Listrik menjadi darah manusia, sepertinya aneh dalam pemahaman kita sehari-hari, tetapi latah hidup kita sangat sering mengalami peristiwa seakan telah mati ketika satu hari pun tidak menggunakan energi listrik, dalam artian satu hari tanpa lampu, dispenser, handphone, resqucer, sepeda motor, mobil, kipas angin dan yang lainnya.
Paham "Technology as God" yang selalu mendewakan teknologi tidak dapat berkembang tanpa energi listrik. Sebab mereka sangat berketergantungan pada energi listrik.
PEMAHAMAN KESUCIAN LISTRIK
Manarik sekali "Technology as God" akan memandang listrik sebagai anugerah dari Tuhan, yang harus mereka pelihara dan gunakan dengan sebaik mungkin, listrik dianggap suci karena begitu memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.
Konsep kesucian pada "Technology as God" akan mengacu pada sebera besar peranannya dalam kehidupan manusia? Bukan seberapa benar dia dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu kebenaran ada pada fungsinya bukan status yang dimilikinya.
Tentu paham "Technology as God" akan selalu dianggap sesat, anti Tuhan, atau orang-orang yang ateisme dan sebutan lainnya, sebab pemahaman "Technology as God" masih sangat jauh dari nalar kemanusia yang telah dibentuk lama oleh doktrin-doktrin agama mereka.
Namun kebenaran sebuah paham keilahian akan dibuktikan ketika dunia atau bumi ini sampai kepada waktu akhirnya, sebelum hal tersebut terjadi perdebatan paham atau aliran yang bicara tentang keilahian masih akan terus berlanjut.
Sorry Bersambung dulu.
Akan saya ulas kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H