Ketika selama ini kita hanya berpikir kalau manusia bukan sebagai 'Pencipta' melainkan sebagai 'Pegembang atau pengelolah' ciptaan Tuhan. Hari ini semakin digugat kuat dengan hadirnya teknologi ciptaan manusia yang sangat luar biasa.
Jika kita memperhatikan sejarah perjalanan bangsa-bangsa pada masa kejayaan para dewa-dewa, ada pemahaman demikian, "jika kita kalah dalam peperangan maka Tuhan/Dewa kita juga sedang kalah".
Dengan pernyataan tersebut, pikiran liar kita bisa sampai pada situasi Covid-19 saat ini, yang menang adalah teknologi, bukan rumah-rumah ibadah yang super megah tersebut.
Mengapa teknologi yang menang? Coba anda bayangkan jika kondisi dunia saat ini tidak dilengkapi dengan teknologi yang super cangih, mungkin 1/2 dari penduduk bumi telah mati atau musnah, atau bahkan seluruh manusia tidak dapat beraktivitas.
Tetapi dengan kehadiran teknologi ini, kita masih dapat bekerja dari jarak jauh tanpa harus bertemu, tanpa harus bersentuhan.
TECHNOLOGY AS GOD
Peristiwa kemajuan teknologi ini sebenarnya sudah lama diramalkan oleh para pemikir-pemikir dunia, hanya saja untuk sampai pada penyataan kalau teknologi sebagai Tuhan 'Technology as God' masih banyak perdebatan.
Mengapa saya tidak menggunakan istilah 'Technology is God' karena kata tersebut dikuatiwkan akan menjadi stikma bagi saya, kalau saya tidak percaya kepada Tuhan.
Pernyataan 'Technology as God', setuju atau tidak setuju, saat ini kita sudah berada di era nya, bukan lagi rencana atau akan terjadi tetapi sudah terjadi.
95% Ruang lingkup kehidupan manusia saat ini tidak terlepas dari teknologi, teknologi banyak berdampak positif yang kita rasakan atas kehadirannya dalam hidup kita jika seimbang dengan sumber daya manusianya.
Sehingga mereka orang-orang modern pasti hidup dalam 'Technology as God', meskipun disisi lain mereka masih menolak karena doktrin agama yang mereka peroleh sudah begitu lama.