Mohon tunggu...
Fawwaz Ibrahim
Fawwaz Ibrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis Pendidikan

Belajar untuk menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Air Terjun Jagir: Pelipur Lara Setelah Lelah Mendaki Gunung Ijen

16 Mei 2016   15:15 Diperbarui: 16 Mei 2016   18:31 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pri | Setelah bermain-main air di bawah Air Terjun Jagir, Banyuwangi


Menikmati keindahan puncak Gunung Ijen telah usai, tidak butuh waktu lama untuk turun dari puncak gunung. Keindahan alam menuju pos empat telah terhampar tanpa batas, Gunung Meranti setia temani perjalanan dari puncak Gunung Ijen sampai pos akhir. Hamparan keindahan pagi itu rasanya memberikan rasa kerdil kepada saya, yang disebut manusia. Entah mengapa saya kebingungan menjelaskannya, rasanya tak mampu untuk bersikap sombong saat itu.

Keindahan yang hadir memang menimbulkan sebuah pertanyaan kepada siapakah yang mencipta keindahan tersebut? Namun, pelbagai keindahan yang di hamparkan saat itu, rasanya bibir saya kaku untuk mempertanyakan itu, kendati kepada diri sendiri. Bahkan atas keindahan yang dihadirkan dalam pandangan mata, membuat saya tertunduk diam.

Dok. Pri | Gunung Meranti Yang Temani Perjalanan Menuju Pos 4 Gunung Ijen
Dok. Pri | Gunung Meranti Yang Temani Perjalanan Menuju Pos 4 Gunung Ijen
Keindahan Sang Pencipta melebihi apapun yang diperlihatkan di gunung manapun, daratan manapun, kedalaman laut manapun, bahkan tak terungkap oleh gambaran yang ada pada pemahaman seorang manusia.

Pak Jarot bersama beberapa teman telah menunggu kedatangan rombongan terakhir, rombongan terakhir itu adalah rombongan saya. Memang rombongan kami memutuskan menikmati perjalanan turun, selain lebih leluasa untuk mengabadikan moment, juga kelelahan dalam perjalanan ketika naik.

Patut di syukuri rombongan pertama yang turun gunung tetap setia menunggu kami, kalau tak sabar menunggu, tentu kami telah ditinggal pergi.

Dok. Pri | Medan Perjalanan Juga Pemandangan Sekitar Gunung Ijen Di Pagi Hari
Dok. Pri | Medan Perjalanan Juga Pemandangan Sekitar Gunung Ijen Di Pagi Hari
Wangi asap belerang menempel pada pakaian kami, walau tidak terlalu menyengat tapi cukup membuat kepala pening. Saya berfikir rombongan akan langsung pulang menuju hotel, namun dugaan saya meleset, karena masih ada satu objek wisata yang pergi kami datangi setelah mendaki Gunung Ijen.

Air Terjun Jagir nama tempat yang akan kami kunjungi selepas dari Gunung Ijen, kabarnya tidak terlalu jauh dari kawasan Gunung Ijen. Dari pelataran parkir pos 4 kami keluar mengikuti jalan yang meliuk-liuk bak ular, turunan terus kami nikmati dengan berbagai pemandangan. Mulai dari hutan, perkebunan, sawah hingga perkampungan.

Dok. Pri | Usahakan tidak sendiri ketika sedang mendaki
Dok. Pri | Usahakan tidak sendiri ketika sedang mendaki
Butuh waktu 30 menit untuk sampai Air Terjun Jagir dari pelataran parkir pos 4 Gunung Ijen, tidak terlalu jauh menurut saya. Jeep berwarna hijau tua temani saya dalam perjalanan menuju Air Terjun Jagir, kenikmatan menggunakan Jeep dengan medan perjalanan tidak biasa baru saja saya nikmati sensasinya. Sensasi tersebut tak mampu saya ungkapkan dalam rangkaian kata, yang jelas perlu dirasakan oleh diri sendiri.

Salah satu Jeep berhenti di depan sebuah gapura, rombongan Jeep lain pun berhenti di salah satu tempat yang tidak terlalu jauh dari gapura. Rombongan pun turun, sebuah mobil berwarna silver telah menunggu kedatangan rombongan kami. Pak Eka mengucapkan selamat pagi sambil menyerahkan sekotak sarapan, tepat sekali kedatangan beliau, karena rombongan kami begitu lapar setelah mendaki Gunung Ijen.

Dok. Pri | Salah Satu Sudut Air Terjun Jagir
Dok. Pri | Salah Satu Sudut Air Terjun Jagir
Kami semua pun tanpa terkecuali, sarapan terlebih dahulu di sebuah teras rumah salah seorang warga. Baru setelah selesai sarapan, kami beranjak menuju Air Terjun Jagir yang tidak terlalu jauh dari tempat kami berhenti, mungkin hanya 200 s/d 250 meter.

Jalan menurun pun kami lalui perlahan-lahan, suara air samar-samar sampai ke telinga, rasa tak sabar ada dalam diri, setidaknya itu yang saya rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun