Menikmati keindahan puncak Gunung Ijen telah usai, tidak butuh waktu lama untuk turun dari puncak gunung. Keindahan alam menuju pos empat telah terhampar tanpa batas, Gunung Meranti setia temani perjalanan dari puncak Gunung Ijen sampai pos akhir. Hamparan keindahan pagi itu rasanya memberikan rasa kerdil kepada saya, yang disebut manusia. Entah mengapa saya kebingungan menjelaskannya, rasanya tak mampu untuk bersikap sombong saat itu.
Keindahan yang hadir memang menimbulkan sebuah pertanyaan kepada siapakah yang mencipta keindahan tersebut? Namun, pelbagai keindahan yang di hamparkan saat itu, rasanya bibir saya kaku untuk mempertanyakan itu, kendati kepada diri sendiri. Bahkan atas keindahan yang dihadirkan dalam pandangan mata, membuat saya tertunduk diam.
Pak Jarot bersama beberapa teman telah menunggu kedatangan rombongan terakhir, rombongan terakhir itu adalah rombongan saya. Memang rombongan kami memutuskan menikmati perjalanan turun, selain lebih leluasa untuk mengabadikan moment, juga kelelahan dalam perjalanan ketika naik.
Patut di syukuri rombongan pertama yang turun gunung tetap setia menunggu kami, kalau tak sabar menunggu, tentu kami telah ditinggal pergi.
Air Terjun Jagir nama tempat yang akan kami kunjungi selepas dari Gunung Ijen, kabarnya tidak terlalu jauh dari kawasan Gunung Ijen. Dari pelataran parkir pos 4 kami keluar mengikuti jalan yang meliuk-liuk bak ular, turunan terus kami nikmati dengan berbagai pemandangan. Mulai dari hutan, perkebunan, sawah hingga perkampungan.
Salah satu Jeep berhenti di depan sebuah gapura, rombongan Jeep lain pun berhenti di salah satu tempat yang tidak terlalu jauh dari gapura. Rombongan pun turun, sebuah mobil berwarna silver telah menunggu kedatangan rombongan kami. Pak Eka mengucapkan selamat pagi sambil menyerahkan sekotak sarapan, tepat sekali kedatangan beliau, karena rombongan kami begitu lapar setelah mendaki Gunung Ijen.
Jalan menurun pun kami lalui perlahan-lahan, suara air samar-samar sampai ke telinga, rasa tak sabar ada dalam diri, setidaknya itu yang saya rasakan.
Dua air terjun terpampang di hadapan mata, rasa segar air sudah terasa ketika percik-percik air hinggap di wajah. Saya hanya bisa tersenyum dengan girang, kemudian berlari perlahan untuk merasakan kesegaran air yang di basuh kepada wajah. Kebahagiaan tidak bisa saya tutupi, air pun saya mainkan beberapa saat.
Ah, iri sekali rasanya, andai saat itu membawa baju ganti, tentu saya ikut pula bergabung bersama mereka. Untuk menghibur diri, saya pun melangkah ke beberapa sudut untuk mendapatkan gambar yang dirasa cukup untuk dokumentasi pribadi. Tak terasa, waktu terus berjalan hingga pukul 10, dan menandakan bahwa kami harus pulang menuju hotel.
Air Terjun Jagir berlokasi di Dusun Kampung Anyar, Desa Taman Suruh, Kecamatan Glagah. Kampung tersebut tidak terlalu jauh dari Desa Kemiren, dimana Suku Osing tinggal. Namun, untuk sampai menuju air terjun ini perlu menggunakan kendaraan pribadi, karena tidak ada kendaraan umum untuk menuju Air Terjun Jagir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H