Mohon tunggu...
Fawwas Aufa
Fawwas Aufa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas kedokteran, program studi psikologi universitas syiah kuala.

Saya adalah seorang anak yang sangat suka mengembangkan diri saya, dan saya selalu memanfaatkan peluang yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pola Asuh Otoriter (Strict Parents) Terhadap Perilaku Sosial Remaja

18 Maret 2024   13:55 Diperbarui: 18 Maret 2024   13:58 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa remaja merupakan fase transisi di mana terjadi transformasi secara fisik dan psikologis, menandai pergeseran dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Perubahan psikologis pada remaja melibatkan aspek intelektual, kehidupan emosi, dan interaksi sosial.. Istilah "remaja" berasal dari bahasa Latin "adolesce" yang mengandung makna proses pertumbuhan atau berkembang menjadi dewasa. 

Adolensence mencakup aspek lebih luas, melibatkan kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.Masa remaja merupakan periode di mana individu mengalami perkembangan psikologis dan proses identifikasi yang mengubahnya dari seorang kanak-kanak menjadi dewasa (Santroock, 2003).

Perilaku sosial adalah segala hal yang kita lakukan yang melibatkan orang lain. Ini bisa termasuk aktivitas atau tindakan yang berhubungan dengan orang lain dan memerlukan kita belajar cara bersikap yang dapat diterima, memahami peran sosial, dan berusaha memiliki sikap sosial yang baik di mata orang lain. (Susanto, 2011). 

Perubahan perilaku sosial seringkali paling terlihat pada masa anak-anak (Hurlock dalam Suharsono, 2009). Banyak orang tua yang sadar (aware) bahwa hubungan antara perilaku sosial dan pengaruh pola asuh dalam keluarga sangat erat. 

Pola pengasuhan adalah strategi yang diterapkan oleh orang tua dalam membimbing anak, yang memiliki potensi untuk memengaruhi perkembangan anak, termasuk dalam membentuk perilaku sosialnya. 

Salah satu jenis pola asuh yang paling popular adalah pola asuh otoriter atau Authoritative Parenting, Yaitu metode pengasuhan yang didasarkan pada norma-norma yang berlaku dan mendorong anak untuk berperilaku dan bersikap sesuai dengan kehendak orang tua (Hurlock, 1999).

Pada pola asuh ini, orang tua cenderung membatasi yang dimana orang tua menekankan ketaatan akan perintah mereka tanpa memberikan banyak kesempatan pada anak untuk dapat bicara, remaja yang mendapat pola asuh otoriter seringkali mengalami keterbatasan dalam mengembangkan keterampilan sosial. 

Saat ini pola asuh otoriter lebih di kenal dengan istilah Strict parents yang di susun dari kata "Strict" yang artinya ketat dan "Parents" yaitu orang tua, dapat diartikan sebagai orang tua yang tegas. 

Lebih jelasnya, strict parents adalah kondisi di mana pengasuh sering menetapkan standar yang tinggi dan memberikan dorongan kuat, bahkan bersifat menuntut terhadap anaknya. Fenomena Strict parents banyak terlihat di kalangan remaja atau saat terjadi perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada periode ini, anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya.

Pola asuh otoriter memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap perkembangan perilaku sosial remaja, beberapa contoh dampak yang dapat terlihat melibatkan kemandirian, keterampilan dalam berkomunikasi, dan kemampuan bersosialisasi.

1. Kemandirian dan pengambilan keputusan

Pola asuh otoriter biasanya cenderung menghambat kemandirian pada remaja, anak anak dalam lingkungan otoriter mungkin kurang memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi keterampilan pengambilan keputusan karena mungkin memiliki sedikit kesempatan untuk mengembangkan keterampilan mengambil keputusan, karena keputusan sering di ambil oleh orang tua, sehingga biasanya anak yang mendapat pola asuh otoriter tingkat kemandiriannya lebih rendah di bandingkan anak yang mendapat pola asuh lainnya.

2. Keterampilan berkomunikasi

Berkomunikasi tentu merupakan hal yang sangat penting bagi remaja, entah itu berkomunikasi dengan teman, partner, atau siapapun itu, namun anak-anak yang tumbuh dengan menerima pola asuh otoriter berkemungkinan akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi atau hubungan interpersonal yang sehat, karena terbiasa menerima pola asuh otoriter membuat mereka kakan sulit untuk berekspresi dan dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan orang lain, dan di fase remaja juga pasti banyak berinteraksi dengan teman atau lingkungan sosial nya, dan jika remaja memiliki keterampilan berkomunikasi yang rendah pastinya akan menyulitkan individu tersebut dalam bersosialisasi.

3. Rendahnya kemampuan bersosialisasi

Anak remaja yang mendapat pola asuh otoriter biasanya cenderung akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, karena biasanya anak cenderung tidak percaya diri, kurang mandiri, sulit mengatasi konflik, dan pegendalian emosi yang rendah membuat remaja yang mendapat pola asuh otoriter dari orang tuanya sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, dan hal hal seperti ini dapat mempengaruhi kemampuan bersosialisasi anak ataupun remaja.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penting bagi orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter untuk memahami dampak negatifnya terhadap perilaku sosial remaja, pola asuh otoriter sangat berpengaruh banyak terhadap kehidupan anak, dengan orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter berdampak pada perilaku sosial remaja, dimana terdapat banyak pengaruh buruk terhadap perilaku sosial remaja, karena berbagai batasan dan aturan yang ditetapkan pengasuh membuat rendahnya faktor-faktor yang harusnya bisa menunjang perilaku sosial anak menjadi lebih baik lagi.

Agar dampak negatif pada pola asuh otoriter berkurang, dan untuk memaksimalkan dampak positifnya, orang tua perlu menciptakan lingkungan yang mendukung anak untuk berekspresi dan berkembang, menerapkan pendekatan asuh yang lebih mendukung dan melibatkan, menciptakan ruang untuk remaja berbicara dan mengutarakan pendapat, dan memberikan kepercayaan pada mereka untuk membuat keputusan dan belajar bertanggung jawab, ini juga turut berperan dalam memperkuat rasa kemandirian. 

Orang tua juga harus aktif mendukung kegiatan sosial, orang tua yang memfasilitasi interaksi anak dengan teman juga dapat membantu remaja mengembangkan keterampilan sosial yang positif. Dengan demikian di harapkan remaja dapat tumbuh sebagai individu yang lebih percaya diri, dan mampu berinteraksi dan bersosialisasi secara sehat dalam lingkungan sosial mereka.

REFERENSI:

-Makagingge, M., Karmila, M., Chandra, A, Anita. (2019). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Sosial Anak. Yaa Bunayya;Jurnal Pendidikan anak usia dini. 3(2).

-Nurullita, I., Suriswo., Mulyani. (2019). Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Posial Remaja. KORNASPI 1 : fkip universitas pancasakti tegal.

-Rimaisya, Luthfiyah, A. (2023). Perilaku Sosial Mahasiswa Dari Keluarga Pola Asuh Otoriter (Strict Parents) (Kasus Mahasiswa Universitas Hasanuddin). Universitas Hasanuddin.

-Santrock, john. (2010).Life Span Depelopment Thirteenth Edition. New York: McGraw-Hill.

-Sari, C,W,P. (2020). Pengaruh Pola Asuh Otoriter Orang tua Bagi Kehidupan Sosial Anak. Jurnal Pendidikan dan Konseling. 2(1) 76-80.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun