Mohon tunggu...
FAWER FULL FANDER SIHITE
FAWER FULL FANDER SIHITE Mohon Tunggu... Penulis - Master of Arts in Peace Studies
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tidak cukup hanya sekedar tradisi lisan, tetapi mari kita sama-sama menghidupi tradisi tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Technology as God: Listrik Menjadi Darah Manusia (Part 4)

14 April 2020   01:16 Diperbarui: 14 April 2020   01:07 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan: Gambar Ilustrasi energi listrik, sumber: Fin.co.id

Listrik menjadi darah manusia, sepertinya aneh dalam pemahaman kita sehari-hari, tetapi latah hidup kita sangat sering mengalami peristiwa seakan telah mati ketika satu hari pun tidak menggunakan energi listrik, dalam artian satu hari tanpa lampu, dispenser, handphone, resqucer, sepeda motor, mobil, kipas angin dan yang lainnya.

Paham "Technology as God" yang selalu mendewakan teknologi tidak dapat berkembang tanpa energi listrik. Sebab mereka sangat berketergantungan pada energi listrik.

PEMAHAMAN KESUCIAN LISTRIK

Manarik sekali "Technology as God" akan memandang listrik sebagai anugerah dari Tuhan, yang harus mereka pelihara dan gunakan dengan sebaik mungkin, listrik dianggap suci karena begitu memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.

Konsep kesucian pada "Technology as God" akan mengacu pada sebera besar peranannya dalam kehidupan manusia? Bukan seberapa benar dia dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu kebenaran ada pada fungsinya bukan status yang dimilikinya.

Tentu paham "Technology as God" akan selalu dianggap sesat, anti Tuhan, atau orang-orang yang ateisme dan sebutan lainnya, sebab pemahaman "Technology as God" masih sangat jauh dari nalar kemanusia yang telah dibentuk lama oleh doktrin-doktrin agama mereka.

Namun kebenaran sebuah paham keilahian akan dibuktikan ketika dunia atau bumi ini sampai kepada waktu akhirnya, sebelum hal tersebut terjadi perdebatan paham atau aliran yang bicara tentang keilahian masih akan terus berlanjut.

Sorry Bersambung dulu.

Akan saya ulas kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun