekaan dengan memberikan dukungan dan bersikap positif kepada kawan-kawan disabilitas dan OYPMK.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H