[caption caption="Dok. PWI Jaya | Indar Atmanto Bersama Blogger Dan Wartawan PWI Jaya" ][/caption]
Beberapa pekan yang lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi lapas Sukamiskin bersama PWI Jaya dan rekan-rekan blogger. Ketertarikan saya mengikuti acara tersebut semata-mata karena ini mengetahui bagaimana lapas yang banyak di huni oleh orang-orang cukup mentereng.
Tidak hanya itu, keingin-tahuan saya juga berperan aktif, karena walaupun notabene saya orang Bandung, akan tetapi saya sangat tidak paham bagaimana keadaan lapas tersebut. Karena hal itulah, saya ikut bergabung dengan ajakan seorang emak blogger yang saya kenal.
Perjalanan di pagi buta dari Jakarta pun harus saya lalui bersama bang Tigor, blogger asal Jakarta yang memberikan tawaran untuk pergi bersama ke meeting point yang di setujui, yaitu kantor PWI Jaya berada dikawasan Harmoni.
Saya berangkat bersama bang Tigor kurang lebih pukul 6 pagi dari kawasan Fatmawati menuju Harmoni. Perjalanan pagi kami berdua ambil karena untuk mengejar bus yang telah disediakan, yang selanjutnya akan berangkat menuju Bandung pukul 7. Hanya 45 menit kurang lebih perhitungan perjalanan kami menuju kantor PWI Jaya. Perjalanan yang lancar memberikan rasa senang kepada saya, karena saya tidak perlu bergelut dengan berbagai polusi kendaraan di jalan raya.
Ternyata di meeting point telah hadir peserta lain dari baik dari wartawan maupun blogger. Sempat heran memang, karena sebelum acara ini di gelar, di dunia viral yang saya pantau sedang ramai perdebatan posisi blogger yang di tulis seorang wartawan. Akan tetapi saat itu, saya melihat bagaimana para blogger dan wartawan mampu untuk mencair dan mengalir dalam sebuah kegiatan.
Banyak berkumpul wartawan senior pada saat itu, antara lain Gesit Handoyo, Kamsul Hasan dan Muhajar. Dalam ingatan selama perjalanan dari Jakarta-Bandung dan sebaliknya, yang paling saya ingat adalah bagaimana sang penyiar radio yaitu Muhajar (Bang Ajay) tidak kehabisan energi dalam mengocok perut para peserta yang hadir. Entah bagaimana caranya, Muhajar terus memberikan banyak banyolan yang diselingi dengan kuis berhadiah.
Saya melihat memang yang hadir dari PWI Jaya bisa dikatakan sudah berumur, akan tetapi kalau melihat lagi tenaga dan semangat saya merasa kalah dari pada mereka.
Perjalanan dari Jakarta menuju Bandung membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam, dan kami langsung di giring masuk lapas dengan berbagai aturan yang ketat. Salah satu aturan tersebut adalah tidak diperbolehkannya membawa alat komunikasi, jujur saya kalang kabut dengan hal tersebut. Akan tetapi, hal tersebut menjadi terbiasa dengan sendirinya.
Saat masuk, penjagaan dan pemeriksaan ketat pun lebih terfokus kepada para pria. Wajar saja, karena lapas tersebut adalah lapas pria. Para pengunjung pria pun di berikan tanda khusus dan cap di tangan sebelah kanan.
Ketika masuk lapas para blogger baru mengetahui bahwa rombongan akan bertemu dengan Indar Atmanto (salah seorang Dirut IM2), dan akan berbagi pengalaman baik dalam bidang komunikasi dan kehidupan keseharian di “apartemen” sementaranya tersebut.
Sebelum acara di mulai, para pengurus lapas memberikan sambutan terlebih dahulu dengan sajian makan siang. Tepat sekali dengan waktu makan siang rombongan datang, akan tetapi hal tersebut saya tunda, karena harus bergegas sholat dzuhur terlebih dahulu.
Baru setelah santap siang acara di mulai.
Indar Atmanto adalah salah seorang Direktur Utama PT Indosat Mega Media (IM2), Indar adalah sosok yang terlihat sederhana dan begitu dekat dengan keluarga. Ia adalah sosok yang paham bagaimana jalur-jalur telekomunikasi Indonesia. Pada tahun 2014 ai di anugrahi The Most Inspiring Person dalam The Golden Ring Award 2014, dimana penghargaan ini di berikan kepada mereka yang ada dalam industri telekomunikasi di Indonesia. Dengan standard penilaian point secara objektif dari para wartawan yang biasa meliput dalam bidang telekomunikasi.
Sejujurnya saya gagal paham tentang permasalahan yang di sandarkan kepada Indar Atmanto, oleh karena itu dalam tulisan ini, saya hanya ingin berbagi bagaimana Indar mampu tetap berfikir positif dalam menjalani hidupnya.
Dalam sesi bicara santai, Indar mengatakan bahwa dukungan keluarga dan rekan kerja adalah modal penting. Di akui olehnya bahwa, “kekuatan terbesar saya untuk terus bertahan adalah bagaimana istri saya mendampingi saya hingga hari ini”. Jujur lunyuh hati saya mendengar hal itu, karena sang istri harus terus berjuang hidup dengan anak-anaknya tanpa tulang punggung keluarga.
Akan tetapi, Indar tidak semerta-merta jatuh, malah ia lebih banyak belajar hidup dari teman-temannya sesama blok “apartemen”nya tersebut. Banyak hal yang ia dapatkan dari teman-temannya, antara lain bagaimana rasa kebersamaan dan kekeluargaan dalam menjalani hidup di “apartemen” terbangun begitu kuat dan erat.
Rasa sedih di hilangkan dengan cara menghibur satu sama lain. Bahkan para penghuni “apartemen” tersebut mempunyai nama-nama tersendiri untuk tempat seperti kantin, toilet dan perpustakaan yang berada di setiap bloknya.
Suasana haru, senang dan ceria dalam acara tesebut bersatu menjadi sebuah mozaik kehidupan yang harus mampu kita petik pembelajarannya. Dan hal yang paling saya ingat dari perkataan Indar Atmanto adalah “ Teruslah Berbuat Baik, Karena Suatu Saat Kebaikan Itu Akan Kembali Kepada Yang Berbuat”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H