Mohon tunggu...
Fawwaz Ibrahim
Fawwaz Ibrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis Pendidikan

Belajar untuk menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pulau Bidadari: Wisata untuk Membangun Rasa Cinta Akan Sejarah

7 November 2015   12:35 Diperbarui: 7 November 2015   12:53 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok. Pri | Pak Candrian yang memandu acara kali itu"]

[/caption]

Dari beberapa penuturan pak Candrian, yang menjadi salah satu bentuk konfirmasi dari beliau adalah, cerita mistis yang ada di pulau tersebut. Menurutnya, sejak meneliti pertama kali di pulau tersebut, tidak ada cerita mistis yang berhembus, seingatnya cerita tersebut hanya asumsi yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan kebenerannya dan hadir belakangan.

Ketika sampai di benteng, aku cukup kagum dengan keindahan reruntuhannya, ya, reruntuhan benteng. Karena benteng tersebut sudah tidak utuh lagi seperti awalnya, walau keadaan benteng tersebut tidak sama seperti dahulu, namun kokohnya benteng tersebut masih begitu terasa, dengan puing yang tetap menjulang kuat.

[caption caption="Dok. Pri |Salah satu sisi dari Benteng Martello"]

[/caption]

Dari penelitian pak Candrian akan benteng tersebut, diasumsikan bahwa benteng ini sudah ada pada abad 17-an. Dimana benteng tersebut berfungsi untuk pertahanan sekaligus menara pengawas untuk melindungi ibu kota Batavia. Dimana benteng tersebut menjadi garda depan pelindung Batavia saat itu, selain itu yang menjadi bentuk kecerdasan orang jaman dahulu adalah, benteng tersebut juga sekaligus menjadi tempat penampungan air dibagian tengahnya. Jujur, ada rasa heran dengan pola pikir orang jaman dahulu, karena mereka begitu cerdas dalam sebuah pembangunan benteng dan memperhitungkan bagaimana yang akan tinggal disana tetap mampu bertahan hidup, salah satunya dengan memberikan tempat penampungan air tersebut.

[caption caption="Dok. Pri | Benteng Martello dilihat dari salah satu sisi"]

[/caption]

Kabarnya benteng tersebut pernah terkena bom saat peperangan Belanda dengan Inggris, akan tetapi kerusakan pada benteng tidak terlalu parah, sayangnya setelah peperangan berakhir benteng tersebut ditinggalkan begitu saja dengan menyisakan bangunan dan beberapa meriam produksi Jerman.

Hal yang menurut ku memprihatikan adalah, ketika pak Candrian mengatakan bahwa kerusakan benteng tersebut dilakukan masyarakat pulau-pulau yang tinggal sekitar pulau Bidadari, tentunya mereka adalah yang tidak paham tentang bagaimana sebuah bangunan bernilai sejarah. Karena ketidakpahaman itulah, banyak batu-bata dari benteng tersebut dicuri untuk keperluan bangunan rumah. Fakta yang lebih memprihatinkan adalah, hal itu tidak terjadi pada benteng Martello saja, tapi juga pada beberapa bangunan bersejarah disekitaran pulau Bidadari, seperti pulau Kelor, pulau Onrust dan pulau Cipir.

[caption caption="Dok. Pri | Salah satu meriam yang masih bisa dilihat di pulau Bidadari"]

[/caption]

Tidak lupa, bahwa nama benteng Martello adalah nama yang diberikan oleh pak Candrian sendiri. Karena ketika ditemukan oleh tim penelitinya saat itu, belum ada nama dari benteng tersebut. Ada pula usaha untuk mencari nama benteng tersebut oleh tim pak Candrian, mulai dari beberapa penelitian mendalam, baik dari catatan sejarah yang dimiliki oleh Indonesia hingga dokumen sejarah negara Belanda, namun tidak ada nama secara khusus untuk benteng tersebut. Oleh karenanya belum ditemukannya nama benteng secara spesifik, maka pak Candrian dan tim memberikan nama benteng Martello kepada bangunan tersebut.

Setelah mendapatkan pengetahuan sejarah tentang hal tersebut, aku lebih paham bahwa pengetahuan sejarah pada diri ini masih sangat kurang dan masih perlu banyak menggali dari berbagai sumber. Tentunya hal tersebut dilakukan agar kita lebih paham bagaimana cara memperlakukan lingkungan sekitar.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun