Pak Eka memacu mobil cukup kencang pagi itu, wajar saja pikirku, ia tidak mau para penumpangnya kehilangan moment dalam menjemput mentari di Pantai Boom. Waktu menunjukkan pukul 04.50 wib, namun di Banyuwangi waktu tersebut terasa terang bagai pukul 05.30 di Jakarta.
Mata ku masih terasa lelah saat berada di dalam mobil pak Eka, akhirnya aku pun terlelap beberapa saat hingga Dimas membangunkan ku ketika telah sampai di Pantai Boom. Ah, singkat sekali perjalanan itu pikir ku, mungkin hanya sekitar 20 menit dari hotel Mahkota Plengkung.
Pantai Boom Banyuwangi yang saya kunjungi bersama teman-teman, adalah pantai yang kabarnya menyuguhkan panorama matahari terbit yang indah. Namun memang untuk menjemput mentari di Pantai Boom, siapapun harus bangun cukup pagi agar dapat bertemu dengan sang mentari.
Sesampai di Pantai Boom keadaan begitu sepi, tak banyak terlihat ada pengunjung saat itu di sebelah kanan pantai. Namun di sebelah kiri pantai hanya ada beberapa pengunjung yang sedang duduk-duduk santai di atas pasir hitam yang lembut.
Semburan awan merah mulai datang perlahan, pertanda mentari siap untuk datang. Ku hadirkan senyum terindah pagi itu untuk menjemput mentari, gayung bersambut, mentari pun memberikan keindahan nya dengan begitu apik, menarik juga khas.
Wajar saja Banyuwangi mendapat julukan Sunrise of Java, karena julukan tersebut bukan isapan jempol belaka, rasanya julukan tersebut pantas diberikan kepada Banyuwangi, karena keindahan matahari terbit yang ada harus diperhitungkan untuk masuk dalam rencana liburan siapa pun itu, dan jangan lupa untuk memetik keindahan tersebut dalam sebuah dokumentasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H